Bagian 9

164 27 1
                                    

“Bersih-bersih dulu abis itu langsung tidur, udah malem. Gue pulang dulu ya.”

Setelah mengatakan itu, Kala langsung menancap gas menuju kosannya kemudian menghilang setelah berbelok masuk. Wina buru-buru masuk ke pekarangan rumahnya setelah memastikan Kala benar-benar sudah ada di kosan.

Gadis itu diam di teras sejenak, berusaha mengulum senyum serta menahan jeritannya. Pengakuan serta perlakuan Kala selama konser musik tadi benar-benar membuat Wina meleleh dibuatnya.

Mata Wina kemudian terpaku pada segelas Boba Taro Milk ukuran large di tangannya. Kala yang membelikannya setelah mereka menjauhi panggung padahal acara belum usai, Wina sempat menolak diajak pulang, namun Kala selalu punya cara untuk membujuknya.

“Anak kecil nggak boleh begadang, kapan-kapan kalau ada lagi kita dateng lagi ya? Jangan ngambek, jelek, mirip sama kambing. Ayo, kita beli Boba sesuai janji gue tadi.”

Sudut bibir Wina kembali tertarik membentuk sebuah senyuman, tiap kalimat yang diucapkan Kala masih terasa segar di ingatannya.

“Kak! Ngapain malah senyum-senyum sendiri di teras?! Bukannya langsung masuk!”

Senyuman Wina langsung buyar saat suara Atala menginterupsi, kepala bocah itu menyembul dari celah pintu utama rumah yang sedikit terbuka.

Atala keluar karena ia sudah mendengar suara motor Kala dari kamarnya, namun ia merasa kakaknya tak kunjung masuk ke dalam rumah bahkan setelah suara motor Kala terdengar menjauh. Bocah itu kemudian inisiatif untuk mengecek kakaknya, yang ternyata asyik melamun di teras.

Pipi Wina bersemu malu karena kepergok adiknya, cewek itu lantas mendorong pintu dan menubruk tubuh Atala hingga bergeser dari posisi. Wina segera berlari menuju kamarnya kemudian menguncinya, meninggalkan Atala yang masih terdiam didepan pintu yang terbuka.

Atala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa heran dengan kelakuan Wina. Detik berikutnya, Atala mengangkat bahu acuh tak acuh.

“Bodoamat deh, ngapain mikir,” gumam Atala kemudian kembali menutup pintu dan menguncinya.

Wina keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terbungkus handuk, cewek itu meraih ponselnya yang berada di atas kasur. Sudut bibirnya langsung tertarik ke atas saat melihat notifikasi chat dari Kala yang masuk beberapa menit yang lalu.

Kak Kala ♡ : Buruan tidur, jangan begadang
Kak Kala : Good night.

You : iya, kak.
You : good night too, mimpi indah.

Wina segera meletakkan kembali ponselnya kemudian mengambil hairdryer dan bergegas mengeringkan rambutnya yang basah.

Kala buru-buru mengunci gerbang setelah memasukkan motornya ke dalam garasi, kosan tampak gelap, hanya lampu teras saja yang menyala. Sekarang pukul dua belas malam tepat, biasanya, Andra masih begadang untuk mengerjakan tugasnya di ruang tamu.

Kala kembali mengunci pintu utama setelah masuk ke dalam, ia dapat kunci itu dari Karno karena memang laki-laki itu yang di percaya oleh ibu kos untuk menjaga kosan agar tetap kondusif.

Pemandangan yang pertama kali Kala lihat adalah Andra yang sedang duduk di atas karpet dengan laptop di pangkuannya serta Raksa yang tidur meringkuk di atas sofa yang jauh lebih pendek dari tinggi tubuhnya.

“Lah? Kirain Jaya,” beo Andra, cowok itu kembali fokus pada layar laptopnya setelah melihat siapa yang baru kembali.

Kala mendekat, matanya melirik ke arah Raksa yang tampak pulas padahal posisi tidurnya amat tidak nyaman. Mungkin Raksa akan membutuhkan tukang urut esok hari.

Adu RayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang