Chapter 9 Menyesal seumur hidup

2K 9 0
                                    

                                     Menyesal Seumur Hidup




Aluna menghembuskan nafas kasar. Ia sudah berfikir semalaman, dan tekadnya sudah bulat terhadap keputusan yang di ambil.

Dengan menyeret sebuah koper berwarna Biru, warna kesukaannya, juga lelaki kesukaannya. Aluna berhenti di depan sebuah rumah minimalis.

"Ohh... kau? Masih ingat alamat rumahku ternyata!" Seorang wanita yang seumuran dengan Aluna keluar dari pintu utama dan memukul kecil. "Aku mencarimu kemana mana tapi tak juga ketemu! Kau tiba tiba cuti dari kampus dan pindah kontrakan! Tapi tak memberitahuku sama sekali! Apa kau gila, hah?" cerocos Milka tiada henti.

Aluna hanya menanggapi perkataan dari Milka dengan senyuman. Ia faham sekali, bagaimana Milka kalau sudah marah-marah.

"Maaf, karna membuatmu khawatir-"

"Siapa yang khawatir? Aku hanya takut tidak kebagian menyiram bunga di pemakamanmu!" elaknya, yang langsung membawa Aluna masuk kedalam rumah.

"Ibu... Ibu, lihat siapa yang datang! Si tukang bikin masalah!" teriak Milka memanggil sang ibu yang entah ada dimana.

Dari arah dapur seorang wanita yang masih memakai apron keluar sambil membawa penggorengan.

"Aluna...! Astaga, akhirnya kau kemari! Tante cemas mencarimu kesana kemari! Milka bahkan sampai menangis semalaman Karna tak bisa menemukanmu!" Yasmin-Ibunya Milka, orang yang sudah Aluna anggap sebagai ibu kandungnya sendiri.

Dua minggu belakangan ini, Aluna memang terlalu sibuk bekerja. Dia bekerja dari pagi sampai malam seperti tak kenal waktu. Dalam fikiran Aluna, hanya bagaimana caranya, agar bisa mendapat uang untuk pengobatan sang ayah.

"Heh... Ibu yang benar saja! Sejak kapan aku khawatir pada gadis bodoh ini!"

"Aku tau Milka, kau sangat mencintaiku, kan? Hanya malu saja untuk bilang!" Aluna mengedip ngedipkan matanya. Hingga membuat Milka mengayunkan tangan hendak memukul.

"Sudah sudah... kalian baru saja bertemu, kenapa bertengkar, bagaimana kalau kita sarapan dulu, kebetulan hari ini Tante masak ikan gurame!"

"Tante Yasmin, maaf! Tapi Luna buru-buru! Tujuan Aluna kesini ingin pamit sekaligus minta tolong!" ucap Aluna dengan menatap koper biru miliknya.

"Pamit? Aluna mau kemana?"

"Aluna akan pergi... pergi.... " Cukup lama Aluna menjeda, terasa ada yang mencekat di tenggorokannya. "Ke luar negeri!"

Air mata akhirnya tak bisa Aluna bendung lagi.

"Ada apa Aluna? Lalu kuliahmu bagaimana?"

"Aluna akan ambil cuti dua semester!" Helaan nafas berat terdengar memburu. "Keadaan Ayah memburuk, Tante, dan harus segera di operasi, ini satu satunya cara untuk Aluna menolong Ayah! Dengan menjadi TKW!" genggam Aluna pada tangan Yasmin.

"Yak... pembohong! Kau bilang kita akan lulus bersama, lalu mendirikan kedai minuman bersama sama!" Milka ikut menangis. Dia sedih tidak bisa membantu Aluna juga sedih karena harus berpisah dengan Aluna.

"Tentu saja kau harus lulus tepat waktu!" Hapus Aluna pada air mata yang mengalir di pipi Milka. "Milka, Tante Yasmin! Aluna tidak punya siapa siapa lagi selain kalian, bolehlah Aluna minta tolong, jagakan Ayah, selama Aluna pergi?" pinta Aluna pada dua orang yang sudah seperti keluarga baginya.

"Maafkan Tante ya, Aluna karna tak bisa membantu apa apa! Tante janji akan menjaga Ayahmu dengan baik!" Tangis Yasmin tak terbendung, ia memeluk Aluna dengan sayang, sementara tangannya terus membelai kepala Aluna. "Jagalah diri baik baik, selama di sana! Tante dan Milka akan selalu mendoakan kamu!"

Malam pertama(dewasa)Where stories live. Discover now