Empat belas

1.8K 239 38
                                    

"Sayang hamil? makasih Sayang, makasih. "

Sudah satu jam berlalu, rasa bahagia itu masih sangat terasa, ada penghuni baru yang menempati rahim istrinya setelah gejolak batin yang luar biasa Ia rasakan selama puluhan tahun lamanya.

Kemanapun Becky pergi Ia akan selalu ada di belakang wanitanya, Freen mendadak menjadi yang paling was-was dengan apapun yang Becky rasakan.

"Kamu bisa duduk aja gak Sayang?, Aku gak konsen masaknya kalau Kamu liatin terus. "

"I love you Bec, Kamu tau kan?"

"Tau, "

Senyuman yang tiada hentinya membuat Becky merasakan perasaan yang jauh lebih bimbang dari sebelumnya, Ia butuh dukungan, tapi Ia takut jika ini semua mendadak menjadi masalah besar untuk dirinya dan keluarganya.

"Aku gak nyangka, Aku bisa diposisi ini, gak lagi ngerasain takut, "

Becky tersenyum, Ia memejamkan matanya, saat merasakan jika semua ini akan membawanya lebih jauh dalam rasa sakit.

"Bec, nanti Kita ke dokter kandungan ya?"

"Hmm, Kamu seenggak sabar itu ya?"

"Iya, Aku bahagia banget, makasih Sayang. "

Pelukannya, jauh lebih nyaman dari yang Ia harapkan, Freen membuatnya merasa penuh dalam perasaannya, Ia mencintai dengan begitu tulus, Becky merasakannya, Ia benar-benar membuat hubungan Mereka hangat.

Masakan sederhana, hanya capcay dengan udang krispi dan udang telur asin, Freen menyukai masakan itu, tidak merepotkan, Ia menyukai hal yang simple.

"Makan yang banyak ya Ibu. "

Becky mengulum senyumnya, hanya sebuah ucapan, namun mampu membuatnya merasa melayang, pipinya memerah, Ia mengulum senyumnya, menyembunyikan rona panas di pipinya, Ia malu.

"Suka panggilannya?"

"Ibu?"

"Iya, menurutku, panggilan Ibu itu adalah panggilan paling baik, "

"Kata siapa. "

"Kataku, terdengar sopan dan adem, Aku pengen memuliakan Kamu dengan panggilan itu. "

"Kamu paling bisa membuatku merona, "

"Akan selalu bisa, Aku mencintaimu. "

"Aku tau, Aku juga melakukan hal yang sama, setiap harinya. "

Mungkin, cinta menurut wanita itu adalah dengan mengorbankan nyawanya sendiri, Ia akan melakukannya dengan senang hati.

"Aku mau beli kopi oatmilk di kubik coffee, sebelum ke rumah sakit. "

"Oke, tapi kalau dokter bilang gak boleh minum kopi lagi, Kamu harus ganti sama minuman lain ya. "

"Oke. "

Seperti biasa, tidak ada yang berubah, mungkin satu-satunya yang melakukan itu hanya dirinya, Ia mencintai damai yang Freen berikan padanya, Ia menyukai setiap sentuhan lembut yang berlayar pada kulitnya, bagaimana senyuman itu mampu membuatnya hanyut, bagaimana setiap cinta itu membuatnya penuh.

"Kalau suatu saat, takdir menjemputku lebih dulu, Aku masih sangat ingin melihatmu tertawa lepas setiap harinya, A--yah. "

Freen mengalihkan pandangannya cepat ke arah Becky, bukan karena panggilannya, namun ucapan sebelum itu.

"Memangnya Kamu mau ninggalin Aku?"

Ia menggeleng, genggaman di tangan kanan Freen membuat suasana menjadi ambigu.

Bumi untuk Freenky (Freenbecky)Where stories live. Discover now