Siapa?

325 46 8
                                    

Taehyung tak berani menoleh ke belakang. Ia bisa mendengar hela nafasnya sendiri. Bergitu berisik dan tak nyaman.

Sesekali menoleh ke bawah dan berdoa agar ia tetap berlari. Taehyung tak boleh terjatuh, jika hal itu terjadi maka tamat sudah hidupnya selama 17 tahun ini.

Matanya terus menyusuri ruangan yang bisa ia gunakan untuk bersembunyi. Kabur dari kejaran teman sekelasnya. Ia tak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba diserang oleh Jeongguk saat ia menanyakan keadaan laki-laki itu. Karena sejak bel pulang sekolah berbunyi ia hanya berdiri didepan papan tulis kelas saja.

Seperti bukan Jeongguk yang Taehyung kenal. Wajahnya tak secerah biasanya. Pandangan tajam itu mengarah tepat pada Taehyung. Sesegera mungkin teradar dan berlari menjauh. Namun belum sempat dirinya mencapai pintu kelas, beban berat menimpa punggungnya. Melihat kursi kayu tergeletak disamping Taehyung setelah terjatuh bersamaan dengan dirinya.

Taehyung menatap tak percaya pada Jeongguk yang kini berjalan mendekat. Punggungnya terasa nyeri dan panas. Ada apa sebenarnya? Ia benar-benar tak mengerti. Tak merasa mempunyai salah juga terhadap laki-laki itu. Mereka bahkan akhir-akhir ini cukup tebilang akrab satu sama lain.

Tangan Jeongguk lalu menarik kerah Taehyung akan tetapi karena takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, Taehyung berusaha memberontak dan akhirnya terlepas dari cengkraman tangan besar tersebut.

Akibat dari itu, kancing seragamnya putus dan membuat sebagian lengan dan bahunya terlihat. Taehyung tak perduli, yang terpenting sekarang ini adalah bisa keluar dari lingkungan sekolah.

Menuruni tangga dengan serampangan, melongkapi dua anak tangga sekaligus.

"Allahuakbar!" Teriak Taehyung saat tubuhnya mencium lantai. Keadaan gelap membuat anak itu tak bisa melihat dengan jelas. Bahwa ia sudah berada di lantai paling dasar sekolahnya.

Dengan was-was segera menoleh ke atas. Takut sekali jika Jeongguk sudah ada didekatnya tanpa ia sadari. Mengelus dada saat tak ada siapa-siapa.

"Alhamdulillah.."

Taehyung berdiri, sedikit tertatih saat melangkah. Memutuskan untuk berjalan menuju gerbang depan.

Tak habis pikir disaat seperti baru teringat Tuhan, padahal kesehariannya dipenuhi makian dan umpatan. Saat dirinya terkejut pasti terselip nama hewan berkaki empat berawalan huruf  A. Atau jika ia sedang kesal pasti tak lupa menambahkan kata b*ngsat.

Treng!

"ANJING!" Kan..

Taehyung menoleh cepat ke undakan tangga paling atas, was-was tentunya. Keringat dingin menetes dari pangkal rambutnya. Bulu kuduknya meremang tak terkendali.

Masih gelap memang, namun suara sesuatu itu masih tetap terdengar. Jika ditebak seperti bunyi besi yang dipantulkan dengan besi lainnya. Taehyung berasumsi jika Jeongguk memukuli pegangan tangga disepanjang anak tangga tersebut.

TRENG!

Suaranya semakin keras, itu berarti si sumber suara semakin dekat padanya. Oh tentu saja insting waspadanya memberitahu jika ia harus secepatnya pergi dari sana.

