"Lo yakin Tuhan itu ada?"
"Di dunia ini nggak ada yang bisa lo percaya selain diri sendiri."
"Untuk apa percaya sama sesuatu yang nggak bisa dilihat oleh mata? Lo yakin berdoa sama dia bakal dikabulin?"
Ini tentang Alesya, gadis cantik yang tidak pe...
"Kakak," panggil Alesya. Tapi tidak ada sahutan dari Zayyan.
"Kakak marah soal Arvan ngajak Ale keluar semalam?" tanya Alesya lagi. Tapi tetap tidak ada jawaban membuat gadis itu menendang kursi di depannya.
"Kakak ih! Ale bicara tau dari tadi! Jangan dicuekin napa?!" kesal Alesya menatap Zayyan tajam. Sedangkan sang empu yang ditatap hanya menunjukkan ekspresi datarnya, berhasil membuat nyali Alesya menciut.
"Kenapa? Kakak lagi masak," sahut Zayyan apa adanya.
Alesya menggigit bibir bawahnya. Rasanya mau nangis saja. Dicuekin oleh Zayyan seperti ini benar-benar diluar dugaan Alesya. Padahal, cuma perkara ia pergi dengan Arvan semalam, salah kali ya?
"Ka-kakak marah?" tanya Alesya mencoba menetralkan nadanya.
Zayyan menggeleng sebagai jawaban.
"Boong! Terus kenapa Ale dicuekin terus?!"
"Kakak lagi masak, Ale."
"Ih, kan bisa jawab Ale sambil masak! Kakak pasti marah, kan?! Jujur aja kali!" desak Alesya masih tidak menyerah.
"Sekarang kamu sarapan, nanti telat." Alesya menekuk bibirnya lesu mendapatkan respon seperti itu dari Zayyan. Mau tidak mau Alesya menurut untuk menghabiskan sarapannya.
Setelah selesai dengan sarapan paginya, Alesya berangkat dengan kedua sahabatnya menggunakan mobil Tea. Tadinya Zayyan yang ingin mengantarkan Alesya, tapi gadis itu langsung menolak.
"Woi, diam aja lo, kenapa? Lagi ada masalah?" Pertanyaan dari Netta membuat helaan nafas terdengar dari Alesya. Namun gadis itu masih enggan bicara.
"Mau susu nggak?" tanya Netta lagi, melihat Alesya diam itu nggak enak asli.
Alesya seketika menoleh dan menjulurkan tangannya pada Netta. "Mana?"
Netta terkekeh pelan, mengeluarkan satu kotak susu strawberry dari dalam tasnya dan memberikan pada Alesya. Gadis pecinta susu itu meminumnya dengan lahap.