Iril baru ingat sesuatu hal yang penting. "Tadi gue liat Leona, kemana dia? " Tanya Iril lagi.

Farel bingung, tapi sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan nya memutar otak darurat sekali lagi. "Tadi gue sempat ketemu Leona sempat berbincang, gue jalan terus kan tadi ke arah mobil pick up, pas gue noleh ke belakang dia gak ada"

Mungkin alasan yang pertama bisa dimaklumi tapi yang ini kayaknya Farel gak yakin Iril akan percaya.

Maaf Lele gue gak bisa mendukung terlalu jauh, gue udah berusaha tapi otak gue cuma pas pasan.

"Oh" Jawaban Iril walaupun singkat Farel tidak percaya ternyata alasan keduanya yang tidak masuk akal dipercaya.

"Yaudah siap siap kita ke Madrasah bersama, hari ini lo setoran hafalan kan" Seringai Iril mengingatkan Farel sambil berjalan.

Farel mengikuti langkah Irik dari belakang sambil menarik sudut bibirnya keatas membentuk senyuman. "Haha gampang, gue udah hafal"

Iril mengangguk mengerti, Iril melihat latihan keras Farel yang selalu menghafalkan dan bertanya beberapa kalimat yang ia tidak mengerti.
Sebenarnya Farel bisa hafalan cepat tapi yang membuat ia lambat adalah malas.

"Lele maafin gue, bukannya gue gak mau ikut ke kota temenin lo, tapi tadi pas gue mau naik juga tiba tiba Iril datang ke arah sini" Batin Farel.


.

.

.

.

.


Leona mengintip sedikit dari celah kain yang menutupi pick up, mobil pick up memasuki kota sejak beberapa menit yang lalu, karena masih pagi banyak mobil pick ul yang mondar mandir sana sini dengan beberapa alasan. Leona baru teringat akan sesuatu yang penting, tapi... Apa?

"Astaghfirullah Farel?! " Leona langsung menutup mulutnya karena suaranya agak keras dan juga berhenti di lampu merah beberapa orang yang ada di dekat mobil pick up itu menoleh curiga tapi tak lama, mereka kembali fokus ke jalanan setelah lampu merah berubah jadi hijau.

"Si lontong El kemana sih? Salah gue juga sih baru nyadar, tapi gak gini juga astagfirullah, gimana ya? Masa iya gue balik lagi? Tapi kalo gue balik, gue naik apa ke pesantren? " Setelah berdebat dengan fikirannya yang susah diajak kompromi, akhirnya Leona memutuskan untuk lanjut dengan tujuan awal juga berdoa semoga Farel baik baik saja dan bisa menjaga rahasia.

.

.

.

.

.

Leona tiba di rumahnya, kebetulan takdir bisa diajak kompromi mobil pick up yang dinaiki Leona berhenti tepat di rumah sebelah, tanpa menunggu One Piece tamat Leona langsung turun menuju rumahnya. Leona membuka gerbang depan dengan sangat hati hati ternyata berhasil orang-orang yang bekerja fi rumah Leona masih belum datang jadi amanlah. Berusaha sebisa mungkin menjadi seperti maling agar tidak ketahuan ternyata eh ternyata Leona ingin lewat pintu dibelakang eh ada Abangnya yang lagi siram tanaman.

Leona membeku saat melihat ekspresi Abangnya yang datar dan tidak lupa nyengir kuda tanpa bersalah. "Ehehehe ada Abang, Abang pilih yang mana perawan atau janda" Disaat situasi tidak mendukung Leona masih sempat sempatnya bernyanyi.

Leon melepaskan alat menyiram bunga lalu menatap datar kembarannya yang terlihat seperti orang gembel dengan bau kambing yang menyengat. "Ngapain lo disini? "

Pertanyaan dari Leon terdengar dingin, Leona merapikan rambutnya dan mengibas debu yang menempel di pakaiannya, entah kenapa dirinya mulai takut. "Leona gak betah di pesantren"

Pesantren Unlimited EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang