23. Los Angeles dan Kerinduan

64 6 0
                                    

Sering kali kegagalan yang terlambat di sadari, menjadi bumerang untuk diri sendiri.

***

Los Angeles, yang merupakan kota terpadat kedua di Benua Amerika itu setelah New York City saat ini menjadi tempat untuk Sarah bekerja. Sudah satu minggu dia di sana, jam kerjanya yang fleksibel dan memerlukan banyak riset untuk tulisan yang dia kerjakan memaksa Sarah untuk terus tahu mengenai kota yang dia tinggali saat ini.

Sarah memang sangat beruntung, bisa bekerja di sebuah penerbitan besar di LA adalah impian banyak penulis. Apalagi dia di kontrak secara eksklusif oleh penerbitan yang di pimpin langsung oleh salah satu keluarga Derson. Keluarga yang tidak di ragukan lagi namanya dalam Dunia bisnis. Mereka nyaris mendominasi usaha di berbagai bidang, seperti tambang emas, minyak bumi, berlian, otomotif, pangan, dan masih banyak lagi lainnya.

Sarah bahkan di hari pertamanya merasa sangat beruntung karena di sambut langsung oleh Allard Derson, yang merupakan direktur utama di penerbitan tersebut. Allard memuji tulisannya dan karena itulah dia mau memberikan kontrak ini kepada Sarah, jika dalam waktu satu tahun bukunya laris di pasaran maka buku tersebut akan di buatkan film layar lebar.

Mimpi Sarah akan segera menjadi kenyataan jika kali ini dia benar-benar bisa fokus. Hingga pada akhirnya selama satu minggu ini semua isi bab awal dalam tulisannya yang berlatar Los Angeles kota sejuk namun cerah itu terus saja dia hapus dan tulis kembali. Begitu saja dalam satu minggu ini. Belum lagi pikirannya juga menjadi kacau akibat wanita bernama Lia yang terus-terusan sering dia temui entah di sebuah kafe atau taman.

Hari sudah malam dan Sarah kembali ke gedung apartement-nya dari mencari udara segar. Petugas keamanan yang melihat Sarah masuk tersenyum kepadanya menyapa Sarah. Petugas itu mengenali Sarah karena sejak kejadian Sarah bertemu dengan Lia, dia meminta pihak gedung untuk tidak membawa orang asing bertamu ke apartemen yang sedang ia tempati saat ini. Tapi belum mendengarkan penjelasan dari pihak gedung Sarah sudah pergi menuju ke kamarnya lagi.

***

Rangga terus menerus diam, hujan yang cukup deras malam itu tidak membuat dia ingin menutup jendela kamarnya. Rangga saat ini sudah kembali tinggal di rumah lama dia dan Sarah, entah mengapa pada akhirnya dia kembali memutuskan untuk kembali ke rumah itu. Rangga melihat satu persatu ruangan di seluruh rumah, mengingatkan dia akan tangis tawa dan jaga rajuk Sarah kepadanya.

Setelah Sarah melahirkan rumah mereka dan juga pernikahan mereka semakin menyenangkan. Berwarna dan Rangga sangat mencintai keluarganya terutama Sarah sang istri. Rangga menutup mata ketika dia melihat meja kerja Sarah yang masih saja sama dan tidak berubah, rumah ini kembali kepadanya. Dan Rangga masih berharap kalau sarah juga akan kembali.

Rangga memutuskan keluar sejenak untuk membeli makan, dia ke sebuah rumah makan nasi padang dan memesan satu bungkus untuknya seorang. Tanpa dia duga ada Dita di sana juga bersama seseorang, Rangga langsung menemui wanita yang menjadi sahabat mantan istrinya itu.

"Dit," kata Rangga menghentikan langkah Dita yang ingin pergi.

"Mau apa lagi lo ?" tanya Dita tidak suka.

"Tolong kasih tau gue alamat Sarah di sana, gue mohon. Gue perlu tahu Dit."

"Lo gak perlu tahu, udah cukup ya !"

"Dit jangan gini dong. Lo sebenarnya harus tanggung jawab karena membuat gue dan Sarah hancur. Kalau gak karena lo suka nuduh gue kesan-kemari sama perempuan lain kepada Sarah pertengkaran gak akan sering terjadi diantara kami."

