001: Ruangan Asing

799 51 36
                                    

Kepalanya pening. Tepat saat kesadarannya kembali, ia mendapati dirinya berada di ruangan yang sangat asing, tubuhnya terbaring serta diselimuti, terasa lembut. Hanya saja sekujur tubuhnya terasa sakit, tidak dapat digerakkan. Saat ia disibukkan dengan isi kepalanya, terdengar suara derap langkah seseorang diluar ruangan. Jantungnya berdegup kencang. 'seseorang dengan senapan malam itu?'.

Tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali memandangi pintu kayu didepannya, was-was.

Pintu terbuka, menampakkan wujud seorang pria yang mengenakan pakaian casual. Sangat ceria, sangat berbeda dengan apa yang dibayangkan. Ternyata, apa yang ia bayangkan adalah salah. Ia menjadi lebih tenang setelah melihat wajah yang ramah itu.

Pria itu menutup pintunya kembali, berjalan menuju jendela dan membukakan tirai–membiarkan cahaya matahari masuk menerangi seisi ruangan. Pria itu menoleh dengan senyum yang manis.

"Tiga hari." Ucapnya, ia kemudian membuka jendela. Memandangi pemandangan diluar. Angin berhembus masuk, membuat udara didalam kamar terasa segar.

Ia kembali menoleh, mendapati wajah yang tersirat kebingungan serta penuh memar itu.

Sembari terkekeh ia menambahkan, "kamu sudah tertidur 3 hari. Dengan luka yang seperti itu, harusnya lusa kamu baru bisa bangun dari tempat tidur. Itu pun kata kak Jeonghan sih hehe." Ia duduk dipinggiran ranjang, "kamu terlihat takut.. kenapa?"

Mereka saling berpandangan beberapa saat.

"Emm kamu bisa panggil aku dino! Mereka suruh aku untuk mengecek keadaanmu tadi, dan voila! ternyata kamu sudah bangun." Dengan semangat, Dino menaikkan kaki nya ke atas ranjang, duduk bersila

"Namamu siapa?" Tanya nya memecah keheningan.

Dino memiringkan kepalanya kala pria yang terbaring dihadapannya hanya diam menatapinya. Senyumnya memudar. Kali ini raut wajahnya berubah menjadi serius. Ia memajukan wajahnya.

"Kamu bisu ya?"

"Tidak. Namaku Wonwoo."

"Kamu terlihat was-was sekali. Padahal aku kan yang paling tidak berbahaya." ujarnya.

Ia menghembuskan nafas, menyerah. "Yasudah, aku keluar saja ya. Kamu tidak bisu kan? Kalau butuh apapun teriak saja karena ruangan ini berada diujung." Menggaruk tengkuknya kikuk, beranjak dari tempat ia duduk.

"Beritahu aku dimana aku sekarang." Wonwoo membuka suara, menghentikan Dino yang sudah meraih knop pintu. Ia menoleh dengan senyum.

"Hmm itu terjadi pada kamis tengah malam, Kak Scoups menemukanmu hampir mati, lalu dia membawamu kerumah kami. Singkatnya begitu. Lalu.. oh! kak Jeonghan yang merawat kamu, dia adalah seorang.. apa ya namanya.. tapi ia sangat ahli membedah! jadi jangan khawatir." Dino mengatakan apa yang ia tahu sembari membuat postur seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.

"Itu saja yang aku tahu. Aku harus segera pergi, sampai jumpa!" Sosoknya hilang dibalik pintu, entah pergi kemana.

Wonwoo memejamkan matanya, memikirkan nasib apa yang akan menimpanya kelak. Beberapa saat ia memejamkan mata, tubuhnya mulai rileks dan nyaman.

Beberapa kali mendengar suara burung dari jendela yang terbuka, berharap hewan yang bebas itu adalah dirinya.

Tidak lama ia bertahan dalam kenyamanannya, tubuhnya seketika tersentak ketika mendengar deheman seorang pria, bukan Dino. Matanya pun refleks terbuka. Pandangannya terpaku pada seseorang yang berdiri diambang pintu kamar. Ia mengigit bibirnya yang pucat, jantungnya kembali berdetak tidak karuan. Ia terpaku pada hal yang terkunci dipikirannya sejak malam itu, sepatu boots dan senapan.

ECLIPSEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora