(5) You Take My Heart Away

7.2K 489 14
                                    

Gadis itu duduk di bangku itu sendirian. Terlihat sedang mengamati bangunan apartemen di hadapannya dengan pandangan kosong. Di saat semua orang mulai mengenakan mantel, ia hanya mengenakan gaun putih santai sebatas lutut tanpa memakai cardigan ataupun pakaian yang bisa membuatnya lebih hangat. Tidak merasa terusik sama sekali dengan cuaca dingin Seoul. Ia bahkan tidak merasakannya sama sekali. Ia melipat lututnya kemudian melipat tangan di atasnya, meletakkan kepalanya di sana. Memejamkan matanya sambil menghirup napas dalam. Berusaha menenangkan dirinya sendiri dan berharap bahwa dengan begitu ia bisa merasa lebih baik.

Tanpa diperintahkannya air mata itu mengalir kembali. Ia mengatupkan matanya rapat-rapat. Berusaha menghentikannya. Dia benci pada dirinya sendiri. Beberapa hari ini ia benar-benar merasa menjadi gadis lemah yang mudah menangis dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dan ia merasa lebih membenci dirinya sendiri karena nyatanya memang tidak ada yang bisa ia lakukan.

Napasnya tertahan saat dirasakannya sebuah tangan menangkup pipinya. Jari itu menghapus air mata itu dengan amat pelan.

Sentuhan ini ...

Tangan ini ...

Ia mengenali sentuhan ini. Mengenali tangan ini. Mengenalinya dengan sangat baik. Ia merindukannya nyaris setiap saat. Dan mengetahui kalau sosok itu kini berada di hadapannya benar-benar membuat air matanya semakin mengalir. Merasakan tangan itu kini melingkari tubuhnya dan mengusap pipinya pelan. Ia mengangkat kepalanya. Mendapati bahwa kini Cho Kyuhyun sedang berjongkok di hadapannya, menyamakan tinggi badan mereka. Tatapan pria itu penuh dengan kasih sayang dan terlihat berusaha membuatnya tenang. Tapi nyatanya itu malah membuat isakan Je Wo semakin menjadi. Pria ini masih menatapnya dengan cara yang sama. Masih mencintainya dengan cara yang sama, sementara Je Wo membenci dirinya setengah mati.

Kalau saja dia bukan putri ayahnya.

Kalau saja ayahnya bukanlah Shin Yong Joon.

Kalau saja dia hanya gadis biasa.

Semua tidak akan serumit ini. Meskipun pria itu tidak mengatakannya, ia ingin tahu melalui tatapan mata pria itu, pernahkah Kyuhyun menyalahkannya atas semua ini. Tapi nyatanya ia tidak menemukan apa pun. Dan itu semakin membuat rasa bersalah menggerogotinya.

"Kenapa duduk di sini? Kenapa tidak langsung masuk ke apartemenku? Kau bisa membeku di sini."

Kyuhyun bertanya dengan nada rendah dan senyuman samarnya. Merapikan rambut gadis itu dengan lembut.

"Bagaimana ini," kalimat Je Wo terputus karena isakannya. Mata indah gadis itu menatap Kyuhyun dengan pandangan memohon. Air mata itu jatuh kembali, dan tangan pria itu kembali menghapusnya dengan pelan.

"Kita harus bagaimana, Kyu? Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus kulakukan? Tolong jawab aku."

Tangan gadis itu mengguncang bahu Kyuhyun dengan lemah. Ia lalu membenamkan wajahnya di bahu pria itu. Masih dengan tubuh terguncang dan isakan yang tidak kunjung berhenti. Membuat pakaian pria itu basah oleh air matanya.

"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin kau pergi. Tapi aku juga tidak bisa membiarkanmu tetap tinggal," katanya lagi dengan suara teredam.

Kyuhyun memeluk gadis itu dengan hangat. Tangannya bergetar saat mengusap rambut Je Wo dengan lambat. Tangisan gadis itu membuat dadanya sakit. Ia menarik napas dalam. Berusaha memberikan paru-parunya oksigen. Tapi oksigen itu seperti tersangkut di tenggorokannya. Membuatnya lagi-lagi merasa sesak.

***

Kyuhyun melingkupi tubuh Je Wo dengan selimut. Memberikan cokelat panas pada gadis yang sedang meringkuk dengan nyaman di sofa.

This is LoveWhere stories live. Discover now