22. Circe

14.4K 2.1K 227
                                    

"Yaaay!!!"

Suara sorakan dan tepuk tangan bergema di ruangan begitu Rhea menggunting pita yang melintang di depan pintu. Pinkan dan Diandra bahkan melepaskan confetti popper untuk memeriahkan suasana.

Rhea merentangkan tangannya. "Welcome to Circe!"

Arum menyeka air mata di sudut matanya. Dia memang yang paling mudah terharu.

"Kak Rhea hebat banget. Padahal aku udah sempat hopeless karena salon kita yang lama dibuat bangkrut sama Elly," ucap Arum.

Rhea merangkul bahu Arum. "Aku gak hebat, tapi aku dikelilingi sama orang-orang baik seperti kalian makanya aku sanggup bangkit lagi."

Pinkan ikut merangkul bahu Arum. "Sekarang kita tinggal fokus membangun Circe."

Rana memperhatikan seluruh peralatan yang ada di dalam salon. Dia seperti baru menyadari sesuatu.

"Kak, maaf nah nda' bermaksud lancang tapi... seluruh barang di dalam sini pakai dana dari mana?"

Rhea ikut mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. "Uang penjualan rumah yang di Makassar, Ran. Sebagian aku pakai untuk modal."

"Kak, tapi kan itu harusnya masuk di tabungan Kakak atau untuk beli rumah lagi di sini," ucap Rana.

"Gak pa-pa, Ran. Shane juga nyaman-nyaman aja kok di sini. Duit bisa dicari lagi, tapi kerjaan gak boleh ditunda-tunda. Percuma aku nabung kalau gak ada penghasilan lagi."

Percakapan mereka terdistraksi ketika pintu terbuka. Shane berjalan masuk diikuti Banyu di belakangnya. Pria itu datang dengan membawa buket bunga.

"Keterlaluan. Gue gak diundang ke peresmian salon. Tetangga macam apa kalian?"

"Eh?" Rhea segera melihat ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 09.50. Dia sampai lupa menjemput Shane saking hecticnya finishing salon.

"Kok Shane bisa sama Om Banyu? Maaf ya, Mama lupa jemput," ujar Rhea.

"Tadi Om Banyu lewat depan sekolahku terus ngelihat aku di depan jadi Om Banyu ngajak pulang," jelas Shane.

Banyu mengangguk. "Pulang ngambil bunga, gue lihat si Shane belum dijemput."

"Ini bunga untuk siapa Kak Jaka Tarub?" tanya Rifa.

Banyu menyerahkan bunga itu pada Rhea. "Untuk owner Circe lah. Walaupun gue gak diundang, gak apa-apa deh, sebagai tetangga yang baik ya gue datang."

Rhea menerima bunga itu sambil nyengir. "Sorry, Banyu. Bukan perayaan besar-besaran soalnya."

"Ntar aja Kak Jaka diundang kalau Kak Rhea nikah. Pestanya bakal besar-besaran," celetuk Diandra disambut oleh pelototan Rhea.

"Ngapain gue diundang ke nikahan Rhea? Kan gue mempelai laki-lakinya," balas Banyu.

Semua orang langsung heboh berciye-ciye. Rhea menahan diri agar tidak memukul Banyu dengan buket bunga di tangannya, lagi-lagi alasannya karena Shane sedang melihat.

Sejurus kemudian, semua orang terdiam menatap ke arah luar menembus pintu kaca salon. Dua mobil parkir di halaman depan secara bersamaan. Mereka mengenali kedua mobil itu. Milik Ares dan Starky.  Sebenarnya sah-sah saja kalau kedua pria itu datang ke sini. Ares tahu kalau hari ini adalah peresmian Circe. Sementara Starky, bisa jadi dia datang untuk Shane. Hanya saja, ada satu sosok lain yang datang tidak lama setelah kedua orang itu datang, yaitu Nadira yang baru saja keluar dari sebuah taksi.

"Ngapain dia datang ke sini, Ma?" tanya Shane tak suka.

Banyu sendiri menukikkan salah satu alisnya ketika melihat Nadira. "Wah," gumamnya.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang