H-4: Sayang kan?

305 17 0
                                    

Babas POV

Satu, dua, tiga, empat...

Aku menghitung hari yang ada di kalender meja kerjaku. Empat hari lagi pernikahanku akan diadakan. Penantian tiga belas tahunku akhirnya berbuah manis.

Aku memperhatikan cincin yang terpasang di salah satu jariku. Cincin sederhana yang Ririn pilihkan untukku.

Aku tertawa kecil jika mengingat bagaimana aku dan Ririn akhirnya memutuskan untuk menikah.

Setahun yang lalu, hubungan kami berada di titik terendah. Aku dengan rasa kecewa dan bosan, sedangkan Ririn dengan rasa gengsi dan cemburu.

Aku mencintai Ririn, tapi menganggap Ririn hanya memanfaatkanku.

Ririn mencintaiku, tapi menganggap aku selalu berselingkuh.

Kami berada dalam toxic relationship. Saling menyakiti, tapi enggan untuk melepaskan. Ntahlah, terkadang cinta kami lebih terlihat seperti sebuah obsesi.

Setiap tahun aku selalu melamar Ririn berulang kali, meyakinkan dia untuk mau menikah denganku. Namun, tahun lalu aku tidak melakukannya.

Saat itu aku lelah dan bosan. Aku benar-benar berpikir untuk menyudahi hubunganku dengan Ririn. Mungkin saat itu Ririn menyadari gelagatku, dia mulai takut untuk kehilanganku.

Suatu hari Ririn mengajakku mengunjungi sebuah toko perhiasan langganannya. Aku pikir saat itu Ririn ingin membeli berlian kesukaannya seperti biasa.

Flashback

Ririn memasang salah satu cincin yang diberikan oleh pegawai toko ke jari manisnya. Dia mengangkat tangannya dan menunjukkannya padaku.

"Gimana Bas? Bagus nggak?" tanyanya padaku.

Cincin dengan berlian yang besar itu sangat berkilau, sangat cocok untuk Ririn yang juga bersinar.

Aku mengangguk, "Bagus," ucapku singkat tanpa komentar lain.

Ririn memperhatikan cincin itu kembali, "Tapi kayaknya ini kebesaran deh buat cincin tunangan..."

Tunggu dulu. Tunangan? Siapa yang mau tunangan?

"Menurut kamu beneran nggak apa-apa kalau berliannya sebesar ini?" tanya Ririn sekali lagi.

Aku yang masih bingung hanya mengangguk tanpa berkomentar. Aku masih tidak mengerti maksud Ririn melakukan ini.

"Yaudah deh, nggak apa-apa. Yang ini aja , Mbak. Sama cincin yang buat cowoknya ada kan, Mbak?" ucap Ririn pada salah satu pegawai yang melayaninya.

"Ada, Mbak Ririn. Tunggu sebentar ya, kami ambilkan yang keluaran terbaru."

Tak lama setelah itu, pegawai itu membawakan beberapa cincin yang lebih sederhana.

Ririn menarikku untuk lebih dekat dengannya, lalu menunjuk salah satu cincin.

"Yang itu bagus, Bas. Kamu mau nggak?"

Aku semakin bingung. Cincin untukku? Untuk apa?

Aku menatap Ririn heran, lalu Ririn menatapku dengan santai.

"Cincin? buat aku?" tanyaku memastikan.

Ririn mengangguk, "Iya, biar kita punya cincin sepasang. Kamu pilih deh mana yang kamu suka."

"Aku nggak tau..." jawabku masih kebingungan.

Ririn terlihat santai mengambil salah satu cincin, lalu memasangkannya di salah satu jariku.

One Month Notice [COMPLETED]Where stories live. Discover now