part 2

504 21 0
                                    

*  *  *

*

Seperti janji mereka tadi siang, kini Felix, Haechan, Jaemin serta Renjun sudah berada di depan gerbang mansion megah keluarga Huang.

Mereka berjalan memasuki halaman mansion megah Renjun. Ini bukan pertama kalinya mereka datang kesini. Namun, suasana tempat ini tidak berubah dimata mereka tempat ini masih terkesan indah dan seperti baru pertama kalinya mereka datangi.

"ohh ayolah jangan seperti itu, ini bukan pertama kalinya kalian datang ke sini, ayo masuk jika tidak ingin dikunci di luar" ucap Renjun lalu menutup pintu dengan perlahan meninggalkan teman-temannya yang masih menikmati pemandangan di taman mansion nya.

"hei hei! Huang Renjun ayolah, kau seperti mau mengusir kami dengan cara yang lembut" tukas Haechan sambil berlalu menuju pintu.

"kau kenapa? aku bahkan tidak mengatakan kata-kata yang ingin mengusirmu" tanya Renjun bingung dengan ucapan Haechan.

"kau memang tidak mengucapkannya, tapi kelakuan mu sudah membuktikannya dengan kau menutup pintu sebelum kami mas-"

"sudahlah ayo masuk Chan" potong Felix cepat sebelum terjadi perdebatan panjang antara Haechan dan Renjun. Mereka berdua tidak akan mau mengalah jika sudah berdebat.

Haechan berjalan masuk diikuti oleh Felix dan Jaemin di belakangnya. Renjun menyuruh mereka untuk langsung menuju kamarnya dan menunggu disana.

Renjun sekarang sedang berada di dapur menyiapkan beberapa camilan dan minuman untuk tamu-tamu spesialnya. Setiap teman-temannya datang ke rumah Renjun selalu membantu para maid menyiapkan makanan. Ia tidak ingin terlalu merepotkan mereka dengan kedatangan teman-temannya.

"tuan muda, biar saya saja yang mengantarkannya ke atas, tuan bisa menunggunya disana" ucap seorang maid yang bertugas di dapur mansion Huang.

"tidak apa-apa, aku akan membantu membawa minuman ini dan sisanya kau yang bawa" Maid itu mengangguk lalu menyusun semua camilan milik Renjun di atas nampan dan berjalan bergegas menyusul Renjun yang sudah hampir menaiki tangga akhir menuju kamarnya.

*

*

*

Haechan menatap kesal beberapa sobekan kertas yang terletak di depannya. Beberapa menit yang lalu Renjun mengamuk karena kesal melihat tugas yang telah lelah di tulisnya salah, padahal sudah dua lembar hvs yang di selesaikannya, namun apa boleh buat (?) Salah ya salah.

Renjun yang kesabarannya sangat tipis, setipis tisu  dibagi sepuluh, hanya bisa merobek-robek hvs hasil kerjanya dan melemparkan nya ke sembarang arah.

"cihh.. sudahlah Renjun, jika kau tidak paham biar aku atau yang lain saja yang mengerjakannya" decak Haechan mencoba bersabar menghadapi sikap Renjun.

"iya Njun, biar aku saja yang mengerjakannya, kamu bisa mengerjakan yang lain, lagipula masih banyak yang harus kita kerjakan dan hari ini hari terakhir kita mengerjakannya" Jaemin ikut menimpali.

"Jaemin benar kita harus menyelesaikannya malam ini karena besok aku ada janji dengan Hyunjin" kini Felix ikut bersuara.

"kau... " ucapan malas Renjun, memicingkan matanya penuh interogasi.

drtttt...

Suara getaran handphone Jaemin mengalihkan perhatian mereka semua, tatapan mereka beralih menatap sumber suara itu. Jaemin mengedikkan bahunya acuh, tangannya beralih meraih tasnya dan mengambil ponsel dari dalam tas. Matanya fokus menatap ponselnya melihat nama orang yang sedang menelfon, tertera jelas di layar ponselnya.

My Destiny Is With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang