"Kamu pernah tampil nyanyi di depan kelas gak?"

"Besok giliranku."

Rhea menatap Shane penuh semangat. "Mau nyanyi lagu apa?"

Shane menggedikkan bahu. "Gak tau."

"Latihan sama Mama yuk?"

"Gak mau, Ma. Biarin aku selesaikan ini dulu."

Rhea langsung duduk menjauh. Sepertinya Shane mulai kesal. Sebuah ide tiba-tiba muncul di kepalanya. Kalau Shane tidak mau bernyanyi di depan Rhea--yang mana memang tidak pernah sama sekali dilakukan oleh Shane-- maka Rhea sendiri yang akan datang ke TK besok untuk melihat Shane bernyanyi.

***

Rhea menitipkan salon pada Rana sebelum mengantar Shane ke sekolah. Rhea berencana untuk menunggui Shane di sekolah agar bisa melihat anak itu menyanyi meskipun hanya dari luar jendela. Setidaknya Rhea mau melihat anaknya tampil.

Meskipun mobil Rhea sudah tiba beberapa hari yang lalu, tapi Shane mulai terbiasa jalan kaki ke sekolah dan dia lebih suka berjalan kaki dibandingkan naik mobil. Rhea sih tidak masalah mengantar Shane dengan berjalan kaki setiap pagi hitung-hitung olahraga.

Seharusnya mengantar jemput Shane adalah tugas Bi Yani, tapi wanita paruh baya itu menghubungi Rhea minggu lalu, menginformasikan kalau kedatangannya ke Jakarta harus diundur karena putrinya mengalami baby blues. Rhea sangat prihatin ketika mengetahui hal itu. Tentu saja dia memperbolehkan Bi Yani untuk mengurus anak dan cucunya terlebih dahulu. Toh juga Rhea tidak begitu sibuk karena karyawannya selalu membantu. Panggilan private make up juga belum begitu ramai sehingga dia masih sempat mengurusi Shane sepenuhnya.

"Mama Shane."

Rhea dan Shane kompak menoleh. Mereka baru sampai di depan ruko Banyu ketika Starky memanggil mereka. Pria itu baru saja turun dari mobilnya yang terparkir di depan salon.

"Kamu ngapain?" tanya Rhea heran.

"Aku mau ikut nganter Shane ke sekolah," jawab Starky. Dia memperhatikan Shane yang masih membuang muka.

Sudah hampir tiga minggu semenjak kejadian Nadira datang ke salon dan Shane masih belum benar-benar mau berbicara pada Papanya. Setiap kali Starky mengajak Shane untuk menengok bunga mataharinya, anak itu pasti menolak dengan berbagai alasan.

"Kami jalan kaki," ucap Rhea.

Starky mengangguk. "Gak pa-pa. Aku ikut jalan bareng kalian."

"Ayo, Ma. Ntar telat."

Shane berjalan duluan di depan. Rhea dan Starky saling tatap sejenak sebelum akhirnya berjalan di belakang putra mereka.

Sepanjang jalan sampai di TK, Shane sama sekali tidak berbicara. Starky dibuat kewalahan menghadapi kemarahan Shane.

Bukannya Rhea tidak pernah membujuk Shane dan mencoba memberi pengertian, tapi anak itu benar-benar tidak mau terima dengan semua penjelasan yang dia dapatkan. Dia bilang kalau kali ini dia tidak serius marah, Papanya akan kembali membiarkan Nadira muncul di hadapan mereka.

"Selamat belajar, anak Mama." Rhea mengecup kening Shane begitu mereka tiba di halaman sekolah.

Starky ikut mengecup pipi Shane yang untungnya tidak ditolak oleh bocah itu. Barangkali dia juga merindukan Papanya, tapi gengsi saja karena masih ingin ngambek.

"Pulang sekarang?" tanya Starky.

"Lo duluan aja. Gue mau lihat Shane nyanyi," jawab Rhea sambil berjalan ke arah bangku yang terletak di samping jendela kelas Shane. Para ibu-ibu lain ternyata sedang berkumpul di situ juga.

"Aku juga ikut deh," ucap Starky sambil berusaha mengejar langkah Rhea.

"Gak kerja?"

"Ntar aja abis dari sini. Nanti ganti waktu dengan lembur."

Rhea mencibir. "Enak ya sekarang udah bisa ngaret."

"Aku gak pernah ngaret kok kecuali untuk Shane, itupun gak sering dan selalu aku gantiin dengan nambah jam kerja," jelas Starky.

