"Rendra! Gue duduk di sana, ya." Mashiho melambaikan tangan.
"Gue langsung balik kelas aja."
"Loh, anjir gue udah pesen soto." Mashiho menggerutu, tidak ada soto yang bisa dibungkus ke kelas.
Jaehyuk tertawa. "Sama Kia aja makannya. Kia kayaknya juga beli geprek di sebelah."
Mashiho masih cemberut walaupun mengiyakan saran Jaehyuk. Duduk di salah satu meja dan menunggu pesanannya datang, sedangkan Jaehyuk masih berdesakan menunggu roti bakar.
Setelah selesai dia kembali ke kelas dan masih melihat Asahi di tempat yang sama seperti sebelumnya. Jaehyuk tersenyum lantas mendekati Asahi.
"Nih, iya sama-sama."
Asahi tersentak saat Jaehyuk menyodorkan roti bakar dan juga susu kotak. "Gue nggak nitip?"
"Emang nggak, gue yang traktir."
Asahi mengerjap, bolak-balik menatap Jaehyuk dan pemberiannya. "Nggak papa?"
Jaehyuk tertawa. "Ya nggak papa, emangnya kenapa? Nggak gue kasih racun juga."
"Terakhir gue dikasih kayak gini sorenya langsung dikunci di kamar mandi," gumamnya tidak jelas.
"Hah? Lo ngomong apa?"
Asahi kembali tersentak. "Eh—nggak. Makasih, Ren."
Sejenak Asahi menghentikan kegiatannya. Ganti Jaehyuk yang mengamati hasil kerja Asahi yang walaupun masih setengah jadi, tetapi sudah terlihat sangat bagus. Memang benar bahwa Asahi selalu dapat nilai bagus dalam pelajaran seni apalagi dia menjadi anak kesayangan guru pelajaran seni.
Hanya saja dia yang terlalu pendiam membuat bakatnya menjadi terisolasi seperti ini.
"Keren banget gambar lo." Jaehyuk berujar basa-basi. Tidak ingin berada di dalam keheningan yang lama. "Lo belajar gambar dari kelas berapa?"
Asahi menepuk-nepuk tangannya pada celana, kembali melanjutkan kegiatannya setelah menghabiskan roti. "Eh—itu dari SD, sih."
Jaehyuk mengangguk-angguk. "Ooo. Susah nggak, sih?"
"Ya—nggak juga, sih. Udah biasa."
Jaehyuk kembali mengangguk-angguk, masih memperhatikan Asahi yang kembali menggambar. Sejenak dia tertegun, Asahi di hadapannya tampak mengagumkan. Matanya yang fokus, tangannya yang lihai, dan bagaimana dia menatap gambar itu terlihat sangat berbeda.
"Yosa—"
"Rendra! Oi! Ren! Ini ada yang nyari lo." Teriakan Junkyu di ambang pintu menghentikan ucapannya.
"Siapa?!" balas Jaehyuk berteriak.
"Anak OSIS, lo disuruh ketemu Kak Yoshi di ruang OSIS katanya disuruh nemenin evaluasi kinerja."
Dan Jaehyuk langsung menyadari tangan Asahi yang berhenti. Harusnya dia tahu, dari situ, awal semua kejadian yang menyebabkan Asahi menjadi seperti ini. Karena orang itu. Yoshi.
***
"Kak," sapa Jaehyuk begitu masuk ke dalam ruangan dan menjabat tangan mantan ketua OSIS dulu.
"Eh, Ren lama nggak ketemu."
"Iya, nih gimana Kak kabarnya? Denger-denger lo kuliah, nih. Kuliah di mana?" tanya Jaehyuk basa-basi sembari melihat anak OSIS yang sudah duduk tegap di kursi masing-masing—dengan wajahnya yang tegang.
Sebenarnya Jaehyuk tidak terlalu dekat juga dengan Yoshi maka dia berusaha untuk mencairkan suasana agar tidak canggung. Apalagi sebelumnya Yoshi menjabat jabatan penting di organisasi ini. Akan aneh jika keduanya malah hanya diam.
YOU ARE READING
Maybe If [Jaesahi]
Fanfiction"Ren, jangan gini." "Gue tau, Sa. Gue tahu persis kita nggak akan pernah bisa sama-sama." Mereka berdua tau bahwa sebenarnya hubungan ini tidak akan pernah bisa dilanjutkan. Namun, keduanya memutuskan untuk saling mencintai. Kelak akan saling bertan...
Empat
Start from the beginning
![Maybe If [Jaesahi]](https://img.wattpad.com/cover/354023340-64-k63655.jpg)