2. Saudara Laki-Laki

565 63 5
                                    

Namaku Hermione Granger.

Aku berasal dari Oxfordshire.

Mereka mengirimku untuk sebuah misi bunuh diri.

Wiltshire.

Sang pemburu penyihir, Lord Draco Malfoy.

Aku tidak bisa kembali.

Karena aku tidak punya siapapun untuk kembali.

Ginny Weasley telah diseret ke tiang pembakaran Wiltshire.

Ginny Weasley yang malang.

Draco Lucius Malfoy yang begitu dia benci.

Nyawa untuk nyawa.

.

Hermione membuka matanya, iris coklat madu menatap pada langit-langit kayu yang penuh dengan sarang laba-laba dan jelaga. Dia berbalik dan membiarkan kepalanya terkulai di atas lengan dan tubuhnya berbaring di alas tikar yang tipis.

Syaraf di kulitnya menangkap impuls dingin dengan sangat baik, meskipun dia bersama beberapa pengungsi tidur bertumpuk-tumpuk di tengah ruangan. Hermione menempelkan punggungnya dengan punggung perempuan lain yang sepertinya masih terlelap.

Dia tidak bisa tidur, terlebih saat dia mengingat kejadian-kejadian terakhir. Dia juga mengingat barisan mimpi yang selalu diulang di setiap malam. Mungkin dia telah dimantrai agar selalu mengingatnya.

Hermione begitu menangisi Ginny, mungkin mereka menggunakan memori itu untuk mencambuknya agar dia selalu setia dalam misi. Tapi dia tidak memahami mengapa ada perasaan yang membuat dia terikat dengan Wiltshire. Kadang beberapa memori terasa kabur, dia tidak mengingat sesuatu yang penting meskipun dia berusaha untuk mengembalikan memori itu.

Ketika matahari mulai meninggi, para pengungsi bepergian ke luar. Tapi Hermione hanya menghabiskan waktu untuk merenung di teras kayu di depan gubuk. Dia mengingat misinya yang cukup sederhana, namun begitu sulit untuk dilakukan. Dia selalu menganggapnya sebagai dongeng sampai tugas itu diberikan padanya. Dia perlu masuk ke kastil.

Tapi dia masih di sana. Di gubuk dimana pengungsi tinggal untuk sementara sampai mereka berhasil mendapatkan pekerjaan dan pindah ke tempat yang lebih baik.

Beberapa pengungsi ditempatkan di sisi selatan tembok. Itu adalah wilayah kelas bawah di mana banyak gubuk-gubuk petani dan lahan-lahan yang mulai dimakan musim. Hanya ada beberapa tumbuhan yang berhasil tumbuh di musim dingin, juga beberapa tumbuhan sisa musim gugur.

Pada sore hari ketika langit mulai menggelap, para penjaga datang ke desa-desa untuk menyuruh warga berkumpul di alun-alun. Hermione berjalan bersama pengungsi lainnya melewati jalur batu di antara rumah-rumah penduduk. Dia belum sempat menjelajahi wilayah ini atau wilayah mana pun di dalam tembok dan gerbang. Dia masih berjalan bersama pengungsi dan warga yang berbaur, melalui jalan-jalan selama menit-menit menjemukan hingga mereka tiba di lapangan besar di tengah jalan berbentuk lingkaran. Sebuah tiang panjang ditancapkan di pusatnya.

Seluruh mata yang tiba di tempat itu tertuju pada pusat alun-alun. Beberapa menahan napas mereka seraya yang lain dibanjiri dengan amarah. Mereka bersorak dengan aliran caci dan maki. Ketika Hermione tiba di sana dan menatap pada pancang, dia merasa telah salah mengira. Dia pikir si gadis sial telah dibakar tadi malam. Dia pikir si gadis telah mati dalam api yang dikobarkan ketika mereka tertidur. Tapi dia baru mengingatnya bahwa eksekusi wanita yang dituduh sebagai penyihir dilakukan di tempat terbuka sebagai hiburan. Antusiasme itu mengalir deras dalam aliran darah warga.

Hermione menggigit bibirnya. Dia melihat si gadis yang sudah hampir mati dengan keadaan mengerikan. Tubuh telanjangnya tertutupi lumpur yang telah mengering. Gadis itu pasti mengharap mati seketika, setidaknya itu lebih baik. Dia diikat di tiang pancang dengan entah berapa banyak kayu bakar mengelilinginya. Para kesatria tiba membentuk barisan untuk bersiap akan perayaan. Tapi Lord Draco Malfoy tidak berada di antara mereka.

(DRAMIONE) LADY OF THE CASTLEWhere stories live. Discover now