27. A Day with Papa

13.9K 1.9K 193
                                    

Shane terbangun saat merasakan dirinya berada di tempat lain. Dia mengerjap beberapa kali sebelum benar-benar membuka matanya dan mendapati Papanya tengah melepaskan kemeja kerjanya dan memakai sebuah kaus berwarna hijau army.

Starky belum menyadari kalau putranya tidak lagi tertidur. Dia sibuk menata barang bawaan Shane yang disiapkan Rhea di dalam tas jinjing.

Barulah ketika berbalik, dia melihat Shane sedang terduduk. "Kenapa bangun, Shane?"

"Mama mana?" tanya Shane.

"Mama kan di ruko. Nanti subuh Mama mau pergi kerja, jadi Shane tidur sama Papa malam ini. Kan kemarin Shane udah setuju," jawab Starky.

Sepersekian detik berikutnya, Starky dibuat panik dikarenakan bibir Shane berkedut-kedut, rautnya terlihat seperti akan menangis. Starky segera menghampiri Shane di tempat tidur.

"Shane kenapa?"

"Mama mana?" ulangnya lagi.

"Mama di ruko, Shane. Besok Papa antar Shane pulang kok. Cuma semalam aja Shane di sini sama Papa," jelas Starky.

Shane menggeleng-geleng. "Kenapa Mama gak kesini juga? Mama gak berani tidur sendirian. Kalau gak ada aku, siapa yang jagain Mama?"

Rasanya Starky tidak bisa lagi berkata-kata. Dia pikir Shane menangis karena belum terbiasa tidur tanpa Rhea dan dia merindukan Mamanya itu. Ternyata dia menangis karena mengkhawatirkan Mamanya. Hal ini membuat Starky tersenyum.

"Mama akan baik-baik saja, Nak. Mama itu hebat sama kayak Shane. Mama bukan gak berani tidur sendiri, Mama cuma gak mau jauh-jauh dari Shane. Tapi karena malam ini Mama kerja, Mama nitip Shane di Papa." Starky mencoba menjelaskan pelan-pelan agar Shane mengerti.

Shane menyeka air matanya sembari menahan isakannya. "Kenapa aku boleh tinggal sama Papa tapi Mama gak boleh?"

Sesaat, Starky tidak bersuara. Bingung hendak menjawab dengan apa. Selama ini dia tidak tahu bagaimana caranya Rhea memberi pengertian pada Shane tentang perceraian mereka.

"Shane pernah nanya ke Mama gak?"

"Pernah," jawab Shane.

"Mama jawabnya apa?"

"Mama bilang karena Mama dan Papa udah gak bisa tinggal serumah lagi karena udah berpisah. Tapi Mama juga bilang kalau Mama sama Papa gak benar-benar terpisah karena ada aku," jawab Shane sambil mengingat-ingat perkataan Mamanya waktu itu. "Papa udah gak sayang sama Mama ya makanya pisah?"

"Papa sayang kok sama Mama."

"Papa juga sayang sama Tante Nadira?"

"Iya. Papa juga sayang sama Tante Nadira," jawab Starky akhirnya.

"Papa lebih sayang sama Mama atau sama Tante Nadira?"

"Shane, rasa sayang itu tidak bisa dibanding-bandingkan."

"Jadi, selamanya kita gak akan pernah serumah lagi? Aku, Mama, dan Papa."

Starky bisa merasakan sesak di dadanya. Tatapan Shane penuh harapan, seakan-akan Papanya akan memberikan jawaban yang ingin dia dengar.

"Gak bisa ya," gumam Shane menjawab pertanyaannya sendiri. "Apa Papa bakal bahagia kalau sama Tante Nadira?"

"Kita gak bisa lihat masa depan, Shane. Tapi untuk sekarang, iya. Papa bahagia."

Shane terdiam sebentar. Seperti sedang berpikir. "Kalau gitu, Papa sama Tante Nadira aja."

Starky mengernyit. "Kok tiba-tiba ngomong gitu?"

"Mama pernah bilang, Papa udah ngasih Mama kebahagiaan dengan bolehin aku tinggal bersama Mama. Tapi kasihan Papa kalau tinggal sendiri, Papa juga harus punya teman biar gak kesepian," jawab Shane.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang