Perasaanku Sedalam Lautan

244 104 83
                                    

Di dalam salah satu kedai kopi ternama di dunia yang berlokasi di Pulau Jawa, tampak Rajendra duduk tenang di salah satu kursi. Pandangannya fokus ke jendela, sementara ia sesekali mengangkat cangkir kopi ke bibirnya. Sementara, telinganya menangkap ucapan teman wanitanya yang masih terus berbicara sejak rapat kliennya berakhir.

"Apakah kau mendengarku?" desis Leila, ekspresi wajahnya bingung. "Apa yang terjadi denganmu belakangan ini? Di mana Rajendra Hadinata yang selalu serius? Kenapa kau begitu lesu, bahkan saat pertemuan dengan klien? Apakah ada yang mengganggumu, atau kau dirasuki jin?  Ini bukan sifat biasamu, dan wajah serius yang selalu kau tunjukkan setiap hari itu tampak pudar sekarang." kata Leila, ia mengoceh dengan frustrasi. Meski ia telah mengulangi pertanyaannya berkali-kali, Rajendra tetap tidak memberikan respons.

"Lebih baik kau diam, saat ini aku tak punya semangat untuk merespons setiap kata yang keluar dari mulutmu," ujar Rajendra sambil meletakkan cangkir kopi ke meja dengan lembut, kemudian kembali terperosok dalam lamunannya saat ia memandang ke luar jendela.

Leila mengernyitkan keningnya, merasa jengkel dengan reaksi Rajendra. "Kau sungguh tampak konyol sekarang. Ini benar-benar menjengkelkan," keluhnya sambil mengambil ponselnya dan sibuk memainkannya. Ia terus sibuk dengan ponselnya selama beberapa menit, hingga ia terhenti saat mendengar Rajendra memanggil namanya.

"Leila," gumam Rajendra, matanya menatap lekat ke arah temannya. Melihat tatapan intens itu, Leila merasa ngeri.

"Apa? Tatapanmu seperti iblis-iblis yang ada dalam komik-komik horor. Tolong, hentikan tatapan menakutkanmu itu!" seru Leila sambil melanjutkan aktivitasnya, menyeruput kopi sambil mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Rajendra.

"Apa kau berpikir aku akan terus hidup lajang? Aku tidak yakin jodohku sudah lahir di dunia ini, sementara usiaku sudah melewati kepala tiga," keluh Rajendra dengan nada rendah.

Leila, yang mendengarkan ucapan Rajendra, tiba-tiba menyemburkan kopi yang masih ada di mulutnya. Cairan kopi itu membasahi wajah dan pakaian Rajendra. Rajendra hanya bisa pasrah, mengeluarkan sapu tangan dari saku jasnya, dan mencoba membersihkan diri. Leila hanya terdiam, ia benar-benar terkejut oleh ucapan Rajendra.

"Kenapa kau melakukannya lagi? Sepertinya aku perlu membeli jas dan kemeja baru lagi karena ulahmu. Apakah ini hobi baru bagimu?" ujar Rajendra sambil membersihkan wajah dan pakaian yang terkena kopi. Ini sudah menjadi yang ke-13 kalinya Leila melakukan hal serupa.

"Biasanya kau akan protes jika aku mengatakan sesuatu seperti ini, sekarang mengapa kau hanya diam?" kata Rajendra sambil terus membersihkan dirinya. Leila, sejak tadi, terus menatap Rajendra dengan tatapannya yang sulit dipahami. 

"HEH, APA KAU SERIUS? KAU BARUSAN MEMBICARAKAN TENTANG JODOH?" seru Leila dengan suara yang agak meninggi, beruntungnya tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.

"Turunkan suaramu, Leila. Jangan membuatku malu," pinta Rajendra sambil menyelipkan sapu tangan kembali ke dalam saku jasnya.

"Aku lupa kalau kita sedang di kafe, ini semua karena ucapanmu tadi membuatku terkejut," kata Leila, setengah malu atas perbuatannya.

"Kenapa? Apa yang salah dengan ucapanku?" tanya Rajendra, dengan ekspresi bingung. Ia tidak memahami apa yang salah dengan perkataannya.

Leila menggelengkan kepala, menatap Rajendra dengan tatapan tajam. "Kau adalah Alien, kan? Kau pasti Alien dan menyamar sebagai temanku. Cepat katakan dimana Rajendra sekarang!" serunya sambil mengambil sedotan kopinya dan mengarahkannya ke leher Rajendra seperti sedang memegang sebilah pisau, dengan tatapan tajamnya yang mengintimidasi.

"Leila, apa yang sedang kau lakukan? Kita tidak sedang berada dalam syuting drama ataupun film. Hentikan tingkah anehmu," protes Rajendra, ia semakin pusing dengan tingkah Leila.

KENANDARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang