LEMBAR 27

1.3K 143 13
                                    

Yoongi memilih diam. Sementara Jimin memilih untuk abai dengan sekelilingnya. Moodnya benar-benar sedang tidak baik-baik saja.

Yoongi mendengus kesal. Dengan satu tangan, ia berusaha mengendurkan ikat dasi pada lehernya yang membuat dirinya tak nyaman.

"Jimin" panggil Yoongi akhirnya. Ia tau ia melakukan kesalahan yang fatal. Ia tak ingin Jimin melebeli dirinya sebagai lelaki suka main perasaan.

"Hm?"

"Maafkan aku."

"Memangnya kau salah apa sampai harus minta maaf, Yoongi?" tanya Jimin tanpa menatap Yoongi. Dirinya masih memilih untuk menikmati pemandangan di luar jendelanya.

"A-ku ceroboh melakukan yang seharusnya tak aku lakukan. Maafkan aku." suaranya paraw.

Jimin mengalihkan pandangannya ke arah Yoongi.

"Kau tidak melakukan kesalahan apa-apa, Yoongi. Jadi berhentilah meminta maaf. Lagipula aku tak ambil hati." jelas Jimin.

"Tidak, Jimin. Aku tau kau salah paham. Aku tau pikiranmu sibuk membuat prediksi-prediksi sendiri mengenai kejadian yang kau lihat tadi. Tapi sumpah, aku tidak melakukan apapun, Jimin." jelas Yoongi

"Aku tak tertarik mendengar penjelasan apapun, Yoongi. Dan berhentilah meminta maaf."

"Tidak, sampai kau mau memaafkanku."

"Yoongi, kenapa aku harus memaafkanmu? Apa yang kau lakukan bersama Aira bukan menjadi urusanku. Bahkan jika kau dan dia harus berhubungan badan sekalipun, itu tidak kenapa-kenapa. Itu hakmu. Kalau kau lupa, aku dan kau bukan siapa-siapa. Jadi tak perlu jelaskan apapun." Ucap Jimin acuh.

Yoongi menepikan mobilnya.

"Kenapa berhenti? Aku lelah, Yoongi. Aku ingin pulang." desak Jimin.

"Jimin, ku mohon dengarkan aku dulu. Setelah ini kau masih mau marah padaku atau bahkan membenciku, itu terserah padamu. Tapi dengarkan aku dulu." jelas Yoongi kembali yang kini telah menghadapkan dirinya menghadap Jimin.

Tak ada jawaban apapun dari Jimin. Ia menunggu Yoongi menjelaskan meski dirinya sudah tidak mood.

"Saat kau pergi dengan Hoseok ke mall tadi, Aku meminta bagian penjualan untuk mengirimkanku data hasil penjualan perhiasan yang baru saja kita luncurkan. Dan aku tidak tau jika yang membawanya adalah Aira. Ia masuk ke ruanganku seperti biasa. Selain berkas hasil penjualan, ia juga meminta tandatanganku untuk dokumen kerjasama Min Corp dengan perusahaan Kim Co. Ia berdiri tepat disebelahku karena di perjanjian itu ada beberapa tempat yang harus ku bubuhkan tandatangan namun tak di tempeli sign mark seperti biasanya. Aira membantuku membuka lembar per lembar berkas yang harus ku tandatangani." hela Yoongi.

"Namun saat aku baru menandatangani beberapa halaman, Aira mengeluh jika kepalanya pusing. Aku menyuruhnya untuk duduk di sofa sembari aku selesai tandatangan. Tapi tepat sebelum ia melangkahkan kakinya menjauh dari sebelahku, ia bergerak tak imbang dan terjatuh. Ia terjatuh tepat dipangkuanku. Aku membiarkannya sejenak agar pusing tidak menyerangnya kembali. Tapi kau mendadak masuk dan melihat semuanya." lanjut Yoongi.

"Oh jadi itu salahku?"

"Tidak, bukan itu maksudku. Aku.."

Yoongi mendadak bingung hendak menjelaskkannya pada Jimin seperti apa.

"Yoongi, kau tau. Kau tak perlu merasa tak enak seperti itu padaku. Aku tak mengapa. Sungguh. Kau berhak untuk dekat dengan siapapun yang kau mau. Bahkan menjalin kasih dengan siapapun yang kau pilih. Jadi tak perlu sungkan padaku. A-aku tadi hanya kaget." jelas Jimin namun ada rasa sesak dari hatinya. Namun Jimin tekan. Ia tak ingin rasa sesak itu menghantuinya.

Redamancy || YoonminWhere stories live. Discover now