"Tapi nak, lihat ini! Bahkan foto kalian waktu masih bayi berwajah sama persis. Jika benar ini foto yang tertempel di liontinmu, bukankah itu berarti ini milikmu dan inilah kamu?"

"Aku memang mayakini itu tapi, jika benar aku memiliki keluarga sekaya kalian lalu kenapa kalian membuangku? Sedangkan bayanganku selama ini adalah keluargaku merupakan keluarga miskin yang memiliki banyak hutang. Karena itulah mereka menitipkanku di gereja."

Ji an hanya mampu tersenyum kecut. Memang sudah sewajarnya jika Seokjin berpikiran seperti itu. Keluarga Kim adalah keluarga kaya raya yang hidup dengan penuh kemewahan. Kekayaan itupun tak didapatkan dalam waktu dekat. Semua merupakan warisan turun temurun sejak masa lampau. Lalu mengapa dengan kemewahan seperti itu lantas membuat orang tua Seokjin membuangnya?








"Kamu harus hati-hati Yuna, aku hanya akan mengingatkan bahwa suami kita bukan sembarang orang. Banyak manusia jahat di luar sana yang mengincar harta keluarga Kim. Dan melihat bagaimana Jung Su mendapatkan luka seperti ini karena percobaan penyulikan, kita harus semakin waspada. Jung Su adalah pewaris utama keluarga Kim, Yuna."

"Kak, aku tau itu. Aku sendiri sudah membicarakan ini dengan suamiku. Hatiku masih sakit saat mendengar cerita dari pengasuh Jung Su bahwa mereka berani mengambil bayiku dari stroller secara paksa hingga membuat tangan Jung Su terluka. Tapi aku sendiri tak bisa berbuat banyak kak. Bahkan di dalam mansion sebesar ini, kita tidak bisa mempercayai seluruh pegawai yang kita pekerjakan. Aku sangat takut."

Memang benar, Jung Su adalah anak dari putra bungsu keluarga Kim. Namun kelahirannya akan menjadi pewaris utama sebab putri sulung keluarga Kim adalah seorang wanita sedangkan istri dari kakak kedua ayah Seokjin, belum diberi momongan oleh Tuhan sampai pada ulang tahun pernikahannya yang ke lima.

Sudah lama Ji an memprediksi bahwa hal-hal semacam ini akan terjadi. Katakanlah pikirannya terlalu kotor, namun sejak lama Ji an melihat gerak mencurigakan dari putri sulung keluarga Kim. Mereka sudah memiliki momongan namun yang ia lahirkan adalah seorang putri. Ji an berpikir bahwa kakak iparnya sendiri-lah yang mempunyai niat jahat pada bayi dari adiknya sendiri. Sifatnya memang serakah. Di depan ayah dan ibunya, ia sangat manis. Namun di belakang mereka, ia memperlakukan dua orang menantu perempuan keluarga Kim kesakitan dengan segala omong kosongnya. Umpatan, tuduhan dan segala macam terlalu mudah perempuan itu lontarkan.

Hari demi hari berlalu. Penyakit tua yang diderita oleh kakek dari Seokjin semakin parah. Beliau pun memanggil notaris keluarga Kim dan memberikan sebuah wasiat yang juga dihadiri oleh seluruh anak, menantu dan cucu-cucunta yang masih bayi juga balita. Dari sanalah mala petaka untuk Seokjin selalu datang. Setelah kakek Seokjin meninggal, barulah diketahui bahwa perusahaan utama yang dimiliki keluarga Kim akan dipegang penuh dan diwariskan pada cucu laki-laki pertama. Sedangkan untuk cucu laki-laki kedua akan berada dibawah naungan cucu laki-laki pertama. Sementara untuk putra dan putri dari anak pertama keluarga Kim, akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari cucu laki-laki pertama a.k.a Kim Jung Su [Kim Seokjin].




















***

Kejadian mencengangkan yang dialami oleh Seokjin dan Jungkook selepas makan malam di kediaman Kim, membuat Seokjin tak dapat tidur nyenyak. Setiap ia tertidur sesaat, keringat dingin bercucuran dan membuatnya kembali terbangun. Sementara Jungkook yang mengetahui keadaan suaminya, hanya bisa terduduk cemas. Segala cara sudah ia coba untuk menenangkan sang suami namun usahanya gagal. Kegelisahan muncul bukan karena ia mencoba menerima kenyataan bahwa mungkin memang benar ia adalah cucu keluarga Kim yang telah hilang. Terus mencoba meyakinkan meski serangkaian tes DNA baru akan ia lakukan mulai esok sesuai keinginan dari bibi Kim. Namun yang membuat seokjin gelisah adalah kenyataan bahwa nantinya Jennie akan menjadi adik kandungnya. Jennie, seorang gadis yang pernah hampir melecehkan dirinya. Bagaimana jika benar Seokjin adalah kakak kandung Jennie? Rasa bersalah akan terus menghantui Seokjin. Ia berpikir bahwa semua ini adalah salahnya. Salahnya karena tak dapat menjaga diri sehingga membuat adik kandungnya sendiri hampir berbuat suatu hal yang dilarang. Ini tentu akan membuat Seokjin bermimpi buruk setiap malam jika kebenaran tersebut terungkap tanpa celah.

"Tidur kak. Kookie disini."

Setelah mengucapkan kalimat yang menjadi mantra berulangkali, barulah Seokjin dapat tertidur pulas. Hingga keesokan paginya Jungkook selesai menyiapkan sarapan, sang suami terbangun dengan wajah sedikit pucat. Sepertinya demam menyerang.

Seokjin keluar dari kamar dengan sedikit kelimpungan. Badannya seakan melayang dan Jungkook segera menghampiri sang suami.

"Hati-hati kak."

Menuntun Seokjin duduk di kursi dapur sembari telapak tangannya memeriksa suhu tubuh sang suami.

"Panas banget kak. Biar Kookie ambilkan minum sama sarapan dulu ya. Setelah itu minum obat dan istirahat. Nanti Kookie hubungi kak Namjoon supaya ditunda untuk acara ke rumah sakitnya ya kak."

"Gak perlu Kook, pasti setelah minum obat langsung baik. Aku juga gak enak sama bibi Kim kalau harus dibatalkan. Tes ini biayanya gak murah jadi setidaknya kita harus menghargai mereka."

Jungkook sebenarnya tau bahwa suaminya juga tak sabar ingin mengetahui kebenaran apakan ia adalah seorang bayi dari keluarga Kim yang hilang bertahun-tahun silam, ataukah hanya seorang bayi yang kebetulan memiliki ciri-ciri yang sama dengan keponakan bibi Kim. Jungkook pun ikut bahagia jika Seokjin menemukan keluarganya kelak.





__

Waktu menunjukkan tepat di waktu yang telah dijanjikan oleh pihak rumah sakit. Seokjin, Jungkook, juga keluarga Kim telah sampai lebih dulu di rumah sakit. Sementara Seokjin dan Jungkook tiba dengan menaiki taksi sebab Jungkook dan mengijinkan sang suami menyetir kendaraan pribadi dengan keadaan yang sedang tak baik.

Setelah menjalani serangkaian prosedur yang diarahkan oleh dokter, kini bibi Kim bersama Jenni juga Namjoon, dan Seokjin bersama Jungkook berkumpul di lobi rumah sakit. Hasil baru akan dikeluarkan sekitar dua sampai tiga hari yang itu berarti, mereka masih harus menunggu lagi. Namun keyakinan bibi Kim akan Seokjin sudah tak dapat dielakkan. Bibi Kim seakan semakin tak ingin berpisah dengan Seokjin juga Jungkook tentu saja. Bahkan beliau memaksa kedua pasangan tersebut untuk menginap selama hasil tesnya belum keluar.

"Mau kan?" Bibi Kim berujar menatap Seokjin. Merasa tak ada harapan sebab wajah Seokjin yang seakan bertanya pada sang istri, seketika membuat bibi Kim kembali bertanya pada lelaki cantik di sebelahnya. "Mau ya nak? Bibi mohon! Setidaknya jika hasilnya tidak sesuai dengan yang bibi harapkan, bibi masih bisa merasakan tinggal bersama kalian. Entah mengapa bibi merasa kalian adalah orang yang hangat dan iya atau tidak nya hasil yang keluar nanti, bibi harap kalian masih tetap mau menganggap bibi ini seperti orang tua kalian sendiri."

"Baik bi." Jungkook menjawab demikian bukan serta merta karena keinginannya sendiri. Ia melihat bagaimana Seokjin seperti ingin tapi tak ingin. Takut tapi tak takut. Jungkook sangat mengenal Seokjin. Jadi ia memutuskan untuk menerima permintaan bibi Kim. Mereka pun menuju kediaman Kim dengan perasaan yang tak sama. Ada yang bahagia, gelisah, cemas dan sebagainya. Seperti halnya Jennie, entah apa yang dirasakan tapi perasaannya pun tak jauh dengan apa yang Seokjin rasakan.

Apakah itu bagian dari ikatan batin antara kakak dan adik? Atau sekedar kebetulan semata?























-tbc-

-tbc-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stay With You ✅️Where stories live. Discover now