LEMBAR 36

926 143 28
                                    

Jimin terlalu menikmati waktu temunya dengan Taehyung hingga waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam tanpa mereka sadari. Bahkan mereka sudah berpindah restauran untuk menyantap makan malam seraya menyesap wine. 

"Astaga! Sudah jam segini. Tae aku harus pulang. Yoongi pasti mencariku." kaget Jimin saat menyadari waktunya pergi sudah terlalu lama. 

"Jika ia mencarimu, ia pasti menghubungimu. Tapi ini kan dia tidak menghubungimu." ucap Tae santai. 

"Tetap saja. Aku kemari kan sebagai sekretarisnya." jawab Jimin merotasikan kedua bola matanya dengan lelah. 

"Kau saja yang sudah rindu, makanya cepat pulang ingin bertemu." gurah Tae 

"Cih! kau benar-benar sok tau, Taehyung." delik Jimin kesal 

Taehyung terkekeh geli melihat bagaimana sahabatnya menatapnya kesal dengan pipi menggembung lucu. Jimin di hadapan Yoongi mungkin sosok yang tegas dan berkarisma. Namun Jimin di hadapan sahabat serta keluarganya tetaplah sosok Jimin yang lucu, menggemaskan, dan penuh kasih sayang serta kelembutan. 

"Baiklah. Ayo aku antar!" tawar Taehyung yang diiyakan oleh Jimin. 

***

Yoongi masih terduduk pada sofa yang ia duduki sedari tadi. Bahkan tubuhnya tak bergeming sedikit pun. Matanya tiada henti melirik jarum jam yang berputar begitu pelan menyiksanya. Jimin masih tidak ada kabar. Bahkan pesan yang ia kirimkan diabaikan. Sepertinya Jimin benar-benar asyik menikmati pertemuannya dengan Taehyung itu, batin Yoongi. 

Wajahnya sudah begitu masam. Perutnya bahkan sudah terasa pedih mengingat terakhir dia makan adalah siang tadi. Dan sekarang sudah lewat jam makan malam. Tapi nafsu makannya menghilang. Kejadian dan pembicaraannya dengan Jimin beberapa jam yang lalu membuatnya menghela nafas berat. 

Hingga akhirnya sebuah suara ketukan dari pintu kamar mereka terdengar. Yoongi menghela nafasnya pendek. Berjalan gontai membuka pintu dan menampilkan sosok mungil yang entah bagaimana selalu membuat hati Yoongi hangat. Jimin tersenyum seadanya dan melangkah masuk melalui Yoongi yang hanya melirik melalui ekor matanya. Memperhatikan bagaimana pria kecil yang belakangan mengisi pikirannya menggantungkan mantel miliknya seraya bersenandung riang.

"Aku pikir kau pergi. Tapi ketika aku tanya ke resepsionis bawah, katanya kau tak ada sama sekali menitipkan kunci kamar." ucap Jimin yang sama sekali tak digubris Yoongi. 

Yoongi tak mengindahkan ucapan Jimin. Dirinya dengan kesal mendudukan tubuhnya kembali pada sofa di tengah ruangan. Membungkam bibirnya yang tipis seraya menatap tajam Jimin yang terlihat begitu bahagia dan pink merona. 

"Yoongi" Panggil Jimin yang diacuhkan oleh Yoongi tentu saja.

Jimin mendekatkan dirinya pada Yoongi. Menatap lamat pada Yoongi yang kini tengah menatapnya tajam.

"Apa?" ketus Yoongi.

Jimin hanya menaikan alisnya menatap dinginnya Yoongi saat ini. Menatap dirinya seperti hendak menguliti.

"Apa aku melakukan sebuah kesalahan?" tanya Jimin aneh dengan sikap Yoongi yang berubah-ubah. 

"Ku kira kau tidak akan pulang." Ketus Yoongi menatap Jimin tak senang.

"Kau tak ingin aku pulang? Baiklah kalau begitu aku sepertinya lebih baik pergi lagi." Ucap Jimin hendak berbalik meninggalkan Yoongi yang kini makin cemberut.

Ia tak ingin Jimin pergi, apalagi menemui Taehyung kembali. Tapi dirinya terlalu gengsi mengakui bahwa dirinya cemburu dan tak suka akan kedekatan Jimin dengan Taehyung. Ia benar-benar tak suka. Jimin tak tau saja dirinya nyaris mengeliling seluruh Italia hanya untuk menarik Jimin pulang kembali ke kamar hotel mereka.

Redamancy || YoonminWhere stories live. Discover now