Chapter 13 Aku Menginginkanmu

4.9K 17 0
                                    

                                          Aku Menginginkanmu






"Bagaimana nanti kalau dia tahu? Dia akan memintaku mengembalikan semua uang?" gumam Aluna mondar mandir di dalam kamar dengan background warna pastel itu.

Aluna terpaksa berbohong, berkata kalau dia sudah tidak perawan dan pernah melahirkan. Agar Ansel tetap mau memakai jasanya.

Uang muka yang diberikan sudah terlanjur di pakai untuk membiayai pengobatan sang Ayah, tidak mungkin di kembalikan.

"Non? Non Aluna?" panggil Mbok Sum dari arah luar. Yang sedari tadi terus mengetuk pintu kamar Aluna.

"I-ya Mbok, sebentar!"

Mencoba menenangkan diri, Aluna membuat ekpresi setenang mungkin. Jujur saja, hatinya saat ini bergemuruh hebat, tapi ia tak bisa menunjukkannya.

"Lagi apa to, Non? Kok lama?" Mbok Sum langsung menyambut dengan senyum lembut, begitu pintu terbuka.

Wanita yang sudah memasuki usia senja itu membawa nampan yang berisi cairan kental warna kuning tua. Yang tak diketahui oleh Aluna, apa itu.

"Ehhh itu tadi, Luna lagi di kamar mandi. Ada apa, Mbok?"

"Mbok boleh masuk, ya?" Bukannya menjawab, wanita yang di panggil Mbok itu justru balas bertanya.

"Boleh Mbok, boleh... silahkan!"

Aluna langsung menyingkir dari ambang pintu, agar Mbok Sum bisa masuk kedalam. Kemudian mengikuti langkah perempuan baya itu.

"Kalau ada yang Non butuhkan, bilang sama Mbok saja!" Setelah menaruh nampan di atas nakas, Mbok Sum mengedarkan pandang ke seluruh penjuru, seakan mencari apa saja yang dibutuhkan Aluna.

"Semuanya udah lebih dari cukup kok, Mbok bahkan jauh lebih baik dari pada rumah Aluna sendiri," kekeh Aluna. Yang memang menganggap kalau rumah Ansel berpuluh puluh kali lipat lebih baik dari huniannya bersama Rahardian-ayahnya.

"Cah ayu!" pujinya, membela rambut Aluna lembut. "Mbok itu seneng banget, pas Non Aluna datang kemarin. Mbok fikir, Tuan Muda bakal nikah. Lhadalah, ternyata malah mung nyewo rahim!" ucap Mbok Sum dengan nada kecewa.

"Hehe... Mbok ini ada-ada saja, mana mungkin orang seperti saya jadi calon istri Tuan Ansel? Nggak pantes! Paling tidak, yang harus mendampingi Tuan Ansel itu kan harus cantik dan pintar!" ucap Aluna dengan riang.

"Kenapa? Non Aluna juga cantik, baik lagi! Apa gunanya cantik? Kalau seperti si rubah licik Sha- aduh biyung, hampir keceplosan! Kan Nyonya sudah memperingatkan, haram menyebut nama wanita itu disini!" Mbok Sum memukul mulutnya sendiri berkali kali, karna kelalaian yang hampir menyebut nama Sharena.

"Seperti siapa, Mbok?" tanya Aluna ingin tahu.

"Sudah sudah nggak penting, Non! Mending Non minum ini dulu, mumpung masih seger!"

Mengalihkan pembicaraan, Mbok Sum lebih memilih menyodorkan minuman yang tadi dibawa agar segera di tenggak oleh Aluna.

"Kok pait ya, Mbok? Ini apa ya?" Aluna baru meminum seteguk, tapi rasa pait langsung dominan dalam indra perasanya, padahal Aluna fikir itu tadi jus wortel atau jus tomat.

"Aduh, bukan gitu cara minumnya, Non, harus dihabiskan dalam satu tenggak!" Mbok Sum mendorong gelas agar kembali diminum oleh Aluna dan Aluna hanya mengikuti saja, menenggak satu gelas penuh cairan kental nan pahit itu.

"Ini itu galian singset yang Mbok campur sama ektra purwoceng! Supaya Non Aluna kuat mengimbangi Tuan Ansel di ranjang nanti!" ucap Mbok Sum malu malu. "Tidak Mbok nggak sengaja denger, katanya kalian bakal ngelakuin malam ini juga, to?"

Malam pertama(dewasa)Where stories live. Discover now