chapter 1 Aku ingin seorang bayi

16.6K 31 0
                                    

                                         Aku ingin seorang bayi





Tuan Penyewa Rahim.

"Tidak Luna, tidak! Kau tidak boleh melakukan ini!"
gumam Aluna pada dirinya sendiri.

Aluna menghapus sebuah kontak nomor yang sudah ia simpan di telephon genggam miliknya. Ia baru saja akan menghubungi sebuah nomor yang tertera di brosur penyewaan rahim kemarin. Tapi urung ia lakukan.

"Brosur ini membawa pengaruh buruk!"

Di gelengkan kepala, lalu tangannya mulai terampil merobek brosur menjadi kecil-kecil, untuk kemudian melemparkan ke tong sampah.

Sejak mendapatkan brosur tersebut Aluna sering punya fikiran untuk menyewakan rahimnya. Apalagi setiap terdesak kebutuhan. Jadi, Luna memutuskan untuk menyingkirkan brosur itu jauh-jauh dari pandangan mata.

"Lebih baik aku bekerja lagi! Semangat Aluna! Fighti teriak Aluna sambil mengepalkan tangan di udara, berusaha menyemangati diri sendiri.

Di kendarainya lagi sebuah motor matic warna merah lengkap dengan kotak box di jok belakang yang berisi tumpukan pizza.

Aluna mengambil semua jenis pekerjaan, tanpa pilih-pilih, yang penting baginya adalah mendapatkan uang. Dan saat ini dia sedang menjalani profesi sebagai kurir antar makanan cepet saji.

"Benar ini tidak ya, tempatnya?" Aluna memelankan laju motor, sembari melihat ke sisi kiri, dimana ada sederet gedung perkantoran berjajar.

Bos hanya menyuruh Aluna mengantarkan pizza ke perusahaan UNIq, dan menyerahkan di meja resepsionis. Tapi masalahnya, semua gedung yang ia lewati berpapan nama UNiq semua. Yang membedakan hanya kata belakangnya saja. Ada yang bertulis UNIq elektronik, UNIq chorporation.

Entah harus pada gedung yang mana Aluna mengantar pizza. Dari tadi ia hanya muter muter tak jelas.

"Ahhh...!"

Brak.

Aluna menjerit histeris saat sebuah mobil tiba-tiba menyeruduk motor bututnya seperti banteng.

Dirinya tersungkur, dengan sebagian badan tertimpa motor.

"Aduh, pinggangku!" eranganya sambil memegang tubuh bagian belakang.

"Hahh...sial!"

Tak selang lama seorang lelaki tinggi dengan rahang tegas serta lesung pipi indah, keluar dari arah kursi kemudi. Namun bukannya menolong Aluna yang saat ini tertimpa motor, lelaki itu justru sibuk mengumpat setelah melihat sedikit baret pada bamper mobil.

"Wah... benar-benar! Manusia jaman sekarang tidak ada empatinya!" Aluna susah payah berdiri, untuk menghampiri lelaki tersebut. "Tuan...anda harus ganti rugi karna telah membuat semua pizzaku rusak!" teriak Aluna.

"Stsss... diam! Harga mobil ini jauh lebih mahal dari pada pizza atau bahkan nyawamu!" Pria itu mengukur seberapa banyak lecet di bagian depan mobil.

Hanya ada beberapa titik lecet di mobil audy S8 itu tapi tentu, biaya perawatannya akan sangat fantastis.

"Memangnya aku peduli? Jelas-jelas kau yang menabrakku!"

"Bisa diam tidak! Lagi pula siapa suruh berhenti di depan gedung! Kau fikir ini terminal?"

"Jelas jelas kau yang salah, bawa mobil tidak tahu aturan! Ini jalan umum bukan sirkuit balap!"

"Kalau bukan wanita sudah ku hajar kau!"

"Hajar saja kalau berani! Kau sudah membuat semua pesanan pizzaku rusak! Jangankan ganti rugi minta maaf pun tidak!"

Pria berhazel coklat itu menahan amarah dengan menatap dingin pada Aluna.

Malam pertama(dewasa)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz