a pity

27 2 0
                                    

Detik Berganti menjadi menit.
Menit berganti menjadi jam.
Jam berganti menjadi hari.
Hari berganti menjadi bulan.
Dan bulan berganti menjadi tahun.

Entah sudah berapa lama gadis itu terperangkap di dalam jeruji besi yang berkedok sebagai fasilitas penelitian.

Mata gadis itu sudah lelah, seolah tak ada harapan lagi untuk hidup. Dirinya merasa tidak akan bisa keluar dari sini hidup hidup. Namun, satu hal yang membuatnya tetap bertahan ditempat mengerikan ini.

Kondisinya berbeda dengan awal dulu dia ditangkap. Kini, dia tidak perlu memakai rantai yang mengikat di seluruh tubuhnya. Tetapi dia tetap harus memakai alat di lehernya.

"Hey girl....."

Pria dengan setelan jas lab, mendekat kearah gadis itu. Namun matanya masih memandang dingin peneliti itu.

Iya, Edward sudah terbiasa dengan tatapan gadis itu terhadap nya. Walaupun sudah hampir 5 tahun dirinya berada disini dan mengawasi gadis itu, tetap saja dirinya tidak bisa memandang gadis itu sebagai sosok yang berbahaya.

Gadis itu hanya terdiam, ketika Edward memberikannya sebuah foto hitam putih yang berisi tiga orang disana.

"This is my family. My wife which name is Valentine. She is beauty, tetapi dia sudah meninggal karena penyakit kanker" Mata Edward menangkap gadis itu yang sepertinya lebih penasaran dengan anak laki laki yang memakai sebuah jas ditengah tengah. Anak lelaki blonde yang terlihat menggemaskan, sedang memegang kedua tangan orang tuanya.

Entahlah, gadis itu merasa sudah lama tidak melihat gambaran sebuah keluarga bahagia seperti ini. Dirinya hampir melupakan rasanya kehangatan seorang ayah, dan pelukan seorang ibu.

"This is my son, he is 6 years old when this photo was taken. And he like to play ball with me. Tetapi semenjak aku sibuk, aku tidak terlalu bisa bermain main dengannya." Edward menghentikan perkataan nya sejenak.

"Agak berat, meninggalkan nya sendiran dengan para pembantu dirumah. Karena tugasku disini, aku jadi semakin jarang bertemu dan bermain dengannya."

"Sejujurnya, aku ingin memperkenalkan mu kepadanya. Dia pasti sangat senang memiliki teman yang bisa diajak bermain."

Gadis itu menatap Edward.

"Why?" Tanya gadis itu.

"When i see you, aku melihat mata anakku di wajahmu. Kau seolah bisa menyembuhkan kerinduan ku terhadap anakku."

"Kau... Seperti anak bagiku." Lirih Edward sambil membelai lembut rambut gadis itu.

Krt....

Suara pintu terdengar terbuka, menampilkan seorang penjaga yang memakai baju biru, mendekat kearah keduanya. Pria yang memiliki wajah Asia itu tersenyum kepada Edward dan gadis itu.

"Hey little girl." Sapa Zack dengan penuh senyuman.

"Zack, apa waktunya sudah habis?"

"Iya. Kau harus segera keluar. Jika tidak, lurren akan segera mengetahui tindakanmu ini."

Untuk menemui gadis itu, tentu Edward harus melakukannya secara diam diam, untung saja ada Zack yang ingin membantu nya mengurus masalah ini.

"Oke. Sepertinya aku harus pergi terlebih dahulu." Edward berdiri bersiap untuk pergi, membuat gadis itu merasa akan ditinggalkan lagi.

Yah, walaupun mereka berdua sudah sering melakukan hal ini, tetapi gadis itu tidak terbiasa dengan ini.

Tak bisa dibohongi, gadis itu mulai nyaman dengan perlakuan Edward yang lebih manusiawi dari pada para peneliti lainnya. Terlebih lagi, dirinya jadi merasakan bagaimana kehangatan seorang ayah, yang tidak pernah dia rasakan.

You don't know Anything MeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt