PENGORBANAN

9.6K 632 1
                                    

  "Setidaknya, aku bisa berkorban dan memenuhi permintaanmu."

Evelyn De Axerlion.

#####

  Malam ini Evelyn diam-diam memasuki kamar Gellen setalah membius ksatria penjaga dengan serbuk tidur.

  Dia menghampiri tubuh yang terbaring gelisah. Kening Gellen mengernyit gusar. Evelyn bertanya-tanya apa yang dimimpikan Gellen saat ini.

  Tanpa sadar, tangan Evelyn bergerak mengusap kening kakaknya pelan hingga berangsur tenang.

  "Kakak, aku tidak bisa melihatmu sakit seperti ini. Aku lebih suka kakak bersikap dingin dan tak acuh daripada menutup mata." Bisiknya.

  Evelyn mendudukkan diri dipinggiran kasur. "Maafkan aku yang hampir mencoba tidak peduli pada kakak tadi. Untung saja hati nurani menyadarkan otakku."

  "Sekasar-kasarnya kakak, sedingin-dinginnya kakak. Menurutku kakak adalah kakak terbaik. Jadi bertahanlah, kakak akan sembuh. Aku yakin itu."

  Air mata Evelyn mengalir tanpa dipinta. Tangannya tak berhenti mengusap rambut Gellen pelan.

  "A-Aku harap kakak kembali seperti kecil dulu, hangat dan penyayang. Aku akan pergi, jadi berhenti bersikap dingin. Itu sulit."

  "Bertahan hidup di sekitarku. Aku mohon, hanya untuk beberapa bulan kedepan saja."

  Evelyn menutup mulut. Menahan Isak tangisnya terdengar. Agar tak membangunkan Gellen, dia memutuskan untuk keluar dari kamar itu.

  Saat pintu tertutup, Gellen membuka mata. Dia terjaga sejak gadi itu mengelus keningnya.

  Elusan di kepalanya tadi sangat nyaman. Entah mengapa dia tidak mau menolak, berpura-pura tertidur.

  "Apa maksudnya?" Gumam Gellen bertanya.

  Dia sudah tahu tentang keadaannya terkena racun dari panah yang menancap dibahunya tadi. Tapi dia tidak tahu bahwa itu racun Apylisa yang digadang-gadang sebagai racun mematikan.

  Dia menggerakkan tubuh untuk bersandar di kepala ranjang. Tidak terlalu sakit. Dia mendengar bahwa efek racun ini terasa secara perlahan-lahan.

  Gellen menatap bulan yang terlihat jelas dari jendela kamarnya. Hari-hari selanjutnya akan terasa berat.

#####

  "Baiklah Tuan Duke. Saya telah memberikan obat penawar yang saya racik semalam. Setelah 1 hari beristirahat total, tuan muda pertama bisa beraktivitas seperti biasa." Kata Kevan sopan.

  Dia telah selesai meminumkan obat pada Gellen. Meskipun hampir dimuntahkan oleh tuan muda pertama itu karna bau yang tidak mengenakkan dari ramuan itu.

  Duke tersenyum senang. "Kau bisa pergi. Ambil biayanya pada James." kata Duke Alex sambil menunjuk kearah asisten pribadinya.

  Setelah mengambil imbalan, Kevan berjalan pelan. Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi otaknya.

  Tanpa sadar, orang yang menjadi beban pikirannya sekarang berdiri dengan senyum tulus. Seperti sengaja menunggunya.

  "Salam pada Lady Evelyn De Axerlion." Ucap Kevan sambil membungkukkan badan hormat.

  "Apa kabar, tabib?" Tanya Evelyn.

  "Panggil saya Kevan, Lady. Umur kita tidak jauh beda." Pinta Kevan.

  Setelah memutuskan untuk berkerja sama, Kevan meminta Evelyn memanggil tanpa embel-embel tabib.

(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum