"Sial," Naruto berdiri mematung ketika ketika Makima ada di hadapannya.

"Naru-kun, aku senang kamu di sini," senyum Makima.

Mungkin sebagian besar pria di pesta ini akan kepincut akan senyumannya, tapi tidak mempan untuk Naruto. Baginya Senyuman itu melambangkan kedustaan dan kemunafikan, ia kesal melihatnya.

"Apakah kamu sedang mencari ku? Kebetulan aku di sini untukmu."

"Jangan salah paham, aku tidak berniat mencari mu," balas Naruto berbalik badan.

Greb

"Lepaskan!" Desis Naruto kepada Makima yang sembarangan memeluk lengannya erat-erat.

Makima tersenyum santai, wajahnya yang ayu mendekat ke telinga Naruto berniat menggoda "stt jangan berisik, ingat kamu membawa nama sekolah di sini.. Hihi jangan khawatir aku tidak berniat macam-macam."

Naruto menghela nafas sejenak, tidak ada gunanya marah-marah tidak jelas di tengah pesta. Itu akan membuat dirinya malu sendiri "terserah kau."

"Hihi aku senang kamu di sini Naru-kun," mereka berdua kembali ke dalam pesta yang makin meriah. Terlihat Neji membawa Mic sambil berteriak kepada murid lain untuk memulai permainan baru yang seru, Makima melirik Naruto dan sesuatu di luar perkiraan banyak orang, secara mengejutkan Makima langsung menarik dirinya seakan perempuan itu Naruto pojokkkan di sudut ruangan.

"Makima, apa yang kau lakukan?" Bisik Naruto tidak habis pikir.

Posisi mereka begitu intim, Makima bisa merasakan bau nafas Naruto yang harum dan segar. Rasanya sama seperti dulu saat mereka masih pacaran. Untung semua orang tidak peduli sekitar, ruangan pesta ini tidak terlalu terang pencahayaan kecuali lampu disco kelap-kelip yang menyilaukan mata sesaat. Naruto berniat memberontak tapi sudah terlambat, ia dipojokkan akan kuncian Makima yang sulit dilepas. Padahal cuma perempuan tapi siapapun mengakui kekuatannya, apalagi Makima adalah pemimpin organisasi beladiri di sekolah.

"Aku masih mencintaimu Naru-kun. Aku tidak paham kenapa kamu memutuskan ku?" Rengek Makima menatap Naruto sayu.

"Jawaban yang seharusnya kamu ketahui sendiri Makima, sekarang lepaskan aku," bisik Naruto yang hanya di dengar Makima.

Perempuan itu sangat tidak puas atas respon Naruto, ia kecewa sekaligus marah Untung tertutupi wajahnya yang memelas. Mata emasnya menatap mata Naruto yang indah, ingin sekali ia mencumbunya saat itu tapi hatinya ragu. Perlahan kekangannya melonggar sehingga Naruto dengan mudah melepaskan diri.

"Aku kesini cuma ingin mencari Konan, apakah kamu melihatnya?" Tanya Naruto kepada Makima yang menunduk sedih.

"Konan ya? Aku tidak melihat," geleng Makima.

"Huh.. bodoh sekali aku ke sini," ujar Naruto ingin sekali meninggalkan tempat ini.

"Tunggu! Ku mohon tinggallah di sini lebih lama, aku ingin bicara empat mata dengan mu," cegah makima sambil memeluk lengan Naruto kembali.

Naru menghempaskan tangan tangan sampai genggaman tangan Makima terlepas, walaupun Naruto tidak melukainya sedikitpun, tetap saja Makima merasa hatinya hancur berkeping-keping.

"Hiks!"

Naruto terbata ketika Makima mulai meneteskan air mata yang di iringi isakan yang pilu "hiks, aku mengira kamu laki-laki yang baik Naru-kun. Kamu Teganya huaaa!"

Benar-benar merepotkan pikir Naruto, terpaksa ia harus berusaha menghentikan tangisannya biar orang lain tidak salah paham ataupun sadar aktifitas mereka berdua Barusan.

"Okay Makima, kumohon tenanglah... maafkan aku," Naruto memeluknya dengan lembut dan hati-hati, membuat dia hangat dan tetap nyaman beberapa saat sampai si empu tenang kembali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Our Love Forever Where stories live. Discover now