Distopia 5

121 49 53
                                    

Terkadang menjadi orang yang serba tau ingin menanyakan lebih dalam lagi. Seperti mempelajari ilmu terus menerus sampai dimana hasil yang akan menjadi saksinya. Seorang anak bukan barang yang bisa di lakukan semaunya, karena tujuan anak itu ada adalah untuk melanjutkan cerita keluarganya dan itu akan terus menerus sampai dimana dunia tidak bisa di huni lagi.

___________________________________&_____

Jangan lupa Vote dan Komen.
Selamat membaca

 Selamat membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-

Aku duduk di rumput sambil menatap sungai sendirian di sore hari dan mengingat teka-teki di balik orang terkenal bersama masyarakat. Beragam-ragam kejahatan dari orang terkenal terbongkar saat beberapa masyarakat menjadi korbannya dan dimana mereka bilang ada Konsultan Shadow. Menatap orang berlalu lalang dengan wajah tanpa ekspresi lalu bergumam, "Kenapa dia melakukan hal ini dan korban yang meminta bantuannya juga tidak takut untuk di penjara atau apapun itu. Apa dia menyuruhnya mengambil resiko yang dia buat kepada korban."

"Tapi ... Zat racun itu ... Apakah dia juga?" sambung ku sambil berdiri secara tiba-tiba dan membuat orang yang berlalu lalang terkejut.

Aku hendak menaiki motor pun terhenti, ketika melihat Gea yang hendak masuk ke mobilnya dan aku berlari ke arahnya sambil berteriak, "GEA!!!"

"Assalamualaikum, habis dari mana dan sekarang mau kemana?" tanyaku dan Gea berpikir sambil menyenderkan tubuhnya di mobil.

"Lucunya!" batinku yang menjerit.

"Waalaikumsalam, habis ke cafe dan mau pulang. Tapi, jika Kak Mera mau bermain dengan ku juga boleh," ucapnya sambil senyuman dan aku tersenyum lebar.

"Hm, bagaimana kalau ke TAMAN!!!" teriak di kata terakhirku dan Gea pun mengangguk.

"Giaran, kau mau ikut juga tidak?" tanya Gea dan aku menatap gadis yang mengangguk antusias.

"Ha- halo, Kak Mera," sapanya.

"Halo juga, Gia," sahutku.

"Ayo bermain di sana," lanjutku dan mengenggam tangan mereka.

Menatap lampu lalu lintas masih hijau hingga dimana aku melepaskan tangan mereka sambil berlari ketika melihat pria yang berlari di tengah jalan dan kami berdua pun terjatuh. Menatap pria dengan khawatir lalu ia menatapku dan membuatku menatap ke arah pria tua yang menghampiri kami. Gea langsung menendang kayu yang hendak di arahkan kepada kami dan aku berdiri.

"Gea, Gia, bisakah kau menenangkan pria itu," pintaku sambil menatap mereka yang mengangguk lalu menghampirinya, "kau! pria tua!!"

"Kak, baik-baik saja?" tanya Gia dan pria itu mengangguk sambil menahan ketakutannya.

"Kembali kau! Kenapa kau tidak bisa mendengarkan ayahmu!" kesal ayah pria itu.

"Aku detektif dan sebentar lagi polisi akan datang. Kau melakukan tindakan tidak pantas kepada anakmu!" tegasku dan dia tertawa.

HEY!!! MERABELLA: Mawar Dua Warna Where stories live. Discover now