Prelude

3 0 0
                                    

Dua puluh satu tahun, itulah waktu yang kuhabiskan hingga saat ini untuk hidup. Di antara sekian banyak waktu, tahun, bulan hingga hari ada beberapa cerita yang mungkin dapat kuceritakan dan mungkin juga tidak. Hidupku bisa dibilang tidaklah menarik, sebagian besar lebih terdengar seperti gurauan atau mungkin khayalan anak kecil.

Atau mungkin memang aku seperti itu.

Atau mungkin memang ituah jiwaku yang sedang terperangkap di tubuh yang semakin menua ini.

Lupakan, aku seringkali berhenti untuk memikirkan hal itu.

Sekarang aku memilih duduk di ruangan yang cukup tenang dan gelap agar dapat merefleksikan diriku. Tempat di mana aku dapat berkomunikasi. Tempat di mana aku bisa melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain yaitu diriku sendiri.

Sunyi...

Sepi...

Gelap....

Di kepalaku hanya ada secercah cahaya yang hanya cukup untuk melihat kedua tanganku yang sudah bersiap di depan sebuah mesin ketik. Mesin ketik tua berwarna abu-abu peninggalan kakekku. Samar-samar meja kayu yang menyangga mesin ketikku ini ternyata dipenuhi coretan spidol dan jika aku lengah menggesernya sedikit, maka akan mengeluarkan bunyi berdecit yang menandakan umur meja tersebut. Tanpa memepedulikan kedua hal itu aku mulai menulis.

Ya...

Menulis...

Menulis apa saja yang membuatku senang hingga akhirnya pada suatu titik keharusan aku harus menulis tentang diriku sendiri yang kemudian membuatku berhenti ...

Aku tahu alasannya.

Tetapi aku tidak mengerti.

Dan aku tidak mau mengerti.

......

Lamunanku terpecah setelah mendapati sebuah suara yang mendekatiku di ruangan yang sebenarnya tidak dapat ditembus oleh siapapun ini.

'Siapa?' tanyaku. Suaranya terdengar seperti orang tua yang menyeringai mendekat, di saat yang bersamaan aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

'Kau seharusnya sudah bisa menebak siapa aku.'

Suara itu mengingatkanku pada sebuah sosok, namun suara itu tidak berbentuk dan juga tidak bersosok. Tapi aku tahu, dia tepat berada di depanku.

'Tidakkah kau lihat aku sedang sibuk?' timpalku kepada udara di depanku.

'Aku tahu kau sedang sibuk, Aldwight....' Ujarnya, 'Sangat sibuk... bahkan bukankah selalu seperti itu?'

.......

Suara itu kemudian tertawa cekikikan. Suaranya halus namun di saat bersamaan terdengar sedikit berat.

'Bukannya kau sudah tahu sendiri Aldwight? Bukannya kau tahu segalanya? Kau maha tahu segalanya tentang dirimu...,' ia terdengar seperti sedang meledek, 'kau ingin ditemani, bukan? Ditemani sambil menata kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan dirimu agar orang-orang menjadi terkesima atas tulisanmu...'

........

'Meski kau meminta aku untuk pergi, aku akan tetap berada di sini... menemanimu... bersamamu... menulis itu...segalanya tentang dirimu.'

Entah mengapa dia tahu apa tujuanku berada di sini. Ia bahkan tahu namaku. Namun aku tidak tahu siapa dia. Aku tidak tahu mengapa ia mau menemaniku, mungkin seharusnya aku mengabaikannya saja dan kembali fokus untuk menulis ini. Menulis tentang diriku sendiri. Sebuah pekerjaan yang mudah bukan?




'Ada apa?' tanya suara itu.




'Apakah ada sesuatu yang ganjil?' tanya suara itu lagi.

Aku tidak mengerti... seberapa kuat'pun aku mencoba menuangkannya aku tidak dapat menulisnya! Semuanya tampak salah! Ini hanya tentang diriku sendiri! A

A



Sialan!

Apa yang terjadi? Mengapa huruf-huruf itu tidak muncul?

Perlahan kualihkan pandanganku dari mesin ketik itu, dan mulai menatap ke arah depan. Menatap kehampaan yang ada di depanku. Sosok itu ada di sana tetapi aku tidak dapat melihatnya. Dia ada dan aku bisa merasakannya tetapi ia tidak memiliki wujud.

Apa yang diinginkannya dariku?

Pelan-pelan kutenangkan diriku Kuatur nafasku dan memperbaiki posisi dudukku. Aku menatap sosok yang tidak bersosok itu untuk beberapa saat lamanya sampai kusadari terdapat angin dingin yang begitu saja berhembus ke dalam ruangan hampa ini. Angin itu membawa perasaan sejuk ke dalam otak dan alam sadarku. Dan tanpa kusadari tanganku sudah kembali persis di atas mesin ketik.

'Bagaimana jika kita dimulai saat kau pertama kali bernapas?'


DENI_LWhere stories live. Discover now