part 44

258 12 0
                                    

*  *  *

*

*

Sebuah langkah kaki kecil berjalan menyusuri aspal yang memancarkan hawa panas karena pantulan cahaya matahari yang sangat terik.

Sesekali terdengar gumaman melodi dari pemilik langkah itu.

Setelah berlari-lari kecil selama beberapa saat, akhirnya ia sampai di tempat tujuannya. Pandangannya tertuju pada sesosok pemuda kecil yang memiliki umur yang tidak terpaut jauh dari nya. Dengan sebuah tas yang berada di punggungnya dan jangan lupakan botol minum yang bergelantungan di bagian perutnya dengan tali yang melingkari lehernya.

"HYUNGGG!" pekik anak kecil yang bersenandung tadi melihat saudaranya yang duduk di kursi depan rumah sewa tempatnya tinggal.

"aish.. Sungchan? kau dari mana saja? Hyung menunggu dari tadi"

"maaf Hyung" kepala anak yang bernama Sungchan itu menunduk menandakan dia merasa bersalah "tadi Sungchan makan siang dulu di taman bermain"

"yasudah ayo masuk" ajaknya menarik tangan Sungchan untuk berjalan bersamanya.

"Mommy Na belum pulang?" Sungchan menggeleng.

"Sungchan tidak tahu, tapi sekarang belum jam pulang Mommy Na, mungkin Mommy masih di toko bunga"

"ayo kita masuk dulu dan membantu Mommy untuk membereskan rumah" ajak yang lebih besar sambil terus menggenggam erat tangan mungil itu.

"ayoo! Jisung-ie Hyung"

Mereka berdua langsung berjalan cepat menuju pintu rumah. Jisung mengambil kunci dari dalam tasnya dan membuka pintu menggunakan kunci yang dibawanya.

*

*

*

Di tempat lain, tepatnya di 'Karina Florist' seorang pemuda tampan nan gagah tengah berdiri di pintu masuk sambil memandang sisi kanan dan kiri mencari seseorang yang mungkin bekerja di toko bunga ini. Tangannya memegang erat ponsel yang menampilkan alamat tempat ini.

Kakinya melangkah ragu untuk masuk kedalam karena terlihat sepi.

"permisi" ucapnya setengah berteriak.

"ada orang?"

"hallo!"

Merasa tak ada jawaban dari dalam toko, ia memilih untuk menunggu di luar.

"SEBENTAR"

Saat hendak melangkah keluar dari arah belakangnya ia mendengar suara teriakan membuatnya menghentikan aksinya, memutar tubuhnya menghadap sumber suara dan menunggu si empu suara untuk menghampirinya.



"Ja-"

"Jaemin.." lirihnya, ponsel yang berada di genggamannya terjatuh ke lantai.

Matanya berkaca-kaca menatap sesosok manusia yang beberapa tahun belakangan ini selalu menghantui pikirannya. Dengan langkah gontai ia berjalan mendekati pemuda yang telah mengeluarkan air mata didepannya itu.

Dengan cepat ia menarik tangan orang telah menangis terisak itu ke dekapannya. Tangannya dengan telaten merengkuh tubuh yang lebih kecil darinya itu untuk masuk ke pelukannya.

Pelukan yang diberikannya sangat erat seakan jika ia melepaskan pelukan itu, maka ia akan kembali kehilangan pemuda di pelukannya itu.

"aku merindukanmu Jaemin" tangisnya ikut pecah, air matanya ikut luruh membasahi pipinya.

My Destiny Is With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang