Allianz mengangguk pelan. "Iya tuan,  selama malam tadi saya amati rumah nona, ada kursi roda di ruang tamu. Sedangkan Jack dan Emma berjalan. Hanya satu tebakan saya, nona Evelyn. Kebetulan saya melihat dia di gendong oleh Jack menuju kamarnya." Jelasnya.

  "Hah, apa lagi tuhan?" Gumam Gellen pasrah.

  Allianz yang merasakan tuannya frustasi terdiam. Dia masih bimbang apakah harus mengatakan hal yang ini apa tidak.

  "Ada yang ingin kau laporkan lagi?" Tanya Gellen melihat ekspresi dari asistennya.

  "Kemarin malam, kediaman nona Evelyn di serang lelaki tak di kenal. Dia ingin membunuh nona dengan cara mencekik lehernya. Saya ingin melumpuhkan lelaki itu, dia gesit berlari keluar dari jendela."

  "Tapi saya berhasil menangkapnya tuan. Orang itu sekarang berada di penjara bawah tanah." Kata Allianz.

  "Bagaimana keadaan Evelyn?" Tanya Gellen khawatir.

  Allianz menggeleng. "Sepertinya nona baik-baik. Saya tidak kembali ke sana. Mengejar lelaki itu sampai larut malam lalu menjebloskan ke dalam penjara."

  "Baiklah. Aku sendiri akan menemui Evelyn."

  Gellen bangkit dan bersiap memaka jubahnya. Dia tidak sabar ingin menemui  Evelyn, memeluk gadis itu. Meski dia tidak tahu apakah gengsinya akan keluar saat berhadapan dengan Evelyn.

  Tiba-tiba Allianz mencegat tuannya. "Maaf tuan, tapi Viscount Jerry datang berkunjung sesuai undangan anda. Dia sudah datang sejak tadi pagi dan saya memintanya untuk menunggu di ruang baca."

  "Panggilkan Viscount Jerry ke sini."

  Allianz membungkuk hormat lalu berjalan keluar melakukan perintah tuannya.

  Gellen hampir melupakan hal ini. Perlahan dia membuka kembali jubahnya. Dia berniat menemui Evelyn malam ini.

  Tak lama kemudian, ketukan pintu terdengar. "Masuk." Kata Gellen.

  Jerry melangkah masuk di ikuti Allianz. Hampir saja Jerry jantungan karena undangan dadakan dari pemegang wilayah terbesar itu.

  Meski gugup, Jerry mengontrol ekspresinya dengan senyuman. Lelaki 30an itu mendudukkan tubuh di sofa setelah diperintah Gellen.

  "Mari selesai ini segera, Viscount." Kata Gellen memulai perbincangan mereka. "Aku harap kau tidak menutup-nutupi apapun."

  "Baiklah Tuan Muda Gellen. Saya akan menjawab sebisanya." Balas Jerry.
 
  Dia menebak hal ini pasti ada sangkut pautnya dengan Duke Alex yang terbaring sakit. Tapi ia tidak tahu apa yang melibatkan dirinya.

  Seingat Jerry, dia tidak pernah bertemu Duke Alex sejak 4 bulan yang lalu, membahas beberapa senjata barunya yang akan di gunakan untuk berperang.

  "Siapa saja yang membeli senjata terbarumu berupa asap itu beberapa minggu terakhir?" Tanya Gellen.

  Tatapan tajamnya tak lepas dari Jerry untuk membaca raut dan gestur tubuh jika berbohong.

  Jerry terdiam sejenak memikirkan. "Ha! Dua minggu yang seorang Baron membeli senjata itu dari saya." Jawab Jerry.

  Dia bernafas lega karena bisa menjawab pertanyaan Duke Alex. Persetan dengan tidak boleh membocorkan informasi pelanggan, kepalanya lebih penting dari itu.

  Terlebih lagi hanya seorang Baron. Bangsawan tingkat rendah yang hampir dilupakan eksistensinya.

  "Baron?"

  "Iya, Baron Eldermort. Lelaki tua yang tinggal di barat wilayah anda."

  Gellen mengernyit bingung. Seorang Baron membeli senjata itu? Untuk apa? Bahkan tidak mungkin mengingat harga senjata ini tidak main-main.

  "Apakah dia mengatakan motifnya?"

  Jerry mengangguk kecil. "Saya sempat bertanya soal itu, Tuan Muda. Baron Eldermort hanya menjawab untuk melawan bandit yang sering menganggu di perjalanannya."

  Ini lebih aneh. 'Setahuku tidak ada bandit di daerah sana. Bukankah hal itu telah di basmi ayah?' batin Gellen.

  "Kau yakin ia seorang Baron? Mampukah dia membeli senjata itu?"

  Lagi-lagi Jerry mengangguk. "Baron Eldermort menggunakan bayaran cicilan, Tuan Muda. Dia menjadikan lambang keluarganya sebagai jaminan."

  Lambang keluarga. Setiap keluarga bangsawan di WillBrave memiliki tanda itu untuk menegaskan bahwa dia jabatannya.

  Bahkan untuk memasuki acara istana, lambang keluarga sangat dibutuhkan mengingat seleksi istana pada tamu sangat ketat.

  "Baiklah kau bisa kembali. Terima kasih atas informasinya." Ucap Gellen.

  Lelaki itu meminta Jack menghantar Jerry ke gerbang depan. Sedangkan ia kembali menghabiskan waktu dengan tumpukan dokumen yang harus ia tanda tangani.

  Setelah beberapa menit kemudian, pintu diketuk dan Allianz masuk. Dia membungkuk tubuh hormat pada tuannya.

  "Cari informasi terkait Baron Eldermort." Perintah Gellen.

  "Siap tuan." Jawab Allianz tegas. "Lalu, bagaimana kunjungan anda ke kediaman nona Evelyn?"

  "Nanti malam kita kesana. Aku akan masuk ketika Evelyn tertidur."

  Allianz mengangguk paham. Lelaki itu kemudian pergi menyelesaikan tugas yang diberikan oleh tuannya.

  Sedangkan semangat Gellen untuk menuntaskan dokumen ini membara. Dia harus segera selesai dan bisa memperhatikan adiknya.

  'Tuhan bisakah kau menyatukan kembali keluargaku? Aku mohon.' pinta Gellen di sela-sela kegiatannya.

  Tapi tiba-tiba Allianz kembali,. Lelaki itu membuka pintu tanpa mengetuk membuat Gellen kesal.

  "Apa yang kau lakukan, Allianz?"

  Sambil mengatur nafas, lelaki itu berucap. "Jack. Ksatria pribadi nona Evelyn menyusup dari pintu belakang."

  "Ada yang harus saya bicarakan dengan  anda, Tuan Muda Pertama Gellen De Axerlion."

#####

 

 

 

 

 

(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅Where stories live. Discover now