"Ya?" sapa Sagara dari seberang telepon.

"Cepet kesini, Kak. Please. Yara..." suara Daren tercekat. Dia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Air matanya kembali menggenang.

"Kenapa dengan Yara?" tanya Sagara. Ada nada cemas dalam ucapannya.

"Yara ditusuk." jawab Daren. Suaranya bergetar menahan tangis.

"Aku kesana sekarang."

Tanpa membuang waktu lagi, Sagara segera menutup laptopnya dan memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan private jet. Setelah mellihat foto yang dikirimkan oleh Daren kemarin, Saga tak lagi meragukan bahwa gadis itu adalah Yara, adiknya yang 17 tahun lalu diculik. Gadis itu sangat mirip dengan Aidan. Mata mereka sangat mirip dengan mamanya.

Saga juga mencermati liontin kalung yang dikenakan Lili. Tidak salah lagi. Liontin itu adalah custom order. Dia dan Daren memesannya di butik perhiasan langganan mamanya sebagai hadiah kelahiran adik kembar mereka.

Sagara tak bisa berhenti memikirkan apa yang mungkin terjadi di Bali. Dia tidak mempedulikan lagi panggilan dan pesan yang membanjiri HPnya. Dia bahkan meminta asistennya untuk membatalkan semua meeting hingga waktu yang belum ditentukan. Fokusnya hanyalah untuk segera sampai di RS.

===

Lebih dari 3 jam sejak Lili masuk ke ruang operasi. Kini Daren sudah ditemani oleh salah seorang petugas kepolisian yang berpenampilan seperti orang sipil, dengan kaos pendek hitam dan celana panjang hitam pula.

Tampak Daren sudah mengganti bajunya dengan kaos yang dibelikan oleh anak buahnya. Mereka berdua duduk di bangku lorong RS dalam diam. Berkali-kali Daren mengusap wajahnya dengan gusar. Mengapa lama sekali? Apakah operasinya berjalan lancar? Apakah luka dalamnya parah?

Daren tak tahu. Tak ada yang bisa dia mintai penjelasan. Beberapa perawat mondar-mandir di depannya, namun mereka bukan perawat yang menangani Lili.

"Daren!"

"Kak." Daren berdiri dari duduknya ketika melihat Sagara menghampirinya. Petugas kepolisian di sampingnya ikut berdiri.

"Siapa dia?" tanya Saga menunjuk ke arah petugas polisi.

"Agung." petugas itu menyodorkan tangannya ke arah Saga. Saga segera menjabat tangan pria itu. "Saya dari kepolisian. Saya ditugaskan untuk memantau perkembangan kondisi Lili di rumah sakit."

Sagara mengangguk singkat. "Apa yang terjadi?" Sagara bertanya.

"Lili ditusuk di rumahnya. Kemungkinan pelakunya keluarganya sendiri. Tapi kita belum tahu siapa." jawab Agung..

"Bagaimana kondisinya?" tanya Saga lagi.

Daren menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu gimana kondisinya sekarang. Tadi dia butuh transfusi darah. Aku nemuin dia darahnya udah banyak banget." Daren memejamkan matanya ketika mengingat kembali bagaimana keadaan Lili saat dia menemukannya di dapur.

Sagara meminta izin kepada Agung untuk berbicara berdua dengan Daren. Kemudian mereka berdua berjalan menjauh dari Agung. Memastikan jarak mereka dengan Agung cukup jauh sehingga petugas itu tak dapat mendengar percakapan mereka.

Daren segera mengeluarkan kalung Lili dari saku celananya. Perawat melepaskan kalung itu sebelum masuk ke dalam ruang operasi. Dia ingin menunjukkan kepada Sagara sebelum mengembalikannya pada Lili.

"Aku masih jadi salah satu orang yang dicurigain. Padahal jelas nggak ada sidik jariku di pisau itu." ucap Daren perlahan.

"Polisi bodoh!" umpat Saga. "Apa kamu sudah melacak mereka?" tanya Saga.

Princess In DistressМесто, где живут истории. Откройте их для себя