18. Mama's Knight

Start from the beginning
                                    

Shane bisa bernafas lega ketika waktunya pulang. Padahal dia hanya satu setengah jam di sekolah, itupun lebih banyak bermain dan menyanyi tapi rasanya sangat melelahkan karena Shane tidak menikmati satupun dari kegiatan tersebut.

"Anak Mama pinter deh," puji Rhea begitu mereka sudah masuk ke dalam mobil.

"Udah dapat temen, Nak?" tanya Starky.

Shane menggeleng. "Aku udah punya temen di TK yang lama."

"Tsany dan Noah kan di sekolah lama, Shane. Bakal lebih seru kalau kamu punya temen juga di sini," ujar Rhea.

Shane tidak merespon dan hanya menatap keluar jendela, memperhatikan anak-anak lain yang dijemput oleh Ayah atau Ibunya. Dalam hati dia bahagia karena untuk pertama kalinya diantar oleh Mama dan Papanya.

"Shane mau makan apa? Es krim?" tanya Starky pada Shane.

Shane mengangguk tapi dia menoleh untuk melirik Mamanya. "Mama."

Starky menatap Rhea dari center mirror. "Shane boleh makan es krim gak Ma?" tanyanya.

Rhea melirik jam tangannya. "Masih jam setengah sepuluh. Gak boleh."

"Yah, belum boleh, Shane. Kalau gitu makan nasi deh. Boleh, Mama?" tanya Starky.

Akhirnya Rhea mengangguk. Dia juga terlalu lelah untuk masak setelah ini. Sepagian membujuk Shane dan drama seragam oranye cukup membuat tenaganya terkuras.

"Oke. Kita singgah makan dulu ya. Dijamin higienis deh," ucap Starky.

Beberapa saat kemudian, Starky membelokkan mobilnya menuju sebuah restoran keluarga. Menu makanan di tempat ini semuanya adalah makanan Indonesia. Dia tahu kalau Rhea tidak begitu menyukai makanan luar negeri, jadi tempat ini adalah pilihan yang pas.

Kali ini Starky yang lebih turun disusul oleh Rhea. Keduanya kini sama-sama berdiri di depan pintu tempat duduk Shane.

"Baru mau aku bukain pintu padahal," ucap Starky pada Rhea.

"Gue punya tangan kok," balas Rhea sembari membuka pintu untuk Shane. "Ayo, sayang."

Shane turun dari mobil. Dia memandang kagum kolam-kolam ikan yang terhampar di tiap sisi restoran.

Kekagumannya bertambah saat mereka melangkah memasuki restoran. Beberapa aquarium besar terpajang di sana. Starky tahu Shane suka dengan pemandangan ini sehingga dia mengambil tempat tepat di sebelah sebuah aquarium.

Shane memperhatikan ikan yang sedang berenang di dalam aquarium itu. "Wah, Clarion Angelfish. Kok ikan ini bisa ada di sini?" ujar Shane kagum.

Seorang pelayan yang kebetulan baru saja tiba di meja mereka mendengar ucapan Shane. Pelayan itu tersenyum sopan. "Pemilik restoran suka mengoleksi ikan. Ikan ini salah satu koleksinya."

Starky yang menyebutkan pesanan mereka pada pelayan, Rhea sibuk dengan ponselnya—mengirimkan chat pada Rana tapi belum terkirim yang berarti kapal mereka belum tiba di Jakarta. Sementara itu, Shane yang bosan mulai berjalan menghampiri jejeran tanaman hias yang dijejer di dekat pintu menuju ruangan outdoor.

"Peace Lily," gumamnya ketika mendapati tanaman dengan bunga berwarna putih itu dipajang di tempat yang susah dijangkau oleh anak-anak.

Shane hendak kembali ke tempat duduknya untuk menceritakan pada Mamanya tentang tanaman-tanaman mengagumkan yang baru saja ia lihat, akan tetapi langkah kakinya terhenti saat mendapati ada dua perempuan yang kini bergabung dengan Mama dan Papanya. Shane kenal dengan salah satunya. Dia Nadira, kekasih Papanya.

Kalau saja bukan mengingat Mamanya ada di sini dan terlihat baik-baik saja di sana, Shane pasti tidak mau kembali ke meja itu. Tapi demi Mamanya, dia akhirnya menghampiri para orang dewasa yang sekarang duduk saling berhadapan dan terlibat dalam obrolan. Starky dan Rhea masih duduk bersebelahan seperti tadi, di depannya Nadira duduk bersama seorang perempuan yang terlihat sebaya dengannya.

"Shane dari mana aja?" tanya Rhea begitu Shane kembali.

Shane berusaha tidak memedulikan Nadira yang tersenyum padanya. Dia duduk di tempatnya semula. "Abis lihat-lihat tanaman. Ma, di sini ada Peace Lily yang sama kayak punya Mbah Uti," ucapnya.

"Beneran? Mana?" tanya Rhea.

Shane menunjuk ke arah deretan tanaman hias. "Ada di sana. Di bawahnya Hedera Helix yang digantung itu."

"Shane pinter ya. Suka bunga ya?" Nadira bertanya.

Shane memandang Nadira dan temannya sesaat. "Kenapa kamu ada di sini?" tanyanya.

"Shane," tegur Rhea pelan berusaha untuk tidak meringis akan kata 'kamu' yang barusan dilontarkan Shane. "Ini Tante Nadira sama temennya, namanya Tante Alin."

"I didn't ask their names," sahut Shane cepat. Dia kembali menatap Starky yang menunjukkan raut bersalah. "Papa?"

"Maaf, Shane. Tante Nadira sama Tante Alin kebetulan mau makan di sini jadi gabung sama kita," jelas Starky.

Shane berdiri sembari meraih rompi seragamnya yang tadi dia sampirkan di kursinya. "Kalau gitu aku sama Mama pulang aja."

Nadira tersenyum tenang, sementara Alin sudah merasa tidak enak. "Shane di sini aja sama Mama dan Papa. Tante Nadira pindah ke bagian out door."

Bukannya Rhea tidak mau menahan Nadira demi kesopanan. Hanya saja, orang ini adalah Nadira—wanita yang menghancurkan keluarganya, penyebab dirinya bercerai dengan Starky. Sama halnya dengan Shane, Rhea tidak mengharapkan kehadiran Nadira di sini. Sama seperti alasan keluarga Starky menolak Nadira, siapapun itu masih bisa diusahakan untuk diterima asal bukan Nadira.

"Kami pindah ya, Star. Yuk, Lin."

Nadira beranjak dari tempat itu diikuti dengan Alin. Keduanya pergi di meja out door.

"Papa kenapa sih?" tanya Shane kesal. "Papa sengaja ya ngundang mereka kesini?"

Rhea menyentuh lengan mungil Shane. "Gak boleh gitu ke Papa. Mereka memang mau makan di sini, bukan karena dipanggil Papa," ucapnya memberi pengertian.

"Maafin Papa ya, Shane," ucap Starky.

Shane tidak peduli. Dia tetap diam sampai mereka selesai makan. Di mobil pun Shane memilih duduk di belakang sehingga Rhea dengan terpaksa duduk di sebelah Starky.

Three YearsWhere stories live. Discover now