Calon (2)

198 25 18
                                    

"Kamu ngapain disini?"

Restu menoleh mendapati kakak perempuannya berjalan mendekat.

"Emang gak boleh aku duduk di ayunan?"

"Ayunan Uci itu masalahnya, nanti putus nangis-nangis kamu juga yang repot."

"Lho kok aku yang repot, mamanya kan Mbak."

"Ya yang ngasuh kan kamu." Lalu setelahnya tertawa mengejek. Rumi ikut bergabung namun ia memilih kuda-kudaan yang tak jauh dari ayunan yang di duduki oleh Restu.

Menyaksikan adiknya mendumel tak jelas entah apa. Ia memang terbantu sekali dengan adanya Restu. Walaupun kelihatan seperti ogah-ogahan tapi Rumi tahu Restu sangat menyayangi keponakan kecilnya itu.

Lagipula ia tak lupa untuk membelikan kebutuhan atau keinginan adiknya. Jadi ia merasa semuanya impas.

"Kok kamu jadi diam Tu, ngga marah-marah lagi?"

"Gak tau Mba, Restu bingung."

Rumi kembali tertawa tanpa suara, tergelitik pada setiap celetukan Restu. "Tadi aja ngamuk-ngamuk sampe rusakin hp abang. Sekarang apa lagi nih yang mau dirusakin?"

"Ish gak tau Mbak, udah deh kalian tuh kenapa sih seneng banget membebani anak umur 16 tahun dengan masalah orang dewasa. Bahkan Restu aja belum pernah pacaran, sekarang malah disuruh mikirin abang dilamar sama cowok."

Akhirnya semua isi pikiran Restu selama sesi diam tadi ia luapkan pada kakak tertuanya. Merasa semua yang ia saksikan tadi siang tak ada yang masuk akal dan teradi secara bertubi-tubi.

"Tadi Mbak kira kamu diam itu setuju makanya Mbak gak banyak tanya dan baru sekarang ini."

Restu memegang rambut hitamnya, mengusaknya asal. "Kenapa kejadiannya gak Mbak aja sih, kalau itu Mbak kan gak bakalan serumit ini. Mungkin aja Bapak langsung nge-iya-in."

"Lah terus suami Mbak mau dikemanain?"

"Ya tetep jadi suami Mbak. Kayaknya punya suami dua lebih bisa diterima deh daripada nikah sama cowok."

"Diterima kepalamu. Menurut Mba ngga ada yang lebih baik. Ibu sama Bapak bakalan tetep kehilangan martabatnya di depan semua orang."

"Membatalkan pernikahan ataupun menerima lamaran Bara seperti berdiri di pinggir jurang dengan todongan pistol."

Restu mengangguk, entah mengerti atau hanya ikut setuju dengan apa yang kakaknya itu tuturkan.

"Apalagi Bara itu yang nabrak Abang. Kita gak tau tujuan sebenarnya apa, bisa aja semua yang dia ucapkan hanya rasa belas kasihan."

"Pernikahan itu ngga untuk main-main Tu.."

"Cobaannya berat bukan main ya contohnya seperti sekarang ini.."

Rumi masih terus berbicara panjang lebar, sementara Restu sudah berdiri dengan pandangan terarah pada seseorang yang bediri di belakang tubuh Rumi.

Tak tahu harus melakukan apa, ia hanya berdiri canggung, sesekali memberikan kode berupa kedipan pada Rumi jika ada orang ketiga yang mendengar obrolan mereka.

Satu deheman dari seseorang itu berhasil membungkam kakaknya. Restu hampir tertawa melihat raut Rumi yang terlihat terkejut sekali. Cepat-cepat menoleh dan mendapati pria tegap itu berdiri tak jauh dari taman bermain Uci.

Merasa bodoh sekali, ia tak mengira Bara akan selama ini berada di rumahnya yang dijadikan tempat pertemuan keluarga tadi siang. Ini seperti mereka sedang bergosip dibelakang orangnya.

Mereka melihat senyuman di wajah tampan itu. Menberikan gerak tubuh jika Bara tak keberatan sama sekali. Wajar jika diantara keluarga Taehyung ada yang tak menyukainya. Mau bagaimanapun ia tetap pelaku yang membuat Taehyung mengalami hal ini.

NYELEWENG [KOOKV]Onde histórias criam vida. Descubra agora