Kalau Rhea tidak salah, mungkin sekarang Starky sudah menduduki posisi sebagai Manajer IT di perusahaannya. Sejak dulu, karir Starky selalu cemerlang karena selain memang menguasai bidangnya, Starky selalu sepenuh hati dalam bekerja.

"Mama dan Papanya Shane ya?" tanya seorang ibu dari perkumpulan ibu-ibu yang duduk tak jauh dari mereka.

"Iya, Bu," jawab Rhea dan Starky hampir bersamaan.

"Tumben nungguin Shane. Sekalinya nungguin, berdua pula. Romantis ya," komentar ibu yang lain.

Sepertinya para ibu-ibu ini tidak tahu kalau Starky dan Rhea sudah bercerai. Meski begitu, tidak baik rasanya kalau Rhea harus memberitahukan pada mereka perihal kegagalan rumah tangganya saat ini juga, terlebih lagi mereka tidak begitu saling kenal.

Rhea tersenyum sopan. "Mau lihat Shane nyanyi soalnya."

"Oh, iya. Hari ini giliran Shane," sahut ibu yang lain lagi.

"Shane itu cerdas banget ya, Bun. Udah lancar calistung. Kenapa gak langsung dimasukin SD aja, Bun?"

"Umurnya masih lima tahun, Bu. Gak pa-pa TK dulu biar membiasakan diri dulu sama lingkungan sekolahan," jawab Rhea.

"Tapi Shane gak pernah main ya, Bu. Tiap hari duduk di kelas baca buku cerita sampai kadang nguap-nguap saya perhatikan."

Rhea dan Starky saling pandang seketika. Mereka tentu sudah bisa menebak kalau Shane tidak akan tertarik dengan mainan-mainan ini, namun mereka hanya tidak menyangka kalau Shane memang sebosan itu di TK.

Salah seorang ibu-ibu mengebaskan tangannya. "Yo ndak semua anak kan sama. Siapa tau Shane memang hobbynya baca buku."

Rhea hanya tersenyum formal, begitupun dengan Starky. Untunglah ibu-ibu itu kembali membahas yang lain. Tentang ketidak terimaan mereka atas putusnya Fuji dan Thoriq.

Rhea tidak mengikuti berita selebritis, tapi setahunya kedua orang itu sudah putus sejak lama karena beritanya terus muncul di beranda media sosial Rhea. Mereka yang putus, tapi ibu-ibu ini yang gagal move on.

"Eh itu Shane udah maju, Mama Shane."

Rhea menoleh ke arah jendela. Benar. Shane sudah berdiri di depan kelas. Rhea dan Starky segera berdiri dan mendekati jendela agar bisa mendengar suara Shane bernyanyi.

"Wih tinggi bener ya Mama dan Papanya Shane. Aku baru perhatiin dari dekat eh."

Setelah membahas kelahiran anak kedua Aurel, kini mereka melanjutkan dengan topik tinggi badan yang diawali karena komentar tentang tinggi badan Rhea dan Starky tadi. Salah seorang ibu-ibu menjadi pembicara membagikan tips agar anak bisa tumbuh tinggi.

Rhea dan Starky tidak dengar lagi apa yang dibicarakan oleh ibu-ibu itu karena Bu Bilqis sudah mempersilahkan Shane untuk bernyanyi. Teman-temannya juga sudah memusatkan perhatian pada Shane.

Shane terlihat sedang berpikir sejenak kemudian mulai membuka mulut. "Almost Heaven, West Virginia..."

Starky dan Rhea menganga. Dari semua lagu yang ada, dan dari banyaknya lagu anak kecil yang sering Rhea ajarkan pada Shane. Kenapa anak itu malah memilih lagu John Denver?

Oh, terima kasih pada Adel yang selalu menularkan selera lagunya pada Shane tiap mereka bertemu. Meski jarang bertemu, tapi Shane mampu mengingat semua lagu favorit tantenya itu.

"... Take me home, country road."

Semua orang terdiam. Bu Bilqis bahkan tercengang. Dia belum bisa berbicara satu katapun sampai tiba-tiba Shane kembali ke tempat duduknya dan duduk dengan tenang seperti tidak terjadi apa-apa.

***

Untuk pembaca yang minat membaca Three Years di Karyakarsa, aku sarankan untuk membaca dari chapter 20 ya karena ada beberapa part yang berbeda antara versi wattpad dan karkas. Beberapa chapter yg gak mempengaruhi alur gak aku publish di wattpad.
Contohnya sebelum chapter ini ada chapter berjudul Family-Talk. Dan setelah chapter Shaneflower, ada chapter yang berjudul Confession.
Sankyuu

Three YearsWhere stories live. Discover now