12

106 12 2
                                    

"Ricky," panggil Ruowei. Ia dan suaminya kini berada di mobil untuk perjalanan menuju rumah Hexiang. Ya, mereka berdua akan tinggal disana. Ruowei tidak terlalu keberatan karena ada Hedi pula. Selain itu semua penghuni rumah termasuk Zige punya pekerjaan yang mengharuskan keluar rumah setiap harinya. Ruowei akan tinggal sendiri tanpa gangguan.

"Apa?!"

"Aku berbicara dengan baik. Kenapa kau marah seperti itu," sela Ruowei.

"Tidak ada yang marah. Kau saja yang cepat terbawa perasaan," balas Ricky cuek. Dia tengah sibuk dengan ponselnya.

"Aku mau turun melihat sunset, berhubung macet ini sepertinya awet." Jam lima sore memang waktu orang-orang pulang bekerja. Tidak heran jika jalanan penuh sesak dengan kendaraan. Mobil Ricky yang dikemudikan Krystian juga kebetulan berhenti di dekat pelabuhan dengan view laut yang sangat memanjakan mata.

"Tunggu, kau mau kemana?" Ricky yang membuka seatbelt lalu berniat keluar dari mobil mengundang tanya Ruowei.

"Katamu ingin melihat sunset."

"Ya tapi kenapa kau ikut?" Ruowei berkacak pinggang.

"Kau memiliki tubuh yang kecil dan gesit. Dalam waktu sedetik bisa hilang dengan mudah dari hadapanku. Aku juga harus mengawasimu agar tidak berbuat sesuatu yang aneh," jelas Ricky. Kekhawatiran terbesarnya saat ini hanya Ruowei. Jangan sampai image baik yang dia bangun susah payah di depan pemegang saham musnah. Ricky takut Ruowei melakukan hal-hal yang mengundang paparazi.

"Hm terserah." Ruowei lelah dengan segala tingkah laku Ricky. Lagipula apa yang bisa ia lakukan selain pasrah? Ricky sekarang memegang kendali penuh pada hidupnya.

Ruowei diikuti Ricky berjalan menuju pelabuhan kemudian. Sesampainya disana, rasa kesal Ruowei menguap begitu saja. Langit yang begitu indah benar-benar mengalihkan seluruh perhatiannya. Ruowei lalu tersadar bahwa momen ini sayang jika tidak di abadikan. Dengan antusias ia membuka sling bag dan mengambil ponsel.

Ketika menekan tombol power pada ponselnya, Ruowei mendesah kecewa. Karena terlalu lama bermain game tadi ponsel itu menjadi lowbatt.

"Kenapa harus disaat seperti ini? Ponsel sialan!"

Sedang Ricky yang terus memperhatikan gerak gerik Ruowei menyadari satu hal. Baju yang dia pakai adalah baju yang sama dengan semalam.

"Kenapa kau memakai baju itu lagi?" Tanya Ricky. Jaraknya agak sedikit jauh dari Ruowei yang memang berdiri di pinggir pembatas. Tak lama Ruowei berlari kecil padanya. "Menjauhlah sedikit, kau pasti bau."

Mendengar cemoohan Ricky seketika Ruowei menghentikan langkahnya. "Hei meski dipakai kembali gaun ini masih wangi! Tanpa kau suruh aku akan menjauh. Aku juga tidak ingin dekat denganmu."

Ruowei berbalik ke tempatnya berdiri barusan. Namun ia kembali teringat tujuannya hendak menghampiri Ricky. "Tuan!"

"Ada apa?"

"Pinjam ponselmu untuk memotret langit!" teriak Ruowei.

"Memangnya ponsel milikmu ada dimana?"

"Ini, kehabisan baterai." Ruowei menunjukkan ponsel mati di tangannya.

"Diam disitu, biar ku fotokan. Tidak usah kemari!" perintah Ricky. Ruowei menurut saja karena dia yang meminta tolong.

Ricky mulai mengarahkan kamera ponselnya pada langit yang berwarna jingga. Namun belum sempat mengambil gambar, fokusnya teralih. Dibanding langit Ruowei justru lebih menarik. Tangannya tanpa sadar mengabadikan paras gadis yang sudah resmi menjadi istrinya. Tak tanggung tanggung, Ricky mengambil tiga foto sekaligus. Bukan sunset tapi Ruowei yang menjadi objek utamanya.

ISTRI KONTRAK TUAN MUDA || Ricky ZB1Where stories live. Discover now