Mengarah ke sebuah tempat parkir, Jimin yakin Seokjin akan pergi meninggalkan kampus. Bergegas ia berlari menuju mobilnya terparkir sebab tak ingin jika sampai tertinggal dan kehilangan jejak.

Perjalanan cukup jauh ketika Jimin mencoba mengekori sebuah mobil baru yang ada didepannya. Mobil tersebut tak mengarah pada toko kue milik Jungkook, juga tak mengarah pada minimarket milik Seokjin. Lalu kemana sebenarnya Seokjin ingin pergi?

"Halo."

"Mini kamu dimana?"

"Kook bentar ya, aku lagi ikuti mobil suami kamu. Gak akan lama kok. Udah iamu jangan cemas, kamu di rumah aja makan yang banyak! Bye Kookie."

Jimin lantas menutup panggilan telepon dari sahabatnya karena dirasa jika panggilan tersebut diteruskan maka ia akan kehilangan konsentrasi akan misinya.

Dan benar, beberapa saat kemudian terlihat mobil memasuki area kompleks perumahan elit dan berhenti tepat di depan rumah megah di blok paling depan.

"Gila! Gede banget rumahnya!"

Terkagum dengan hunian yang menjadi tempat singgah Seokjin, Jimin memuja bagaimana rumah tersebut terlihat begitu mewah dan elegan. Sendirinya melupakan bahwa rumahnya tak jauh berbeda dengan perumahan-perumahan yang ada disini.

Seorang pria tua (tukang kebun) terlihat akrab dengan Seokjin saat membukakan pintu pagar yang menutupi sebagian rumah tersebut dan Jimin segera keluar dari dalam mobilnya dan berjalan mengendap di balik tembok besar yang menghadang disebelah rumah tersebut.

Sialnya, pintu pagar tertutup rapat dan membuat Jimin tak dapat mengikuti pergerakan Seokjin sampai ke dalam rumah.

"Sial!"





















**

"Kak Seokjin."

"Iya. Namjoonnya ada? Tadi dia bilang suruh aku kerumah. Ada beberapa tugas akhir yang harus diperbaiki dan materinya ada di Namjoon."

"Ah masuk dulu kak. Kak Namjoon bentar lagi pulang kok."

"Oh, gak apa kalau gitu aku tunggu aja di luar."

"Eh jangan, panas banget di luar. Masuk aja yuk aku bikinkan minum dulu."

"Gak perlu repot Jennie."

"Gak repot kak ayo masuk!"

Lagi dan lagi Seokjin tak dapat menolak. Pikirnya, tak apa kalau hanya sebentar. Toh Jennie bilang Namjoon akan segera pulang bukan?

Jennie berjalan riang menuju dapur. Tak lupa ia ambil ponselnya yang sedari tadi ia charge di samping televisi ruang keluarga. Saat ia mengecek ponselnya, sebuah pesan masuk dari kakak Sepupu yaitu Namjoon.

'Je, Seokjin udah dateng? Dia bilang mau ke rumah. Kabari kakak kalau dia udah sampai. Kakak masih ada urusan.'

Secepat kilat wanita cantik dari keluarga Kim tersebut mengetik....

'Iya kak, kak Seok....' (deleted)

'Kak Seokjin belum datang kok. Kakak selesaiin aja urusannya. Nanti kalau kak Seokjin udah datang, Jennie kabarin kak Namjoon. Love you!'

Tak tau apa maksud dari ketikannya sendiri, namun Jennie merasa jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Apa dia mencoba jadi anak nakal sekarang? Ah bukannya tidak apa menjadi nakal sekali saja? Toh selama ini Jennie selalu menjadi anak baik. Ia ingin merasakan gejolak remaja yang selama ini belum pernah ia rasakan.

Seketika ia mengintip dari balik tembok dapur yang langsung berseberangan dengan ruang tamu, Jennie tersenyum saat melihat betapa pria yang ia cintai terlihat begitu tampan. Rambutnya, alisnya, matanya, hidungnya - dan - bibirnya , ah Jennie seperti orang gila. Bagaimana kini ia membayangkan bibir itu menyapu belah bibir tipisnya.

Menggeleng cepat !

Sebuah ide gila terlintas. Ia berjalan menuju lemari kusus dimana obat-obatan yang setiap hari ia konsumsi berada disana. Mengambil sebuah tube yang berisikan obat yang selalu ia konsumsi saat ia tak bisa tidur (sesuai anjuran dokter) - "ini pasti berhasil!" . Jennie menyiapkan segelas minuman berwarna orange dan setelah itu ia masukkan dua butir obat tidur kedalamnya.
















"Maaf, Jennie tidak nakal. Jennie cuma mau kak Seokjin."

































*
*
*

"Silakan diminum kak."

"Oh, iya. Terimakasih Je."

Cuaca memang sedang panas, Seokjin yakin minuman berwarna itu akan sangat segar jika masuk dalam tenggorokannya. Tanpa menunggu lama, ia teguk minuman tersebut sampai habis.

Reaksinya cukup lama, setelah berbincang kurang lebih lima menit dan Jennie berpamitan untuk kembali ke dapur dan mengambil cemilan, disaat itulah Seokjin merasakan kantuk yang luar biasa hingga ia tertidur disana.

Katakan saja jika Jennie sudah gila (?) Ya, benar. Ia sudah gila karena Kim Seokjin. Pria tampan yang kini tengah tertidur bersandarkan bantalan sofa lembut dirumahnya. Tangan mungil nan lembut berhasil membelai pipi sebelah kanan Seokjin hingga akhirnya ia memberanikan diri mengecup pelipis pria yang kini tengah tak sadarkan diri.

"Jennie sayang kak Seokjin."

Kembali setelahnya ia mengarahkan bibir manisnya ke atas bilah bibir Seokjin.......






















































-tbc-

-tbc-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stay With You ✅️Where stories live. Discover now