Jaehyuk mengangguk, menepuk pundak Asahi. "Nggak papa gue ngerti, kok. Bahkan harusnya juga gue nggak ikut-ikutan tadi, tapi gue nggak tega lihat lo dipaksa Kak Yoshi kayak tadi."

"No problem, kalo tadi emang gue butuh bantuan karena—" Asahi menghela napas sekali lagi. "Karena tiap lihat Kak Yoshi gue masih berharap bisa balik ke dia kayak dulu. Tapi itu nggak boleh gue lakuin."

***

Ini hari yang ditunggu-tunggu oleh siswa-siswi. Puncak acara ulang tahun sekolah yang telah disiapkan jauh-jauh hari. Kelas-kelas sibuk melayani pelanggan. Banyak sekali masyarakat umum yang hadir untuk menyaksikan penampilan di sini apalagi dengan bazar kuliner yang tersebar di seluruh kelas.

Asahi sibuk mencatat pesanan-pesanan dari pelanggan yang datang ke kelas. Cukup untuk membuat Asahi dan yang lainnya kewalahan apalagi dengan ruang kelas yang terbatas. Untungnya para pelanggan memaklumi. Malahan menikmati hidangan yang tersedia.

"Yosa! Minta tolong anterin yang ini. Di meja empat."

"Sa! Ini tolong dianter ke sana!"

"Yosa! Jangan ngelamun!"

Nah, sialnya tidak ada yang membantu Asahi melayani pelanggan. Selain mencatat dia juga bertugas menghantarkan pesanan. Teman-teman sekelas banyak yang tidak berada di tempatnya masing-masing dengan berbagai alasan.

Beberapa ada yang ijin karena menjadi anggota OSIS. Ada juga yang menjadi seksi keamanan sekolah, perwakilan PMR yang ditempatkan di UKS, dan juga panitia tambahan untuk di panggung. Asahi, sih yakin ada beberapa yang sengaja kabur agar tidak disuruh-suruh seperti dia.

"Bennaya mana? Jam sepuluh nanti dia harus perfom. Ini bajunya masih ada di sini berarti belum didandanin, udah setengah sepuluh lho." Mashiho melongok dari pintu sambil membawa setelan yang harusnya digunakan Heeseung untuk tampil.

Ryujin yang sedang membuat minuman angkat bicara. "Lagi ke kamar mandi anaknya, tadi udah dipake malah dicopot lagi bajunya. Dia udah dandan, kok."

"Udah lama?"

"Lumayan. Kayaknya grogi dia."

"Lo duduk aja anjir nggak usah banyak gerak biar yang lain aja. Nanti riasan lo luntur."

Mashiho mencebik kembali bekerja sambil menunggu Heeseung datang. Dia khawatir jika pemuda itu tak kunjung datang maka tidak sempat untuk mendandaninya.

"Dri, flashdisk nya udah dikasih ke anak OSIS?" Heeseung akhirnya kembali dari kamar mandi. "Kemarin siapa, sih yang nyari file-nya kata anak OSIS ini nggak bisa dibuka. Gue habis dikasih tau sama anak OSIS waktu balik dari kamar mandi."

Mashiho yang sedang membuat pesanan menoleh, raut wajahnya bingung. "Kok bisa? Kemarin gue yang ngasih bisa, kok."

"Nggak bisa, Dri tadi pas break anak OSIS coba check sound dari kelas kita nggak bisa dibuka." Heeseung kembali mengenakan setelannya. "Kelas kita udah harus ke sana ini, please ada yang ngurusin sound kita."

"Ah elah, sibuk semua gila." Mashiho mencoba mengabsen kegiatan teman-temannya. "Yosa Yosa! Minta tolong benerin sound-nya mereka, dong. Katanya OSIS ada masalah file-nya nggak bisa dibuka."

Asahi yang sedang mengelap meja mengernyit, tetapi tetap menuruti perintah Mashiho. Segera dia berlari menuju ke stage yang ada di lapangan belakang begitu juga Ryujin dan Heeseung. Keduanya bahkan tidak peduli jika riasan mereka luntur atau bagaimana, yang penting sampai di tempat dulu.

"Perwakilan kelas XII MIPA 4?" Salah satu anggota OSIS bertanya, terlihat sibuk dengan kertas-kertas dan memegang HT.

Asahi mengangguk. "Sound-nya kelas kita ada masalah?"

Maybe If [Jaesahi]Where stories live. Discover now