Friday 13th

6 0 0
                                    

Jum'at tanggal tiga belas, tepatnya pada bulan September tahun 2002 aku dilahirkan. Begitulah apa yang tertera di akta kelahiranku selama ini atau tanda kependudukanku. Aku dilahirkan di sebuah keluarga yang sederhana. Terdiri dari ayah, ibu dan seorang kakak laki-laki saat itu.

Ayahku merupakan seorang kepala rumah tangga yang agamis. Beliau adalah orang yang aktif bersosaliasi dan berdakwah di tempat ibadah di area perumahan kami. Ibu merupakan seorang wanita karir yang sangat menyayangi anak-anaknya. Sedangkan kakak-ku adalah seorang IT konsultan yang bekerja di bidang komputer dan pemograman.

Sampai hari ini mungkin aku sangat bersyukur memiliki orang tua seperti mereka mengingat terkadang aku mendengar hal yang tidak mengenakkan dari kisah teman-temanku tentang kedua orang tua mereka.

Jika aku mau jujur di kehidupan awalku banyak yang sama sekali tidak kuingat. Karena yah.... Memang saat itu seorang bayi atau balita tidak memiliki kemampuan untuk mengingat secara aktif, namun jika mendengar apa yang dikatakan oleh para pengasuhku aku merupakan anak yang sangat aktif.

Kebiasaanku ketika masih kecil mungkin banyak yang terbawa hingga dewasa. Kebiasaan buruk seperti tidur terlalu larut, bangun kesiangan dan menunda-nunda mengerjakan pekerjaan seringkali masih terbawa di diriku yang sudah kepala dua.

Keluarga kami selalu mengedepankan agama. Agama adalah nomor satu. Jika agamamu baik maka hidupmu akan tenang, tetapi mungkin di antara mereka semua akulah yang paling sulit diajak beribadah.

Tidak seperti yang sebagian besar kalian bayangkan... seperti tidak sembahyang atau tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya. Tidak. Aku tetap melakukan tiap-tiap perintah agamaku, hanya saja aku sesekali tersandung masalah manajemen waktu entah seperti aku tidur terlalu lama atau terpaku pada sesuatu hingga berlarut- larut. Atau sebut saja seringkali aku malas dan tidak tepat waktu.

Ayah dan ibuku menginginkan sebuah fondasi keyakinan pada anak-anak-nya dengan menyekolahkan anak mereka ke sekolah berbasis agama kami, Islam. Dari awal aku sekolah dengan masuk taman kanak-kanak hingga SMA, semua sekolahku berbasiskan ajaran agama islam. Dari budi pekerti, aqidah, hingga tafsir maupun fiqih dipelajari di sana.

Mungkin hal yang paling lucu adalah bagaimana aku kemudian tertarik pada ilmu filsafat saat SMA dan mulai menelaah ayat-ayat Ilahi sendiri. Aku kemudian mulai tertarik dengan ilmu-ilmu logika barat yang kemudian kukonversikan ke dalam filsuf islam untuk melihat bagaimana bentuk logis serta pembuktian-nya. Sering aku menemukan tanda-tanda yang valid dan tidak jarang pula terdapat logika yang tidak dapat diraih oleh akal manusia.

Aku suka bermain. Sayangnya aku lebih suka bermain sendirian dibandingkan bersama orang banyak. Seringkali aku menghabiskan waktuku sendiri untuk bermain. Sekedar menghibur diriku sendiri. Dengan video game, dengan menggambar, dengan menulis. Apapun yang sekiranya membuatku senang. Sejak dahulu aku sudah akrab dengan yang namanya sepi. Karena kedua orang tuaku bekerja jarang sekali aku melihat mereka di rumah. Bahkan waktu itu selama enam tahun selama hari-hariku di sekolah dasar kakakku sedang menjalani pendidikannya di sekolah asrama membuatku hampir selalu sendirian di rumah.

Tok-Tok!

Bukan berarti aku tidak berkomunikasi dengan orang lain. Aku bicara hanya ketika diperlukan. Mungkin itulah mengapa aku sering sekali terlihat diam dan sulit mencari kenalan atau teman hingga permasalahan ini seringkali sulit kuatasi. Selalu kukatakan pada diriku untuk memperbaikinya di lain kesempatan.

Tok tok tok tok!

Tapi sering juga aku katakan pada diriku sendiri bahwa itu adalah sebuah karakter seseorang yang melekat dan sulit diubah. Meskipun setelah kubuka logikaku terus menerus perkataan itu sulit kucerna dan membawaku pada rasa cemas dan nestapa. Sampai...

'Aldwight...' sambar sang suara.

Aku berhenti...

Tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok!

'Seseorang datang.' ujarnya lagi.

Suara ketukan itu akhirnya berhenti dan berganti menjadi sebuah langkah kaki yang mendekati mejaku.

'K-kau....bohong...!'

Seseorang yang mirip denganku tiba-tiba datang dengan suara terbata-bata. Bukan pertama kalinya aku melihat dia. Wajahnya pucat dan keringat dingin tampak tidak pernah surut dari keningnya.

'Ada perlu apa kau kemari, A?' tanyaku kepadanya. Mata A tampak sedang mencari-cari sesuatu, jika yang dicarinya itu aku, aku tepat berada di depannya.

'Semua yang kau tulis di atas adalah bohong!'


DENI_LNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