Taehyung berlari menuju pintu gerbang. Napasnya memburu tak karuan. Mendorong gerbang sekuat tenaga namun gerbang itu masih kokoh diam ditempat. Melihat dengan panik saat menemukan gembok besar dan rantai dikedua pegangannya. Rasanya ingin menangis kencang saat itu juga. Berpikir jika ini hanyalah sebuah mimpi dipagi hari yang dengan seenaknya dibangunkan oleh ibunya. Tetapi jika mimpi ini harus selesai karena tepukan dibokong oleh ibunya ia akan bersyukur dan langsung mencium kaki ibunya saat itu juga. Hitung-hitung pahala masuk surga nanti.

Tetapi lagi-lagi ia disadarkan oleh kenyataan, kakinya terasa sakit. Denyutan yang didapat saat ia terjatuh di anak tangga terakhir tadi. Ini seperti penderitaannya tiada akhir. Tak mungkin untuk memanjat pagar setinggi 3 meter lebih itu. Memutar otak sembari sesekali melihat ke belakang tubuhnya.

Seperti menemukan emas ditumpukan pasir seperti itulah Taehyung memandang pos jaga yang biasa ditempati oleh satpam sekolah.

Berdoa komat-kamit agar pintu pos tersebut tak terkunci. Dan secepat mungkin menerjang pintu tersebut. Terbuka lebar, ia segera masuk dan tak lupa menarik slot untuk mengunci pintu dari dalam.

Taehyung bisa mendengar gesekan benda pada tanah dan suara langkah dikejauhan.

Beringsut ke sudut ruangan yang pencahayaannya minim. Melipat kaki dan menelungkupkan kepalanya agar tak bisa melihat apapun. Sekarang ini Taehyung benar-benar ketakutan. Berdoa paling khusyuk kepada Tuhan agar Jeongguk tak bisa menemukan tempatnya bersembunyi.

Tuk.

Ah, Taehyung ketahuan. Suara pintu diketuk oleh benda yang laki-laki itu bawa. Taehyung semakin beringsut memeluk dirinya sendiri.

Tuk. Tuk.

Tangannya seketika gemetar. Taehyung kini mulai menangis. Sepelan mungkin membungkam isaknya. Siapapun ia sebut untuk meminta tolong.

Tuk.

Suara itu tak mau berhenti. Membuat Taehyung lama-kelamaan merasa frustasi. Berulang kali dikepalanya berucap stop, please, dan takut.

Namun suara itu semakin gencar terdengar.

Taehyung menekan dirinya sebisa mungkin. Menutup kedua telinganya dan bergumam jika Jeongguk tak mungkin bisa masuk ke dalam. Ia tadi sudah mengunci pintu dan semua jendela tertutup rapat. Jadi apa yang harus dikhawatirkan? Ia hanya harus menunggu sampai Jeongguk merasa lelah dan akhirnya pergi meninggalkan Taehyung di dalam pos jaga.

Tuk. Tuk. Tuk-

Ia tak perduli, karena sekali lagi Taehyung di dalam dan Jeongguk berada di luar. Taehyung untuk sekarang merasa aman.

Tuk!

Taehyung di dalam dan Jeongguk di luar.

Klontang!

Taehyung terperanjat kaget saat mendengar besi itu terjatuh dilantai keramik. Menimbulkan bunyi nyaring yang mau tak mau membuat Taehyung mendongak, melihat ke arah pintu.

Dan betapa mengerikannya semua ini. Wajah Taehyung diliputi ketakutan yang teramat sangat. Pias diseluruh rona kulit. Tak menyangka akan apa yang ada di depannya.

Tubuh jangkung itu menjulang tak jauh di depan pintu. Menghadap Taehyung langsung. Besi yang digunakan untuk mengetuk pintu tergeletak di samping kaki.

Ternyata bukan di luar, tetapi Jeongguk memang sedari awal sudah berada di ruangan ini. Mengetuk pintu menggunakan besi beberapa kali dari dalam.

-tamat-

Inspirasi dari salah satu cerita di book Creepypasta berjudul Nightmare 1 : A Knock On the Window

NYELEWENG [KOOKV]Where stories live. Discover now