2

161 32 4
                                    

Taehyung menyesap tembakaunya dalam hening, sesekali menerawang langit malam yang teduh dengan semilir angin yang dingin. Kepulan asap yang Taehyung hembuskan melebur dan lenyap, melepaskan penat yang sedikit mengganggu isi pikirannya sejak tadi. Ia duduk di atas kap mobilnya, kaki menyilang dan tangan kiri menyangga siku, pendar mata cokelat Taehyung tak pernah lekang oleh waktu, indah dan bercahaya—sekalipun rasa kesalnya masih belum pudar juga, dan adalah hal yang berat harus mengakui bahwa sesuatu yang telah direncanakan matang justru berakhir diluar harapan.

Taehyung menarik nafasnya lagi, mengisi paru dengan asap rasa mint menyegarkan, seolah merilekskan otot kepalanya yang pening karena amarah. Setidaknya, rokok menjadi salah satu pelarian terbaik baginya, daripada mabuk-mabukan, lalu nge-fly, dan berujung membongkar aib sendiri di depan orang kurang Taehyung percaya. Taehyung masih waras, nalarnya masih berfungsi, meskipun mengarungi waktu dan mengikis jarak untuk menemukan eksistensi Jeon Jungkook adalah effort gila yang berujung sia-sia. Untuk pertama kalinya, Taehyung menyesali keputusan yang pernah ia buat, karena sebelumnya ia tak pernah seceroboh ini.

Puntung rokok di jemarinya ia jatuhkan ke tanah, diinjak tanpa minat sampai nyala apinya tidak tersisa. Taeyung menerawang lagi tanpa hambatan, seolah pasrah saja dengan waktu yang bergulir tanpa jeda, menikmati heningnya malam di bawah payung bintang yang bertaburan. Mungkin harapannya mulai redup, tapi semangatnya masih tetap hidup. Ia percaya, ada masanya nanti dirinya bisa bertemu dengan Jeon Jungkook, setidaknya dalam seminggu ini, karena jika lebih dari itu, mungkin kapasitas keberuntungannya sudah habis tanpa sisa. 

Taehyung merogoh saku sweaternya, merasakan keberadaan ponsel di setiap sentuhan kulitnya. Genggamannya ragu, dan cahaya matanya terganggu. Sepertinya, memilih untuk mematikan getar ponsel adalah kebiasaan buruknya ketika ingin lari dari kenyataan. Padahal, mau bagaimanapun keadaan, entah itu suka atau duka pun, Taehyung harus telan, kan? Taehyung terlalu takut untuk menghadapi kenyataan, padahal sebetulnya, apa yang ia bayangkan tidak seburuk yang ia takutkan. Tapi, jika yang ia takutkan selama ini betulan terjadi, lantas ia akan bagaimana? Taehyung harus apa?  Tidak ada, kan? Jawaban yang sama jika ternyata yang datang adalah apa yang diharapkan, lantas apa? Tidak ada, kan? Semuanya akan berujung perpisaha, dan Taehyung akan berakhir berpisah dengannya. 

"Heh." Taehyung terkekeh, kesal dengan pikirannya sendiri. Merumitkan diri sendiri tanpa mengasihani diri. Sebetulnya Taehyung benci dengan sisi diri yang seperti ini. Andai saja ada tempat yang cocok untuk membuang kebiasaan yang begitu, mungkin sudah jauh-jauh hari ia membuangnya. 

Padahal, cukup dengan melihat ponsel dan apakah ada pesan masuk saja tidak sesulit itu, kok. Tapi, masalahnya disini adalah, di situasi sekarang, Taehyung sedang menunggu pesan atau mungkin ada misscall dari Jungkook yang masuk dan muncul di notifikasinya. Menunggu hal kecil seperti itu seolah sedang menunggu kejutan yang tidak tau akan diberi sisi yang apa, entah itu terjadi atau mungkin tidak sama sekali.

Taehyung menghembuskan nafasnya keras, menyemangati diri sendiri untuk tidak gugup dengan apa yang tengah ia hadapi. Lantas dilihatnya ponsel dengan layar yang mati terkunci, belum berani untuk membukanya dengan sidik jari. Taehyung takut sekali, untuk hal yang tidak pasti, dan itu adalah kebiasaan yang sangat merugikan diri sendiri, dan Taehyung sedikit menyadari bahwa menunggu itu melelahkan.

Tapi, bagaimana jika ternyata ia sendiri yang membuat dirinya menunggu untuk hal yang tidak pasti?

•••

Ketika jam sudah menunjukkan pukul 22:00, maka siapapun yang ada di area kitchen dan sekitarnya harus segera meninggalkan tempat dan digantikan karyawan lain yang energinya masih fresh dan wangi segar sabunnya masih tercium harum. Semua anak magang sampai chef pun sudah terlihat mulai meninggalkan area parkir club untuk pulang. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GLAVER: Taehyung and Jungkook's First and Last Touch in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang