Live. Love. Lies

10 0 0
                                    

Aku bukan seorang penggemar dari genre romansa. Menurutku genre romansa terlalu melebih-lebihkan apa yang tidak seharusnya terjadi secara logika atau'pun manusia. Meski begitu manusia menyukainya. Terutama para kaum hawa. Meski begitu aku mengonsumsi genre romansa sebagai referensi dalam menulis ceritaku sendiri.

Cinta dan aku merupakan hal yang berbanding terbalik. Seringkali aku memandang cinta adalah sebuah bagian dari dongeng yang selalu menjadi bumbu penyedap bagi para penikmatnya. Semua orang akan gila jika selalu ditaburi cinta. Karena akan ada sebuah cacat logika yang secara ajaib kau tidak dapat melihatnya.

D sangat menyukai hal ini, romansa, dan dia juga menyukai keindahan dan ketenaran. Aku bertemu D saat dia menyatakan cinta kepada salah satu teman kelasnya. D merupakan anak yang terkenal, di mata orang ia dikenal sebagai seorang anak yang tampan tetapi di mataku dia hanyalah seseorang yang narsis dan tidak memiliki wajah sama sekali. Dia bebas bergerak semaunya tanpa peduli apa yang dikatakan orang-orang...

'Oh hey... hey... hey... Aldwight... jangan ceritakan diriku seperti itu dong.' Kata D, yang tiba-tiba menarik mesin ketikku, 'jika kau ingin menulis tentang diriku tulislah aku dengan bagus dong... kau ini bagaimana.'

Ia meregangkan jarinya.

'Biar kucontohkan padamu bagaimana seharusnya kau menulis tentang seseorang, Aldwight.'

Namaku D. Kepanjangannya? Deez Nuts.... Haha. Aku menyukai seni terutama yang berkaitan sesuatu hal yang gelap. Aku suka sekali menonton anime... oh tidak lupa dengan manganya, hehe....

Hm.... oh. Aku bertemu Aldwight saat aku menyatakan cinta kepada seseorang di kelasku, waktu itu aku masih di sekolah dasar. Ahhh.... Mademoiselle itu, dia tampak cantik sekali waktu itu tetapi sekarang sudah tidak. Dia tampaknya sudah bahagia dengan pacar barunya yang konon suka berganti-ganti itu, hmmmmm. Hey... apa kau tahu? Aldwight waktu itu diam-diam suka dengan gadis itu tetapi dia memutuskan untuk diam saja jadi aku menyerobotnya duluan.

'Hey D! Apa yang kau tulis di sana?'

Aldwight adalah orang membosankan. Orang-orang jenuh ketika ia melihat atau berteman dengan seorang seperti Aldwight. Dia selalu bilang "Tidak itu tidak masuk akal", atau "Tidak umurku bukan lagi untuk sesuatu yang seperti itu", dia sama sekali tidak menyenangkan! Aku selalu melihat Aldwight dengan buku novel lusuhnya saat SMP, ke mana'pun dan di mana'pun dia selalu membawa buku itu dan menulisnya ketika sempat. Dia selalu bercita-cita menjadi seorang penulis terkenal.

How lame...

Aldwight dulu selalu dilirik saat awal masuk ke SMP oleh gadis-gadis itu. wajah tampan dan sikap dinginnya membuat hati gadis-gadis itu terpikat. Kuharap aku yang mendapat perhatian itu dan mempermainkan hati mereka, meski begitu Aldwight pasti akan memahariku.

'D kau!'

Aku menarik mesin ketik itu dari D. Tampak dia sudah mengetik beberapa paragraf.

'Ah... Al kau tidak asik. Aku lebih baik bermain dengan Miyu saja.'

Cih.

D memang suka bertindak sesukanya jika aku tidak memperingatkan dia atau bahkan menghentikan-nya. Meski kelakuan D sulit ditebak dia sebenarnya adalah orang yang cukup baik.

Saat aku masih duduk di bangku SMP, D masuk ke dalam anggota kepramukaan. D masuk ke dalam regu khusus yang disebut Dinozzar dan menjadi orang yang memegang seni gambar perspektif. Dia juga dikenal dengan pemegang pidato bahasa Inggris angkatan kami sebelum pada akhirnya ia tampak jenuh pada tugas-tugasnya di kepramukaan.

D suka bermain-main. Wataknya yang tidak pernah serius adalah anugrah atau mungkin juga musibah baginya, aku tidak tahu. Sekalinya serius, D kurang lebih menjadi seseorang yang tidak dapat kukenali.

DENI_LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang