Origami Hati

3 1 0
                                    

"Seseorang dapat memberi tanpa cinta, namun seseorang yang cinta akan memberi tanpa tapi."

-Akara-

Hari mulai sore, namun Aimee masih mengerjakan tugas kelompoknya bersama yang dua temannya yang lain. Setelah menyelesaikan tugas mereka Aimee dan yang lainnya pun membereskan barang-barang mereka bergegas meninggalkan kelas. "Mi aku duluan ya", ujar Ririn yang sudah menggendong tasnya meninggalkan kelas. Sekarang hanya tersisa Aimee dan Nando yang masih membereskan barang-barang mereka.

Nando yang telah selesai merapikan barang-barangnya pun melangkah mendekati Aimee yang masih sibuk dengan barang-barangnya. "Mi, ini", ujar Nando memberikan sebuah origami berbentuk hati pada Aimee. Aimee yang tak mengerti dengan maksud Nando memberikan benda tersebut padanya pun memasang wajah kebingungan.

"Keselip di tas gue. Sayangkan kalau dibuang", ujar Nando memberikan penjelasan. Aimee pun menerima origami tersebut lalu mengucapkan terima kasih hingga akhirnya Nando pun pergi meninggalkan Aimee seorang diri di dalam kelas. "Lucu origaminya", monolog Aimee menatapi origami hati berwarna merah tersebut. Setelah semuanya selesai Aimee pun meninggalkan kelas bergegas pulang karena hari yang sudah mulai sore.

🪐🪐🪐

Sesampainya di rumah Aimee pun membersihkan badannya dan berganti pakaian. Ia keluarkan buku-buku yang ada di dalam tasnya lalu menyimpannya kembali di rak buku. "Ami, ayo ke masjid", ajak Helen yang telah siap dengan gamis baby blue dan kitab yang didekap di dadanya. Aimee yang sudah siap juga pun langsung mengambil kitab yang berada di rak paling atas lalu menghampiri Helen. "Ayo."

Keduanya pun pergi meninggalkan rumah menuju masjid yang berada di komplek mereka. Sebenarnya mereka biasa mengaji di masjid satunya lagi yang berada di komplek, namun karena sang ustadz telah pindah akhirnya Aimee dan Helen pun pindah dan ikut mengaji di masjid yang telah dua minggu terakhir ia ikuti pengajiannya.

Sesampainya di masjid Aimee dan Helen pun bergabung dengan remaja lainnya yang telah lebih dahulu datang. Mereka berbincang sejenak hingga adzan magrib pun berkumandang. Segera mereka pun bersiap-siap mengambil wudlu untuk salat berjamaah setelahnya dilanjutkan dengan tadarus bersama barulah setelah salat isya mereka mengaji kitab bagi remaja yang tingkat SMA.

Setelah selesai salat isya beberapa remaja laki-laki pun mulai menata pembatas antar perempuan dan laki-laki yang awalnya depan-belakang menjadi saling bersampingan. Para remaja laki-laki pun duduk di bagian kanan pembatas sedangkan remaja perempuan di sebelah kiri. Tak lama seorang ustadz pun datang membawa sebuah kitab lalu duduk di depan mereka sejajar dengan pembatas yang mereka pasang.

Sang ustadz pun membuka pengajian dengan salam dan dilanjut dengan berdoa dan tawasul terlebih dahulu sebelum memulai pengajian. Setelah selesai sang ustadz pun meminta agar para santri kalongnya untuk membuka kitab mereka dan mulai melogat. Aimee dan Helen yang berada di barisan paling belakang pun berusaha menyelesaikan logatan mereka melawan kantuk yang sering mereka jumpai saat sedang mengaji.

Setelah selesai melogat sang ustadz pun mulai menjelaskan apa yang baru saja mereka logat sebelumnya, dan pada saat yang bersamaan pun Aimee dan beberapa remaja lainnya mulai tertunduk dengan mata yang terpejam. Helen yang juga mengantuk mulai mengeluarkan jurusnya agar tidak mengantuk, yaitu dengan menyalakan kipas angin mininya yang selalu ia bawa kemana-mena.

