chapter 5 Penghianatan

2.7K 12 0
                                    

                                                    Penghianatan




Dua manusia yang tampak polos tanpa sehelai benang pun saling menengadahkan kepala setelah berhasil mencapai puncak kenikmatan. Keduanya tampak mendesah lega, setelah hampir satu bulan, tak menyentuh satu sama lain.

Ansel dan Sharena baru saja melakukan rutinitas, setiap kerinduan datang. Maklum, bulan ini Sharena sering di sibukkan dengan jadwal pemotretan dengan brand brand terkenal, sedang kan Ansel sibuk mengurus peluncuran seri terbaru dari ponsel perusahaannya.

"Sayang... bisakah kau berhenti menggunakan pil kontrasepsi?" Ansel menarik pinggang sang kekasih agar makin dekat pelukannya. Sementara Sharena yang mendapat permintaan itu langsung membeku di tempat.

"Kenapa?" tanya nya lirih.

Ansel menghela nafas, seperti berat mengungkapkan keinginan. Sedari tadi, pria berlesung pipi indah itu hanya terus menyerukkan kepala di leher Sharena. Berusaha menghirup dalam-dalam aroma vanilla yang menjadi ciri khas wanitanya.

"Aku ingin punya anak!"

Seperti terkena hantaman sebuah palu. Sharena tahu, kalau saat ini akan tiba. Dan ia tak akan bisa lagi mengelak.

"Aku ingin kita menikah!" pinta Ansel lagi.

"Kita sudah sering membicarakan ini! Kenapa kau tak juga mengerti?" Sharena tiba-tiba menyibak selimut yang ia bagi dengan Ansel untuk menutupi tubuh telanjang mereka.

Setiap kali di singgung soal pernikahan, Sharena akan selalu marah.

"Kita sudah berpacaran lebih dari 8 tahun Sharena! Apa itu kurang? Seberapa lama lagi aku harus menunggumu?"

Ikut terpancing emosi, Ansel yang terbiasa mengalah dengan semua permintaan Sharena, kali ini ikut naik darah. Kesabarannya sudah habis.

"Egois!" Sharena bergegas memungut bajunya yang berceceran di lantai, karena buru buru bercinta dengan Ansel tadi.

"Egois? Siapa yang lebih egois! Kau ingin hubungan kita dirahasiakan dari publik, aku melakukannya! Kau ingin mengejar mimpimu, aku mendukungmu! Kurang pengertian apa lagi aku, Hah? Apalagi sekarang maumu!"

Pertikaian antara sepasang sejoli itu tak lagi dapat terelakkan. Sharena yang keras kepala serta Ansel yang sudah kehabisan kesabaran, rupanya menjadi bom waktu dalam hubungan keduanya.

"Tahun ini aku akan mewakili Negara mengikuti ajang kecantikan internasional! Dan kau masih tanya apa mauku?" Sharena sudah berhasil memakai seluruh pakaiannya, kemudian menyambar tas yang ada di atas nakas. "Aku tidak mau menukar karirku hanya untuk hal bodoh seperti menikah apalagi punya anak!"

Seperti ada ribuan anak panah yang menancap tepat di dada Ansel, Sharena menganggap hubungan mereka tidak pernah penting.

"Tuju juta!" Sebuah suara yang entah dari mana asalnya, menarik Ansel dari lamunannya.

Ia terlalu asyik mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sharena kemarin, saat gadis yang sudah delapan tahun ia pacari itu menolak lamarannya, tapi justru pagi tadi memberi kejutan, dengan mengumumkan akan segera menikah dengan Biru, kakak Ansel sendiri.

Benar kata orang, cinta dan benci itu beda tipis. Saat ini itulah yang terjadi pada Ansel. Ia mencintai dan membenci Sharena dalam waktu yang bersamaan.

Ansel kembali mengedarkan pandangan. Mencari sesosok yang berbicara tadi, apakah manusia atau justru hantu. Mengingat saat ini dia tengah berada di atas rooftop gedung berlantai empat puluh lima.

"Siapa itu?" Tanya Ansel dengan suara parau. Sepertinya, efek dua botol alkohol di tenggak mulai bekerja.

"Disini!" Jawab orang itu dengan mengangkat tangan.

Hampir saja tergelincir, Ansel yang saat ini sedang berdiri di pinggiran pembatas rooftop, kaget, gadis itu ternyata ada tepat di bawah kakinya.

"Siapa kau?"

"Aku? Anggap saja sebagai 'orang asing yang akan berbagi kesedihan denganmu!" Ungkap gadis itu dengan tersenyum miris.