"Fix lo gila ya. Sejak kapan gue nuduh elo, bilang apapun juga sama Sarah tentang lo aja gue gak pernah. Jangan ngaco lo ya," kata Dita mulai emosi. Dia tidak perduli beberapa orang melihatnya dan Rangga saat ini. Terdiam sejenak Dita ingin pergi dan Rangga masih berpikir.

Rangga yang ingin kejelasan akan semuanya langsung mengejar Dita, menarik tangan Dita yang hampir saja membuka pintu mobil. "Gue ada bukti chat Sarah yang bilang kalau lo nelpon dia dan bilang gue sedang ada di hotel sama wanita lain." Rangga mengeluarkan ponselnya dan mencari-cari chat yang dulu pernah Sarah kirimkan kepadanya. Awalnya Dita ingin pergi, tapi saat dia melihat sedikit percakapan Rangga dan Sarah, jelas sekali jika Rangga sangat memperdulikan Sarah.

[Sayang sudah makan.]

[Sayang aku pulang sore, kita makan di luar ya.]

[Sayang sedag apa ?]

[Jangan sedih lagi ya.Aku gak mau kehilangan kamu, please kembali jadi Sarah yang dulu.]

Semua pesan yang sedikitnya dia baca memberi fakta baru bagi Dita, karena selama ini Sarah berkata kalau Rangga jarang mengirimkannya pesan dan tidak lagi memperdulikannya. Dita terperanjat dari pikirannya sendiri saat Rangga menemukan isi pesan yang Sarah kirimkan kepada Rangga.

[Kamu di mana?]

Di kantor Papa.

[Di kantor atau di hotel?]

Di kantor sayang.

[Kata Dita dia lihat kamu lagi di hotel, sama perempuan.]

Sayang, aku di kantor Papa.

[Tega kamu ya! ]

Dita yang melihat isi pesan itu menjadi bingung, sejak kapan dia menelpon Sarah dan mengatakan hal demikian.

"Lihat, sekarang gue tanya, gue atau Lo yang gila?" kata Rangga dengan wajah marah milik pria itu. "Lo kan tahu Dit gimana gue sayang sama Sarah, Lo juga tahu selama ini hubungan kita berdua kaya mana, tapi kenapa kalian semua. Elo kak Fara dan yang lainnya nyalahin gue?

"Jelas Lo salah, kalau Lo gak salah kenapa lo diam aja waktu Sarah minta cerai? kenapa Lo lepasin dia gitu aja? kenapa Lo diam aja waktu di pengadilan? dari sana aja orang udah tahu Ngga. Lo yang gak becus, jangan salahkan orang lain. Dan satu lagi ya, lo udah nyakitin Sarah banyak, jadi jangan cari pembelaan."

Dita meninggalkan Rangga dengan membanting pintu mobilnya, meski Dita bingung kapan dia mengatakan kepada Sarah kalau dia yang melihat Rangga ada di hotel bersama wanita lain ? Dita harus menelpon Sarah dan menanyakan hal ini.

Sementara Rangga hanya mampu mengumpat, nasi padang yang dia pesan tadi dia tinggalkan begitu saja padahal dia sudah membayarnya. Rangga hanya perlu ke satu tempat saat ini, dan tempat itu biasa dia datangi bersama Sarah ketika Sarah sedang sangat malas untuk menulis. Kata Sarah "Kalau lihat kamu terus aku gak dapat ide, maunya peluk-pelukan terus. Jadi, sekarang kamu bawa aku untuk mengembalikan mood menulis ku ya."

Itu adalah kalimat yang sering Sarah katakan kepada Rangga, jika dia ingin di ajak ke tempat itu.

"Aku rindu kamu sayang." Rangga mengatakannya dengan sakit dan hatinya terasa pedih.

"Lo harus terima kalau lo gagal!"

"Lo yang gak becus! jangan cari pembelaan."

Semua memang salahnya, semua salahnya!

Bersambung...

Hai...maaf lama tidak update lagi. Bagi yang mengikuti Karyakarsa, di sana sudah nadra up date sampai bab 35 ya... Bagi yang belum mengikuti nadra di Karyakarsa bisa ikuti sekarang ya..karena akan ada Cerpen yang akan nadra update setiap selasa dan sabtu malam. 

Dia, SuamikuWhere stories live. Discover now