03

85 9 0
                                    

"Kau pikir dengan berita dia mempunyai pacar akan meredakan rumor-rumor itu? Justru malah akan memperkuat opini bahwa dia suka bermain wanita. Ibumu benar Rui harus menikah."

"Tapi Ayah!"

"Jangan membantah seperti adikmu. Ayah tau kau gadis penurut."

Xiaoting terdiam. Pikirannya berkecamuk, entah bagaimana nantinya membicarakan hal ini pada Ricky. Menjadi Presdir saja Xiaoting belum yakin Ricky menerima, apalagi dijodohkan lalu menikah.

"Mau ke kamarku?" tawar Hedi pada Xiaoting.

Kun yang sedari tadi hanya menyimak sambil membisu mendadak terkejut. Apakah dia tidak salah dengar? Hedi baru saja mengajak Xiaoting ke kamarnya. Memang Hedi adalah kakak ipar Kun. Tetapi usia Kun jauh di atas Hedi.

"Ya," Xiaoting menjawab pelan.

Tanpa berpamitan dengan suaminya, Xiaoting melenggang pergi. Kun hanya bisa menyaksikan adegan itu di depan matanya. Selemah itulah dia dihadapan mertua. Jika saja Hexiang dan Zige tidak ada, dia sudah memarahi Xiaoting.

"Kun," Zige memanggil menantunya.

"Ya Bu?" Kun beralih menatap Zige, meski ekor matanya tidak bisa merelakan kepergian Xiaoting.

"Mungkin malam ini Xiaoting tidak ingin pulang ke rumah kalian. Kau istirahatlah di kamarnya. Masih ingat kan?"

"Iya aku masih ingat."

Dengan terpaksa Kun beranjak menuju kamar Xiaoting. Tentu saja dia tidak bisa tidur. Istrinya sekarang berada di kamar kakak laki-lakinya. Mungkin bagi orang lain itu hal yang wajar tapi tidak bagi Kun. Baik Hedi maupun Xiaoting keduanya sama-sama orang dewasa. Kun tidak bisa menghalau pikiran negatif di benaknya.

Sementara itu Xiaoting dan Hedi tengah bersantai di balkon kamar. Tepatnya hanya Hedi karena Xiaoting tidak bisa tenang sedari tadi.

"Tenanglah Rui akan baik-baik saja." Hedi berujar seraya menuangkan wine pada gelas Xiaoting.

"Bagaimana kau tau? Rui sangat tempramental ge. Aku takut dia depresi nantinya."

"Tidak akan, aku sudah mengatasi hal ini dengan mengiriminya pesan."

"Pesan apa?" Xiaoting bertanya. Hedi tidak menjawab. Pria itu malah tersenyum menatap adiknya lalu mengecup keningnya.

Tak lama mobil Ricky memasuki halaman rumah. Xiaoting harap-harap cemas melihat adiknya dari atas balkon. Hatinya tak henti berdoa, agar Ricky tidak melakukan hal yang aneh.

Ricky sendiri segera memasuki rumah diikuti Brian. Ia lantas berjalan hingga ruang makan. Bukan tanpa alasan, namun gegenya lebih dulu memberi tahu melalui pesan apa yang baru saja terjadi, dan apa yang harus dia lakukan.

"Selamat malam Ayah, Ibu. Maaf terlambat." Ricky mendekati Zige lalu mencium pipinya. "Miss you."

"Miss you too son. Duduklah dan dengarkan Ayah. Kau anak baik Ibu kan?"

Mengangguk pasrah, Ricky duduk di samping Ibunya. Sebenarnya ia sudah tau semuanya dari Hedi. Reaksinya pertama kali tidak usah ditanya. Tentu ia kesal, marah, dan ingin protes. Tetapi di akhir pesan Hedi mengatakan penyakit Ayahnya sempat kambuh. Oleh karena itu Ricky diam saja saat Ayahnya membicarakan pergantian Presdir dan perjodohan untuknya.

———

"Shen Hedi kau jahat sekali!" Xiaoting memaki Hedi hingga bangun dari duduknya. "Teganya membohongi adik kecilku."

Ya, Hedi berbohong. Hexiang baik-baik saja. Namun jika ia tidak membohongi Ricky pasti adik bungsunya itu akan mengamuk.

"Hey calm down, dimana kesopanmu tidak memanggilku gege." Hedi menarik satu tangan Xiaoting agar gadis itu duduk lagi. "Kau tau? Sebenarnya Rui sangat menyayangi Ayah. Hanya saja dia gengsi, dia dan Ayah juga sama-sama orang keras kepala. Dengan cara ini tentu mereka bisa duduk tenang bersama."

ISTRI KONTRAK TUAN MUDA || Ricky ZB1Where stories live. Discover now