31. Permainan Kejujuran dan Kebohongan

143 22 0
                                    

Tiga hari semenjak dirinya dan Rei dijebak dalam gudang jerami dan kayu di peternakan. Jake memutuskan untuk mendiami Nenek. Lihat saja saat mereka berdua pulang, Nenek langsung melihat ke arah cara berjalan Rei.

Kelihatan sekali.

Nenek tidak akan meminta maaf. Jake juga tidak berharap. Tapi kasihan Rei yang langsung demam sepulang dari peternakan.

Jake mengambil beberapa buku bacaan, buku tulis dan alat tulis di satu tangan, lalu tangan lainnya digunakan untuk menggenggam lengan Rei menuju teras rumah (balkon) mereka.

Rei belum pernah ke atas sini sejak datang ke rumah mereka. Hari sudah sore, sengaja agar tidak terlalu terik. Di teras tidak terdapat banyak benda, hanya ada beberapa tanaman di tiap pojok teras, lalu set meja dan kursi kayu, dan ada ranjang bambu yang biasa dipakai saat musim panas untuk tidur di teras.

Jake meminta Rei duduk di lantai, Jake sendiri ikut duduk dan meletakkan barang bawaannya di tengah-tengah. Mereka duduk di bagian yang masih terlindungi atap ijuk.

Jake menyerahkan satu buku kosong beserta pensil dan penghapus kepada Rei, yang menerima itu dengan senang hati.

Jake mulai menuliskan huruf per huruf di kertas kosong itu dengan pensil warna agar berbeda-beda. Jake meminta Rei mengikuti setiap huruf yang dia tulis, dimulai dengan abjad serapan yang lebih mudah.

Setelah Rei menulis ulang setiap huruf yang diminta Jake. Jodohnya itu mengajarkan cara pelafalannya. Dan Jake menyadari satu hal, Rei adalah tipe murid yang mudah belajar, walaupun sering melupakannya lagi dalam waktu cepat.

Tapi tidak masalah. Namanya juga belajar. Jake harus optimis dan tetap semangat mengajari Rei agar gadis itu juga semangat belajar.

Kegiatan keduanya terus berlanjut hingga dua minggu masa liburan Jake. Sebuah kemajuan yang selalu Jake ceritakan pada Jay dan Ibu Park di hari minggu ketika dia menemui keduanya.

Minggu pertama:
"Sejauh ini, Rei sudah bisa menulis huruf per huruf abjad serapan dan melafalkannya dengan benar. Belum sampai kepada menyusun kalimat."

Minggu kedua:
"Rei sudah mulai bisa menyusun kata sederhana seperti namanya dan namaku. Itu sebuah kemajuan 'kan? Dan ya, aku mengajari Rei aksara dan pelafalan Lavani lama. Tidak kusangka, Rei jauh lebih cepat mempelajari ini dibandingkan dengan abjad serapan."

Namaku Sim Rei. Marga ini diambil dari nama jodohku, Sim Jaeyun.

Itu adalah kalimat yang baru saja selesai dibaca Jake. Kalimat terpanjang yang ditulis Rei dalam abjad serapan. Jake tersenyum, bahkan matanya memanas saking terharunya.

"Kamu sudah semakin pintar," puji Jake. Rei tersenyum cerah mendengar itu.

"Sekarang, coba tulis ulang kalimat itu dalam aksara dan pelafalan Lavani lama. Kamu bisa?" Rei tampak berpikir lama saat mendengar titah Jake.

"Aku bisa melihat contoh?" Jake mengangguk. Rei pun mengangguk setuju setelahnya.

Cukup lama, Jake kembali menerima buku tulis yang sudah banyak terisi tulisan tangan Rei itu. Jake membaca dua kalimat terbaru yang ditulis Rei.

Jake merentangkan tangannya, Rei langsung masuk ke dalam pelukan suaminya itu. Jake tidak mengatakan apapun, dia mengelus kepala sampai punggung gadisnya.

"Kamu hebat."

Sampai saat hari ke-18 mereka belajar di teras. Tidak pernah ada yang memergoki atau sekadar mengetahui kegiatan keduanya. Itu bagus, karena meski pun semua terlihat membaik, Jake tidak ingin ambil resiko lebih besar.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Where stories live. Discover now