PROLOG

27 11 22
                                    

Shibuya, pada 7 juli 1993.

Suatu hari demi di hari musim panas yang membuat cuaca cukup cerah.

Seorang anak laki-laki berlari memasuki rumah ketika dia baru saja pulang dari sekolah. Dari segi letak papan dalam rumah yang menempel pada dinding pagar ini diberi nama sesuai dengan nama keluarga Nezu.

"Ayah! Ibu! Kak Kimiko! Kak Kenta! Tadaima!!"

"Ayah!! Ibu!! Kakak!! Lihat!! Nilai matematika aku dapat 100!!"

Seorang anak laki laki tersebut bergegas memasuki ke ruangan lain. Dan tiba tiba..

"Kenta-kun, sugoii desu nē!!"

"Kau terlihat pasti nilai matematikamu pasti dapat 100!"

"Iya, ibu, ayah, Kakak. Kenta pasti senang. Kalau Kenta besok nilai ulangan bakalan dapat seratus lagi kok."

"Itu baru namanya anak ayah membuat rasa bangga.."

Mereka berempat saja sudah membuat mereka merasa sibuk dan sekedar bersenang-senang. Apalagi, orang tua mungkin melupakan putra bungsunya. Mereka sendiri sebagai orang tua selalu memilih untuk merasa tidak puas dengan membedakan anaknya sendiri secara berlebihan dengan keluarga Nezu.

Sepertinya anak laki-laki dari tadi setelah menyapa mereka. Saat dia setelah sepulang sekolah sampai dari dalam rumah. Sedemikian rupa sehingga dia bahkan tidak menjawab, dia sepertinya tidak ada ingin peduli dengan keluarga Nezu. Bahkan para orang tua pun suka membedakan dan membandingkan nilai-nilai yang dimiliki anaknya sendiri.

Seorang anak laki-laki meremas kertas ulangan tes pelajaran miliknya sendiri. Saat ia memandangi orang tua dan kedua saudaranya sendiri yang masih sibuk bersenang-senang, namun mungkin mereka akan melupakan putra bungsunya tanpa bertanggung jawab. Ia merasakan hal yang membuat saling membenci karena orangtuanya yang tidak peduli. Mesti mereka masih sibuk seenakan bercanda ria. Itulah akibat dari anak laki-laki yang membuat merasa seperti sedang menekan amarah batinnya untuk bertindak demi keluarga Nezu.

"Aku benci keluarga, Kalian jahat! Kalian jahat!!" gertak anak laki laki tersebut sembari melemparkan kertas ulangan miliknya.

Tanpa sengaja ia setelah mengeluarkan mulutnya dengan penuh amarah, apalagi karena perkataannya yang membuat merasakan tidak dipedulikan oleh orang tuanya, sesaat ia merasakan kebencian terhadap keluarganya sendiri. Hanya saja sebagian dari mereka suka membedakan dengan anaknya sendiri. Ia lalu berlari untuk meninggalkan oleh mereka.

"Koichi!!"

"Mau kemana kamu pergi, anak sialan?!!"

"Dasar anak rendahan!! Bisa bisanya kamu memang tidak punya sopan santun sama orang tua kamu ya, ANAK HARAM!!" sergah pria paruh baya itu dengan penekanan kalimat terakhir.

Nampaknya seorang anak berusia 10 tahun tak mau mendengar perkataan kemarahan ayahnya. Mengapa orang tua suka membedakan satu sama lain dengan anaknya sendiri seperti itu?

Apalagi dengan ayah sendiri yang di lakukan menyikapi kata-kata kasar oleh anaknya, konsep sang ayah adalah dengan memendam kata-kata buruk yang diucapkan terhadap anak bungsunya, maka ia akan semakin kecewa. sehingga anak laki-laki itu akan membiarkan untuk pergi sendiri. Karena orang tuanya berhak diperlakukan dengan sangat kejam dan tidak kalah bahagia dengan keluarga Nezu.

Anak laki laki yang berusia 10 tahun tersebut akan langsung kabur dari keluarganya sendiri sehingga membuat mereka merasa egois dengan dia. Ia ingin segera membuka pintu knop berwarna putih itu hingga kemudian keluar dari lingkungan yang membuat keluarganya sendiri harmonis. Dia segera kabur dari rumah keluarganya atas nama Nezu. Pastilah keluarga Nezu yang membuat mereka merenggut kebahagiaan dari anak-anaknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Story all the about for Koichi Aozawa (Spin-off) [HIATUS]Where stories live. Discover now