Chapter 10 Sebuah kesepakatan

2K 10 0
                                    

                                            Sebuah Kesepakatan




"Kau...!" pekik Ansel tajam. Setelah melihat Aluna, seorang pengantar pizza yang kemarin memaki makinya, bahkan mengatai Ansel miskin.

"Tamatmat riwayatku!" rutuk Aluna dalam hati. Ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini.

"Kalian sudah kenal? Bagus sekali!"

"Bagus apanya! Perempuan gila ini-"

"Eitss... no Ansel, No! Tidak ada penolakan apapun!" Anyelir menggoyangkan jari telunjuk di hadapan Ansel.

"Ohh... ternyata dia simpanan Tante Tante girang? Mereka mau menyewa rahimku, pasti karena Nyonya Anyelir sudah tak mampu melahirkan!"

Aluna membuat asumsi dan kesimpulan berdasarkan pemikiran sendiri. Berfikir kalau Ansel dan Anyelir adalah pasangan suami istri beda usia.

Dan alasan menyewa rahim adalah karena Anyelir terlalu tua untuk bisa hamil.

"Memang dunia kehabisan wanita? Sampai sampai harus dia yang terpilih?"

"Kita sudah sepakat dari awal Ansel! Aku berhak memilih siapapun. Dan aku menjatuhkan pilihan pada Aluna!" tegas Anyelir tanpa bisa di bantah.

"Tapi wanita ini-"

"Wanita ini namanya Aluna. Dia cantik, pintar dan bukan wanita malam! Bukannya itu sudah sesuai kemauanmu? Apalagi?" jelas Anyelir secara detail.

Selama pengintaian yang di lakukan, tidak ada hal macam-macam yang Aluna lakukan. Gadis itu hanya menghabiskan waktu untuk bekerja sepanjang hari. Dan yang terpenting, Aluna adalah alat untuk membuat Biru menangis darah.

"Terserah...!" teriak Ansel, membanting botol hingga pecah dan mulai naik ke lantai atas, menyisakan Aluna yang melongo, melihat kemarahan Ansel.

Baru pertama kali datang, sudah di sambut dengan bantingan botol. Bagaimana dengan hari selanjutnya? Akankah tulang Aluna yang dipatahkan?

"Ehemm... marah saja sepuasmu, Ansel! Tiga puluh menit lagi kita pergi!" ucapnya setengah berteriak, yang sama sekali tidak peduli dengan kemarahan Ansel. "Tidak apa apa, dia memang selalu begitu kalau sedang marah!" Pandangan Anyelir kini beralih menatap Aluna.

'Selain kaya raya, Nyonya Anyelir penyabar! Karna itu, Ansel si pria sombong jatuh cinta!' gumam Aluna dalam hati. Yang lagi-lagi membuat kesimpulan sendiri.

***

Setelah menunggu tiga puluh menit, Ansel, Anyelir serta Aluna benar-benar pergi dari kediaman utama menuju ke rumah yang lain. Rumah yang ukurannya lebih kecil dari rumah utama tadi. Tapi terlihat lebih asri.

"Kenapa harus membawanya kesini si?" protes Ansel saat Anyelir memutuskan menempatkan Aluna di rumah pribadi milik Ansel.

Padahal Ansel mendesain rumah itu, khusus untuk dirinya dan Sharena nanti, kalau sudah menikah. Namun malah Aluna yang menempati pertama kali.

"Lalu kau mau menyuruh dia tinggal di hotel, begitu? Supaya media lebih mudah menguaknya? Pak Parman angkat kopernya kedalam!"

Anyelir sibuk menyuruh pegawai mengangkat barang barang Aluna untuk di bawa ke dalam rumah.

"Kita kan bisa membeli rumah baru!"

"Sekarang Mama tanya... dimana tempat paling aman selain rumah pribadimu? Beli rumah baru? Oke... Mama bisa membeli sekarang juga, tapi soal keamanan? Siapa yang bisa jamin!"

Apa yang di katakan oleh Anyelir ada benarnya, mereka punya sekali banyak rumah, tapi yang privasinya terjaga hanya rumah pribadi milik Ansel. Dimana tak ada seorang pun yang tahu.

Bukankah Ansel tak mau ada satupun orang pun tau kalau dia tengah menyewa rahim?

"Toh juga rumah ini kosong! Kenapa ribet sekali!"

Tak lagi bisa menjawab, Ansel hanya bisa mengikuti langkah sang ibu yang membawa Aluna turut serta. Mengajak semua orang berkumpul di ruang tamu.

"Aluna, perkenalkan ini Mbok Sum, dia pengasuh Ansel dari kecil, orang paling setia di keluarga Ghenifer!" Anyelir menunjuk seorang wanita paruh baya dengan badan sedikit tambun dan rambutnya di gelung tipis yang saat ini tersenyum pada Aluna. "Ini Pak Parman tukang kebun, dan ini Dila, yang akan bantu-bantu disini! Mereka semua ini orang-orang pilihan!" jelas Anyelir panjang lebar.

"Hallo Mbok, Pak, Dila... saya Aluna!" ucap Aluna memperkenalkan diri.

Aluna sedikit lega, karna dirumah ini ada Dila, seorang yang dari usia sepertinya tak jauh beda dengannya.

"Kalian tahu? Kenapa kalian saya pindahkan dari rumah utama kesini?"

Ketiganya menggeleng, tak tahu menahu tujuan dari Nyonya besarnya. Yang mereka tahu, sejak seminggu yang lalu ketiganya dipindahkan ke rumah pribadi Ansel.

Dan selama seminggu ini mereka tak melakukan apa apa kecuali hanya makan tidur, mengingat tak ada yang bisa di kerjakan.

"Kalian disini bertugas untuk menjaga Aluna! Dia adalah wanita yang akan bertugas mengandung anak Ansel!"

"Maksud Nyonya, Non Aluna ini calon istrinya Tuan Muda?"

"Bukan calon istriku Mbok! Dia hanya akan mengandung kemudian melahirkan bayiku! Sudah itu saja tidak lebih!" sahut Ansel cepat, tidak mau disangka sebagai suami Aluna.

Mbok Sum hanya diam, dengan fikiran yang berkecamuk. 'Bukankah mengandung dan melahirkan adalah tugas seorang istri? Kenapa Non Aluna bukan istrinya Tuan Muda?' tanya Mbok Sum dalam hati.

"Kami menyewa rahim gadis ini! Jadi ku harap kalian bisa menjaga rahasia besar ini sampai kalian mati!"

Melihat raut kebingungan dari para asisten rumah tangga, membuat Anyelir mengatakan secara gamblang. Para abdinya itu orang orang terpercaya.

"Baik Nyonya, kami akan menjaga rahasia baik baik!" jawab mereka serempak.

"Good... pastikan Aluna tidak kemana, dia harus tetap di dalam rumah sampai bayinya lahir! Termasuk ke jalan depan juga tidak boleh!"

Semua akses Aluna di batasi, hal itu untuk meminimalisir Aluna kabur atau kebocoran informasi.

Anyelir tak ingin gagal sedikit pun. Harta warisan Ghenifer harus jatuh ke tangannya.

"Dan Aluna... selamat bekerja sama! Saya harap kau bisa melakukan tugasmu dengan baik!"

"Saya akan berusaha melakukan yang terbaik, Nyonya!" Sambut Aluna, pada uluran tangan Anyelir.

"Jangan sungkan bilang jika butuh sesuatu. Anggap saja ini rumah sendiri. Ansel hanya akan kemari jika proses pembuatan bayi dilakukan! Bukankah begitu Ansel?"

"Ya!" jawab Ansel secara singkat dan malas.

"Jadi kau bebas melakukan apa saja!"

Anyelir ingin membuat Aluna nyaman, dengan tidak di ganggu siapa pun. Maka setelah acara pembuatan bayi. Ansel akan kembali kerumah utama dan tetap tinggal di rumah utama.

***

Setelah sesi perkenalan dengan para penghuni rumah, Aluna diizinkan untuk istirahat. Namun Aluna lebih memilih untuk menggunakan waktu untuk menata baju bajunya.

"Bukankah kamar ini terlalu luas? Wah... ini bahkan lebih besar dari rumah kontrakanku!" Aluna terkikik geli saat mengedarkan pandang ke seluruh penjuru kamar.

Ada ruang ganti, kamar mandi, ruang sepatu, ruang tas dan entah ruang apalagi. Aluna rasa, ia tak membutuhkan semua itu, karena barang barangnya muat untuk di taruh hanya pada satu almari.

"Astaga... Astaga!" Baju yang akan Aluna masukkan kedalam Almari jatuh semua, saat kini lihatnya Ansel sedang menatapnya sambil bersandar di pintu. "Tu-Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Aluna ragu.

Mata Ansel berkabut, langkahnya gontai saat mendekat ke arah Aluna.

"Kita langsung mulai saja!" ucap Ansel, melepas kancing kemeja paling atasnya.

Malam pertama(dewasa)Where stories live. Discover now