Ia ada di tempat itu jauh sebelum Ansel datang, jadi ia melihat segala yang Ansel lakukan, mulai dari berteriak tak jelas, sampai dengan menangis meraung. Hingga saat Ansel berdiri merentangkan tangan di atas tembok pembatas.

"laku maksudmu? Kau meminta bayaran? Untuk jadi teman curhatku? Hah! Manusia menjijikkan!" hardik Ansel.

Tak begitu jelas, mata Ansel sudah berkunang, lagi pula, pencahayaan gedung rooftop ini hanya di suplai dari pancaran gedung yang ada di samping sampingnya. Hingga Ansel tak dapat melihat wajah gadis yang saat ini bicara.

Tapi dapat Ansel pastikan, kalau gadis yang saat ini bersamanya merupakan awal media. Yang memang suka mengikuti kemana pun para orang-orang penting pergi.

Ansel adalah Presiden Direktur di perusahaan UNIq. Tentu hanya dengan menulis judul seperti, 'Orang sakit' akan mendatangkan pundi pundi rupiah bagi mereka.

Tak heran Ansel menyebut mereka dengan parasit. Yang hidup dari masalah orang lain.

"Tidak!" gadis itu menggeleng. "Aku hanya memberitahumu biaya penguburan yang harus kau tanggung jika lompat dari atas sini! Biaya itu sudah termasuk tukang gali kubur, mobil ambulan dan juga sewa pemakaman! Tapi itu kalau kau mati, tapi kalau tidak... biaya akan lebih mahal! Karna tentu saja kau harus dirawat!" katanya secara runtut.

Ansel mendengus kesal, kemudian melempar jas nya dengan keras.

"Apa kau baru saja mengejekku? Karna aku harus patah hati? Jadi menyuruh bunuh diri?"

"Ooh... kau baru saja patah hati?" Gadis itu hanya ber oh ria. "Ternyata tampan saja tidak cukup ya?" Liriknya pada Ansel.

"Kau...!" geram Ansel yang ingin mencebik gadis yang sampai saat ini tak diketahui namanya itu.

"Aku?" tunjuk gadis itu pada dirinya sendiri. Dan Ansel rasa gadis yang saat ini sedang bersamanya adalah orang gila. Tak ada yang menanyakan tentang dirinya dan Ansel sama sekali tak peduli, tapi dia mulai berceloteh. "Gadis cantik yang ada di layar gedung itu... akan menikah dengan kekasihku!" Samar samar, Ansel mulai mendengar suara tangisan. Kta, gadis itu tergugu.

Ansel menolehkan kepala pada gedung pencakar langit yang saat ini ada di hadapannya. Gedung dengan entah berapa ratus lantai itu, menampilkan foto seorang wanita yang sangat cantik tengah berpose memegang sebuah mawar merah, ada tulisan berjalan diatas foto itu, yang berbunyi 'The Next Princess Internasional'

Siapa lagi, jika bukan Sharena Gabriella, orang yang juga bertanggungjawab atas patah hati yang dirasakan Ansel.

Entah pertemuan gila macam apa yang sedang direncakan oleh takdir, tapi... Ansel bertemu dengan mantan kekasih Biru-kakak tirinya, yang akan menikahi Sharena.

Dengan langkah terseok, Ansel berusaha duduk di samping gadis itu. Matanya mulai memberat, tapi dipaksa tetap terbuka.

"Wanita itu...? Dia memang sangat cantik! Tapi juga sangat jahat! Aku yang selama ini mendukung semua impiannya, tapi dia malah mencampakkanku dan memilih menikah dengan pria bodoh!"

Ekspresi penuh keterkejutan tak dapat di tepis dari gadis itu.

"Mak-maksudmu-"

"Hemm... pacarku yang cantik itu akan menikahi pacarmu yang bodoh! Hahaha!" Tiba-tiba saja Ansel tertawa, padahal tidak ada hal yang lucu. "Wanita itu pasti mengira kalau harta warisan akan jatuh pada pria bodoh it-"

"Dia tidak bodoh!" sanggah si wanita dengan marah. Ia tak terima, Biru di bilang bodoh.

"Ck... ck... kau buta karena cinta!" Toyota Ansel pada kepala gadis itu. "Siapa namamu gadis bucin?"

"A-"

Belum sempat Ansel mendengarkan jawaban si gadis itu, ia terlebih dulu limbung.

Malam pertama(dewasa)Where stories live. Discover now