Sang ustadz yang sudah biasa melihat peristiwa tersebut pun tidak menegur, baginya lebih baik mereka tertidur saat mengaji dari pada mengobrol saat mengaji atau malah tidak mengaji sama sekali karena mengantuk. Sang ustadz pun melanjutkan kembali penjelasannya sedangkan Aimee masih melawan rasa kantuknya dengan mencubit punggung tangannya sendiri. "Helen, cubitin tangan aku," ujar Aimee dengan mata tak kuat melawan rasa kantuk.

Helen yang berada di sebelahnya pun mulai mencubiti punggung tangan Aimee sambil mengipasi dirinya yang juga merasa kantuk. Namun lama kelamaan cubitan Helen mulai tak terasa, keduanya telah pulas tertidur di barisan belakang dengan beberapa remaja lainnya dengan kitab yang berada di lahunan mereka. Tak ada teguran, pengajian pun terus berlangsung hingga pukul setengah sembilan.

"Wallahu alam bishawab," ujar sang ustadz sambil menutup kitabnya, dan seketika itu juga Aimee, Helen dan yang lainnya terbangun dari tidurnya langsung menutup kitab mereka serta membaca doa. "Sekian untuk hari ini, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ujar sang ustadz yang langsung dijawab serempak oleh para santri kalong.

Seselesainya pengajian Aimee dan Helen pun langsung berpamitan pada yang lain karena masih memiliki tugas sekolah yang harus mereka kerjakan. Setelah berpamitan keduanya pun langsung pergi meninggalkan masjid menuju rumah mereka. "El, kamu tadi dengerin ustadz ngejelasin apa enggak?" tanya Aimee. "Enggak, aku juga tidur kaya kamu, hehehe," ujar Helen dengan wajah tanpa dosanya.

Aimee pun menghela napasnya dibarengi dengan gelengan kepala. Ia tak habis pikir kenapa setiap mengaji Aimee maupun Helen selalu sama-sama tertidur, kalaupun tidak tidur pasti dua-duanya tidak tidur sehingga mereka sering kali bingung untuk menulis penjelasan lebih lengkap tentang apa yang baru saja mereka logat selama di pengajian saat mereka tertidur.

"Mi kamu kapan jadinya olimpiade?" tanya Helen menghilangkan keheningan selama perjalan. "Minggu depan. Kenapa?" tanya Aimee balik. "Gapapa sih, nanya aja, hehehe," ujar Helen. Tak lama mereka pun sampai di rumah, keduanya pun langsung pergi ke kamar mereka masing-masing untuk berganti pakaian lalu pergi ke dapur untuk membuat mie karena lapar.

"Ami, Elen, kalian kapan pulang?" tanya Mawar, sang oma. "Oma belum tidur?" tanya Aimee balik saat mendapati sang oma yang baru saja datang. Belum. "Oma mau ambil minum dulu udahnya mau tidur," ujar Mawar lalu mengambil segelas air. "Kalau kalian mau makan ayam angetin aja ya," ujar Mawar sebelum meninggalkan keduanya kembali ke dalam kamar.

Setelah selesai makan Aimee dan Helen pun kembali ke kamar mereka masing-masing. Aimee mengambil sebuah buku dari raknya untuk mempelajari beberapa materi olimpiade yang akan datang. Namun saat ia mengeluarkan kotak pensilnya dari tas sebuah kertas berbentuk hati ikut jatuh. Aimee pun mengambil origami tersebut lalu menyimpannya di atas meja dan kembali pada tujuan awalnya untuk belajar.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas kurang, Aimee pun membereskan buku dan alat tulisnya kembali. Namun sebelum menutup bukunya Aimee menyelipkan origami hati yang sebelumnya ia simpan di atas meja sebagai pembatas bukunya, barulah setelah itu ia menyimpan bukunya kembali ke dalam rak.

Aimee pun beranjak menuju kasurnya, seperti biasa ia akan mengecek ponselnya sesaat sebelum tidur. Besok gue jemput. Sebuah pesan itu membuat sebuah bulan sabit di wajah Aimee. Tak membalasnya, Aimee langsung mematikan ponselnya dan menyimpannya di atas nakas sebelah kasurnya. "Night, Zain."

🪐🪐🪐

Jumat, 29 Desember 2023

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Dec 29, 2023 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

AkaraUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum