Bagian 1

3 1 0
                                    

Pada tahun ajaran baru di hari senin yang berlangsung di SMA Bela Bangsa, sedang melakukan demo ekskul di lapangan sekolah. Remaja laki-laki bernama Haami sedang mempromosikan ekskulnya yaitu taekwondo. Haami berambut yang agak gondrong dengan wajah tampannya, kurus dan memiliki kepribadian ekstrovert karena selalu aktif dalam kegiatan sekolah—terutama ia ketua Osis juga di sekolahnya. Ia sangat lihai memperagakan atraksi-atraksi taekwondonya sampai ada atraksi mematahkan papan dengan ia lompat yang di bantu temannya lalu menendang papan sampai patah dari ketinggian. Sampai para penonton satu sekolah bersorak terutama dari adik kelas sepuluh yang baru saja bergabung ke SMA bela bangsa.

Haami pun memiliki kembaran yang satu sekolah juga dengannya. Ia adalah Helmi. Haami yang sekarang duduk di kelas dua belas, sedangkan adiknya satu tingkat di bawahnya. Helmi berambut pendek dengan berponi, kurus dan memiliki kepribadian berbanding terbalik dari Haami yaitu introvert. Nyatanya ia tidak hadir menonton demo ekskul—tapi ia malah berdiam di kelasnya dengan asik membaca salah satu novelnya sambil mendengarkan lagu dengan memakai headset. Di kelasnya ia tidak sendiri, ada beberapa temannya juga yang tidak ikut ke lapangan dengan alasan malas. Salah satu teman sebangkunya yang bernama Leo menghampiri Helmi usai mabar (Main Bareng) dengan teman lainnya.

"Oy?" sapa Leo sambil menepuk bahu Helmi.

Helmi melepas sebelah headsetnya, "Eh yo, kenapa?"

"Novel baru lagi nih? Seru banget kayaknya..."

Leo adalah teman sebangkunya dari kelas sepuluh hingga sekarang. Dan ia pun mengetehui hobinya Helmi yaitu membaca. Ia berambut agak kriting dan kurus.

Helmi tersenyum, "Iya, ini novel Alam Penghapus Luka karya Nandana Rasendriya."

"Ooh. Ceritanya tentang apaan hel?" tanya Leo.

"Percintaan sih. Tapi ada petualangannya gitu..." ucap Helmi.

"Wih, keren... Kalo jadi film kayaknya seru banget tuh, hel..." seru Leo.

"Iya si, kayaknya seru banget, ya...?"

"Iya, karena menurut gua, gua mending nonton film, dah. Kalo baca buku kayak gini gua boring banget." ucap Leo dengan tertawa.

"Tapi kan, sebelum jadi sebuah film—novel atau komik yang diabadikan menjadi sebuah film kan udah ada duluan. Jadi ketika kita baca novel yang kita imajinasikan lalu di filmkan—hanya kita cocokan aja sama imajinasi kita.

"Apa, iya'?" gurau Leo dengan tertawa kembali.

"Yeeh..." ucap Helmi.

"Iya hel, iya..." ucap Leo dengan tertawa kecil.

Sementara, Haami setelah mempromosikan ekskul taekwondonya segera melipir ke pinggir lapangan—karena harus bergantian dengan ekskul yang lainnya. Saat melipir, ada perempuan cantik menghampirinya dengan membawakan minum untuk Haami. "Hei..." sapanya

Haami tersenyum.

"Ini aku bawain minum buat kamu." ucapnya.

Haami segera mengambil minum dari tangannya lalu meminumnya. Dan mereka duduk di bangku panjang yang tersedia di sekolah.

"Aduh-aduh, kelihatan banget pacar aku capek." ucapnya sambil tangannya mengelus keringat di jidat Haami."

"Makasih ya, sayang..." ucap Haami dengan tersenyum manis.

Ya, perempuan itu adalah pacarnya Haami. Ia berambut agak kecoklatan panjang yang di gerai. Ia bernama Liana.

"Oh ya mi, tadi aku khawatir tau pas kamu nendang papan dari ketinggian." ucap Liana.

"Lho, kenapa harus khawatir? Aku kan superman yang bisa terbang." balas Haami dengan bergurau seraya ia memperagakan dengan tangannya layaknya superman terbang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HAAMIWhere stories live. Discover now