Prolog : Love Triangle

52 12 19
                                        

FMV

a/n:
seperti sebelumnya, ditonton dulu video di atas baru baca ya gais😚

video kali ini semua scene atau klip"nya aman dari policynya youtube. gak ada yang distrubing dsbnya. karena sebenernya aku buat video ini dulu, yang trailer tu baru kepikiran setelah beberapa hari video ini jadi.

oke, happy reading❤️ jangan lupa vote dan komennya ya! karna itu bikin aku lebih semangat nulis dan sebagai bentuk support kalian terhadap crita ini!😚

—🍀—

2003

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

2003

Malam ini seluruh wilayah DKI Jakarta diguyur hujan deras yang tak kunjung berhenti dari siang. Bahkan intensitas hujan bukannya menurun, tetapi semakin meningkat.

Di kediaman rumah keluarga Duncan, seorang gadis kecil sedang duduk tepat di depan jendela yang berada tepat disamping kasur kamar tamu yang sedari tiga hari yang lalu ia tiduri. Pandangannya terus tertuju ke luar. Berharap bahwa hujan akan segera berhenti dan dirinya segera mendapat kabar dari kedua orang tuanya.

Gadis itu dititipkan untuk tinggal sementara di rumah keluarga Duncan selama empat hari karena sang mama dan papa harus pergi ke luar kota demi urusan pekerjaan.

Ia sesekali memejamkan mata dan menutup telinga dengan kedua tangan tak kala melihat kilat di langit yang disusul bunyi petir. Dirinya benci bunyi petir karena menimbulkan bunyi yang sangat menyeramkan.

Sementara di lantai dasar, selain adanya suara hujan, diiringi suara penggorengan yang berasal dari dapur dan suara televisi di ruang tamu yang menampilkan sebuah permainan dari play station.

Pintu rumah terbuka. Menampilan sosok laki-laki yang tergolong tinggi untuk anak seusianya. Pada kedua bahunya masih tersemat tas ransel sekolah. Namun, ia sudah mengganti seragam sekolah dengan pakaian dan celana bebas.

Setelah pulang sekolah tadi, laki-laki yang berada di tahun terakhir sekolah dasar itu bersama teman-temannya berkumpul di rumah salah satu dari mereka untuk kerja kelompok mempersiapkan ujian praktik yang tersisa empat hari lagi.

Ia melangkahkan kaki menuju ruang tamu mendapati adiknya yang terpaut usia tiga tahun di bawahnya tengah fokus bermain play station.

"Kenzo," panggilnya.

"Ya Kak Ares?" sahut Kenzo tanpa menoleh. Matanya masih fokus pada layar televisi dan jarinya sibuk memencet stik PS miliknya. Tapi ia tetap memusatkan telinganya, mendengarkan sang kakak.

ChoicesWhere stories live. Discover now