Distopia 1

143 58 48
                                    

Selamat membaca jangan lupa follow akun dan aku akan follback

&

Uang dan martabat adalah posisi tertinggi yang akan menelan diri kalian secara perlahan, jika di iringi dengan ego dan keserakahan. Jangan pernah menjadi merah, jika kalian takut kepada sang putih. Hidup ini adalah gurauan dan permainan, karena kehidupan yang sebenarnya adalah setelah kematian kalian.

____________________________________&_________

Mereka tersenyum kecil, namun tidak dengan Taerulis yang menatap ke arahku dengan tatapan aneh dan aku pun hanya menatapnya datar. Duduk di samping Pak Kim, Sheilla langsung mengambil kursi yang hendak Mina duduki dan Mina hanya tersenyum tipis dengan sikap sang senior itu. Sheilla menatapku tajam lalu aku menjitak dahinya dan ia tertawa sambil berkata, "Muncul juga kau, aku sudah menunggumu semalaman, ini surat dari orang itu lagi dan jangan memujinya."

Keningku mengerutkan dengan perkataan terakhir Sheilla lalu mengangguk dan membaca surat itu. Menatap papan tulis lalu mengambil kopi yang telah aku seduh tadi dan menatap jendral polisi yang heran kepadaku. Aku yang mengerti situasinya pun tersenyum kecil.

"Pak jendral pokus tadi ke papan tulis hingga tidak menyadari ada yang masuk dan aku pun menyeduh kopi sambil menunggu mereka datang di pojok dekat kopi yang ku seduh. Bahkan, kalian yang masuk ke ruangan pun tidak merasakan kehadiranku." Jendral polisi mengangguk lalu tersenyum ke arah Pak Kim dan Pak Min yang datang membawa kopi.

Di sisi lain, wakil gubernur sedang menikmati pemandangan dari rumahnya, ia tersenyum lebar dengan apa yang ia dapatkan dan seorang pria paruh baya yang datang dengan wajah resah.

"Ku mohon, berikan saya waktu," ungkap pria paruh baya yang memohon.

"Berikan jantung mu dan akan ku tanggung biaya anakmu. Jika bisa, semua organ mu juga boleh dan aku akan menjadikan dia anak angkatku dengan bergelimang harta sampai aku mati." senyum lebar pria itu dan pria paruh baya akhirnya mengangguk.

Ia pun menelpon sang anak untuk terakhir kalinya dan tembakan datang ke arahnya. Pria itu tertawa puas lalu berkata, "Aku berbohong, orang miskin sepertimu lebih baik mati dengan organ yang ku jual untuk kekayaan ku!"

"Ayah! Aku mohon hentikan ini!" pinta sang anak laki-laki yang berteriak kecil.

"Kenapa, kau ingin melaporkan ayah ke polisi. Kau tidak bisa melaporkan ayah dan masuk ke dalam kamar sekarang!" tegas ayahnya dan anak laki-laki itu pergi dengan wajah sedihnya.

Ia membuka pintu kamarnya lalu tidur di kasur dan mengambil handphonenya. Ia menangis meratapi kehidupan yang mewah dengan membuat seseorang menderita dan ia tidak sanggup dengan perilaku sang ayah yang sangat kejam itu. Hendak menelpon seseorang pun terkejut dengan suara tembakan di ruangan sang ayah, ia bersembunyi saat melihat bodyguard ayahnya melawan orang yang berpakaian dress putih panjang dengan topeng hitam di wajahnya di iringi dengan bunyi tembakan di campur dengan suara hantaman. Tangannya yang menyentuh tembok bergetar hebat, ia takut akan menjadi target mereka. Matanya menatap para bodyguard tewas seketika lalu memundurkan langkahnya dengan rasa takut sambil menutup mulutnya saat melihat seorang gadis berambut panjang hitam yang memakai dress putih dengan topeng putih tersenyum ke arahnya sambil membawa ginjal sang ayah di tangannya lalu melihat sang ayah yang telah terkapar di samping gadis itu. Mereka pun pergi begitu saja.

"Apakah kau puas, Nak Sandi?" Suara sang bibi datang lalu menahan air matanya sambil menatap sandi yang bergetar hebat.

"Bu- bukan ini yang ku inginkan, bibi," ucapnya sambil menatap tajam ke arah Bibinya.

HEY!!! MERABELLA: Mawar Dua Warna Kde žijí příběhy. Začni objevovat