E : 08

171 27 8
                                    

SEKALI lagi berada di bawah satu atap bersama pria yang tidak mencintaiku, benar-benar membuat ku merasa sesak.

Dengan rasa terpaksa, aku membatalkan rencana ku untuk bertolak pulang ke kota pagi ini. Niat ku untuk kembali bekerja walau waktu libur ku masih tersisa beberapa hari lagi, juga terpaksa aku lupakan.

" Aku tidak ingin menjemputmu. Mama yang memaksa." Mile berbicara pada ku saat aku sudah bersiap untuk keluar dari kamar.

" Oke." Balasku singkat. Wajahnya tidak ku pandang sama sekali.

" Itu saja? Hanya oke?" dia kembali bertanya.

" Kau mau aku menjawab apa. Lagipula aku tidak mengingat memberikan pertanyaan padamu. Kau sendiri yang menyatakannya." Balasku dingin.

Terlintas juga di fikiranku, apa aku sudah kembali menjadi Apo Nattawin yang sebelum ini? Atau aku sudah menjadi lebih buruk dari itu? Sedangkan aku sendiri tidak ingin menjadi seperti ini.

Tapi jika di fikir ulang, rasanya lebih baik aku seperti ini agar aku bisa menghadapi badai yang telah kembali. Dengan susah payah aku berubah kearah yang lebih baik tapi akhirnya aku kembali ke asalnya - khawatir akan lebih buruk dari sebelumnya. Aku menggeleng. Rasa kesal dengan diri ini jika benar itu yang ku rasakan.

" Kau benar, tapi aku hanya ingin kau mengetahuinya. Aku tidak ingin kau mengira jika kepulangan ku ini karena dirimu. Semua ini ku lakukan karena mama." Tekan suaranya yang terdengar keras.

Kali ini aku berpaling, memandang padanya dengan wajah kaku. Dia juga turut sama memandang padaku dengan tajam. Menggambarkan sebuah kebenaran yang telah dia sampaikan padaku dibalik tatapan suram matanya.

" Jika begitu, kau bisa pulang. Lakukan sesuka mu."

Lantas, Mile mengatur langkah mendekat. Tangannya langsung mencengkam kedua pipiku – erat. Menatapku dengan mata yang menyala dengan api kemarahan.

" Lepas Mile!" bentak ku keras dengan tangannya ku lepas secara paksa.

Wajah yang terasa perih ku sentuh. Mengusapnya pelan dengan harapan tidak meninggalkan bekas kukunya atau apa pun yang mengundang kecurigaan bunda. Entah bagaimana aku bisa mendapat kekuatan untuk membentak seperti itu. Mata Mile terlihat membulat. Tidak percaya mungkin jika aku bisa dengan berani menolaknya.

" Jika yang kau inginkan adalah menjemputku pulang dengan cara baik, maka jawaban ku adalah iya. Aku akan mengikuti mu. Tapi itu bukan berarti kau bisa menyentuhku sesuka mu." Tegasku.

Sekali lagi aku melihat wajah Mile tertegun untuk beberapa detik sebelum bibir itu kembali mengukir sebuah senyuman sinis – mengejek ku.

" Bukankah omega seperti mu senang jika di sentuh oleh pria alpha seenaknya..." kata Mile dengan nada menyindir.

Tergores hati ini dengan kata-kata itu. Jika dulu aku menganggapnya sebagai penawar untuk semua rasa sakitku, maka sekarang Mile adalah racun yang seharusnya aku hindari. Namun, aku harus pintar mengendalikan diri ini – perasaan ini. Aku tidak ingin tewas karena aku percaya bukan hanya ini yang akan kuhadapi.

Bayangan masa depan masih kelabu untuk ku – tidak tahu kemana arahnya. Bahagia kah atau sedih kah? Senang atau kecewa? Semua itu belum terlintas di fikiran walau hati mengharapkan setidaknya ketenangan. Yang ku butuhkan saat ini adalah kata perpisahan dari Mile agar aku bisa kembali menata ulang perjalanan hidupku yang berantakan. Di sangkar penuh duri.

" Kau benar. Jika itu alpha selain diri mu, aku merelakan diri ini di sentuh. Tapi untukmu..." Aku memandanginya dari atas ke bawah dan setelahnya sebuah gelengan menyusul. Bibir ini tertarik di satu sisi – mengukir senyuman sinis. Sengaja itu membuat dia merasa sakit.

2. Drapetomania [ MileApo ]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora