Bagian 5

203 27 0
                                    

Wina mengucek matanya beberapa kali, berusaha memastikan bahwa cewek yang sedang duduk di atas motor tepat diseberang jalan gerbang sekolahnya benar-benar Kala.

Kala saat ini memakai celana jeans warna biru muda, kaos putih, leather jacket, dan sepatu kulit. Membuat penampilan cewek itu terlihat nyentrik abis.

Wina segera berlari menghampiri Kala setelah berpamitan pada segerombolan teman-temannya, bocah itu langsung menatap Kala bingung. Penampilannya saat ini bukan Kala sekali.

“Kak, lo kenapa dandan begini?” tanya Wina dengan tatapan bingung, membuat Kala tertawa mendengarnya.

“Iseng,” jawab Kala asal, “siapa tau ada spesies yang kepincut sama gue, disini pasti banyak adek-adek gemes,” imbuhnya.

Wina mendengus. Sialnya, para teman-temannya sempat terpesona dengan Kala, entah itu perempuan atau laki-laki pihak bawah. Lagi pula, siapa sih yang bisa menghindar dari pesona Kala?

Sementara Kala tertawa melihat reaksi Wina, ia meraih helm yang dibawanya dan memakaikannya pada Wina. Setelah selesai, Kala menyempatkan diri untuk mencubit kedua pipi Wina.

“Pipi lo kok agak tirus? Diet?” tanya Kala seraya menjauhkan kedua tangannya yang mencubit pipi Wina, masih lembut, namun tak segembil dulu.

Wina mengangguk, “iya. Kata Mama gue agak gendutan,” jawabnya.

“Mana ada gendut! Cuman tulang dibungkus kulit gini dibilang gendut,” cibir Kala tak terima, dan langsung dihadiahi cubitan kecil di pinggangnya.

“Gausah body shaming!” serunya kesal.

Kala terkekeh geli, “iya iya, maaf. Udah gih naik, udah sore. Nanti gue dimarahi Bu Kos!”

Wina naik ke jok motor Kala dengan perasaan kesal, cewek itu ogah-ogahan menyentuh Kala. Jadi, Wina memilih berpegangan pada besi dibelakang alih-alih pinggang Kala seperti yang biasanya terjadi.

“Pegangan, dong. Gue mau ngebut,” ujar Kala ketika tak merasakan Wina berpegangan pada pinggangnya seperti biasa.

“Udah. Jalan aja,” balas Wina malas, cewek itu mengeratkan pegangannya.

Kala tersenyum miring, lalu segera menjalankan motornya dengan kecepatan penuh tanpa aba-aba. Membuat Wina nyaris terhuyung ke belakang karena kaget, cewek itu kemudian langsung melingkarkan lengannya di pinggang Kala saat merasa yang lebih tua makin ugal-ugalan membawa motornya.

Senyum Kala langsung merekah saat merasakan Wina memeluk erat pinggangnya, cewek itu memelankan laju motor walau hitungannya tetap ngebut setidaknya Kala tidak ugal-ugalan seperti sebelumnya.

Motor Kala akhirnya berhenti di Indomaret, membuat Wina mengernyit, harusnya mereka langsung pulang saja.

“Gue mau belanja, beberapa kebutuhan gue udah habis. Nanti gue beliin es krim,” jelas Kala, kemudian melepas helmnya.

Wina langsung turun, kemudian dibantu Kala melepas helmnya. Kala membukakan pintu kaca Indomaret, setelah Wina masuk barulah ia ikut masuk.

“Lo mau beli apa aja, Kak?” tanya Wina seraya memperhatikan Kala yang sedang mengambil keranjang.

“Sabun, shampoo, odol, pewangi ruangan, rinso, baygon..” Kala nampak berfikir, apalagi yang harus ia beli. Namun dua detik kemudian mengedikkan bahu, “gatau lagi deh, nanti juga inget.”

Wina mengerjap mendengar apa saja yang disebutkan Kala, bisa-bisanya semua habis di waktu bersamaan?

Yang lebih muda kemudian menyeret Kala untuk memilih barang-barang yang dibutuhkan. Kala sendiri hanya mengekor, biasanya Kala asal ambil saja. Yang penting ukurannya paling besar, biar awet.

Adu RayuWhere stories live. Discover now