15: Ksatria dari Kekaisaran

742 148 14
                                    

Dua hari adalah waktu yang cukup bagi tubuh Elvard beristirahat. Berkat perawatan Istvan, luka luarnya juga sudah sembuh. Kekuatan rohnya memang belum sepenuhnya pulih tetapi bukan jadi masalah selama dia tidak melampaui batas seperti sebelumnya.

"El, kamu yakin dengan ini?" Astrapi bertanya di perjalanan tanpa melambatkan langkahnya yang menjejak hutan. "Kamu tidak suka bersentuhan dengan pengguna kekuatan suci, bukan?"

Elvard sendiri belum tahu alasannya dihantui mimpi buruk tiap kali berinteraksi dengan kekuatan suci. Di kehidupan sebelumnya, Elvard menghindari semua orang yang berhubungan dengan kekuatan suci demi kenyamanan pribadi.

Ada dugaan dalam hatinya kalau ini berkaitan dengan jiwanya yang bukan berasal dari dunia ini. Bagaimanapun, sesuatu tentang merasuki tubuh orang lain merupakan hal tabu yang sangat terlarang. Bisa saja dia akan dihukum mati jika hal ini terungkap.

Astrapi menghela napas, tentunya dia tahu apa yang dipikirkan oleh kontraktornya. "Aku tak mengkhawatirkan identitasmu terbongkar, Pak Tua itu juga pernah bilang tak akan ada yang bisa menyadari perbedaan jiwamu karena kasusmu istimewa, kamu tidak masuk ke tubuh itu atas kemauanmu sendiri. Ini adalah roda reinkarnasi, hasil dari ketentuan takdir."

Angin kencang berembus mengepakkan ujung jubah yang dikenakan Elvard. Diliriknya roh yang terikat kontrak jiwa dengannya.

Astrapi menukas jujur, "Aku mencemaskanmu, El. Mimpi buruk itu selalu membuatmu tak bisa tidur tenang."

"Tidak masalah." Elvard bersiteguh, dia yakin bisa menanggung sedikit ketidaknyamanan. Lelaki itu mengusap kepala Astrapi lembut. "Fyodor adalah prioritas kita."

Lagi pula kini situasinya sudah berubah. Dia memiliki kekuatan Sieena sekarang. Sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari mimpi buruk akan menghantuinya di kemudian hari.

Dalam waktu kurang sejam, Astrapi dan kontraktornya akhirnya menginjakkan kaki di kota Hui. Elvard mengembalikan Astrapi ke dalam dirinya lantas membawa langkah seorang diri terjun ke tengah kota.

Perihal menemukan targetnya, itu persoalan mudah. Di kota termegah sekali pun, tak berarti tiada rakyat kecil yang kesulitan. Elvard dengan sengaja berdiri di tepi jalan pusat distrik yang ramai, di mana anak-anak banyak berkeliaran menawarkan jasa serta jajanan.

Salah satu gadis kecil yang membawa sekeranjang bunga menghampiri Elvard sembari menawarkan satu tangkai bunga liar berkelopak biru yang dipetiknya dari hutan.

"Tuan, apa Anda sedang menunggu seseorang? Ada baiknya Anda tak menemuinya dengan tangan kosong."

Elvard memperhatikan gadis kecil berkepang dua yang memiliki bintik-bintik manis di pipinya. Gadis itu memiliki rambut semerah matahari terbenam, pun nada suaranya diujarkan dengan gembira. Elvard menunduk, menerima setangkai bunga yang ditawarkan sopan padanya.

"Berapa harganya?"

Pertanyaan itu lekas menerbitkan senyum kian lebar di wajah si gadis berusia sepuluh tahun. "Empat sen untuk tiap tangkai. Namun, khusus untuk Tuan, jika Anda berkenan membeli seikat yang berjumlah sembilang tangkai, saya akan memberikan harga senilai tiga tembaga."

Di seluruh Kontinen, pembagian mata uang setara. Satu tembaga bernilai sepuluh sen dan satu perak sama dengan seratus tembaga. Bagi rakyat kecil, uang sejumlah dua perak sudah bisa menghidupi mereka untuk setengah bulan.

Elvard menyukai keramahan gadis kecil itu. Dia berjongkok guna menyamakan tingginya dengan si gadis kecil. "Aku akan membeli tiga ikat bunga jika kamu berkenan menjawab pertanyaanku."

Ketika Elvard dengan sengaja menatap gadis kecil itu, reaksi yang didapatkannya adalah kekaguman. Gadis bergaun katun terpana sesaat melihat wajah orang asing yang disapanya sebelum lekas menjawab, "Tuan pastilah pendatang, jika Anda ingin tahu apa pun tentang kota ini, jangan sungkan tanyakan pada saya."

[BL] The King's Nightmare (Original Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang